Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, Masjid Raya JIC menjadi Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta.
Berdasarkan informasi dari Kompas.com, Jumat (7/5/2021), lokasi tersebut memiliki cerita tersendiri.
Puluhan tahun lalu, kawasan tersebut merupakan lokalisasi Kramat Tunggak yang disebut sebagai prostitusi terbesar di Asia Tenggara pada era 1970-1999. Namun, Kramat Tunggak secara resmi ditutup Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 31 Desember 1999.
Selanjutnya, Gubernur DKI kala itu, Sutiyoso, mengumukakan ide pendirian Jakarta Islamic Centre, yang didiskusikan bersama berbagai elemen masyarakat pada 2001.
Masjid Raya JIC mempunyai atap berwarna hijau. Dalam pembangunannya, pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan studi komparasi ke Islamic Centre di Mesir, Iran, Inggris, dan Perancis.
Masjid ini berlokasi di Jalan Kramat Jaya Raya Nomor 1, Tugu Utara, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
Baca juga: Ini Masjid Tertua di Yogyakarta, Penuh Makna Filosofis dan Historis
Masjid ini mempunyai nilai sejarah karena didirikan atas usaha empat belas tokoh Partai Masyumi.
Dilansir dari laman Dunia Masjid, dulunya masjid ini bernama Masjid Agung Kebayoran.
Perubahan nama terjadi pada era 1960-an saat Rektor Universitas Al Azhar Kairo Mesir, Prof. Dr. Mahmut Shaltut berkunjung ke masjid. Ia disebut terkesan dengan kemegahan bangunannya.
Masjid tersebut dikukuhkan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta sebagai salah satu dari 18 situs tapak sejarah perkembangan Kota Jakarta. Tak hanya itu, pada tanggai 19 Agustus 1993, masjid ini dijadikan cagar budaya nasional.
Secara keseluruhan, bangunan masjid terdiri dari dua lantai. Lantai bawah adalah ruang serbaguna yang dapat dijadikan sebagai tempat pertemuan atau resepsi pernikahan, kemudian lantai dua digunakan sebagai ruangan utama.
Seluruh bangunan masjid berwarna putih yang menyimbolkan kesucian.
Masjid ini berada di Jalan Sisingamangaraja Nomor 1, RT.2/RW.1, Selong, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Baca juga: Ada Masjid Istiqlal di Bosnia, Hadiah dari Presiden Soeharto
Masjid Raya KH Hasyim Asyari diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 15 April 2017. Bangunan tempat ibadah umat Islam ini memiliki gaya asitektur yang menarik.
Dilansir dari Kompas.com, Senin (19/4/2021), masjid yang terletak di Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, ini kental akan sentuhan budaya Betawi.
Bangunan masjid menyerupai desain rumah bapang khas Betawi dengan atap bangunan berbentuk segitiga.
Nuansa Betawi semakin kuat dengan adanya ornamen gigi balang dan pagar langkan. Di sisi lain, ada lima menara yang melambangkan Rukun Islam.
Bangunan Masjid Raya KH Hasyim Asyari berdiri di atas tanah seluas 2,4 hektare.
Baca juga: Sejarah Hagia Sophia, Perjalanan Kembali Menjadi Masjid
Masjid Al-Munada Darussalam Baiturrahman terletak di Jalan Casablanca, Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan. Masjid ini dikenal masyarakat sebagai Masjid Perahu.
Bukan tanpa sebab, dilansir Tribun News, Senin (13/6/2016), sebutan itu melekat karena terdapat bangunan menyerupai perahu tepat di samping Masjid Al-Munada Darussalam Baiturrahman. Bangunan itu difungsikan sebagai toilet dan tempat wudhu.
Masjid Al-Munada Darussalam Baiturrahman didirikan oleh KH Abdurrahman Massum sekitar awal tahun 1960. Hal menarik lainnya, perpustakaan masjid ini menyimpan Al-Qur'an raksasa berukuran dua meter kali satu setengah meter yang dikelilingi lebih dari 15 batu giok.
Masjid unik ini tersembunyi di belakang dua menara Apartemen Casablanca.
Baca juga: Sejarah Masjid Agung Demak, Peninggalan Kesultanan Demak yang Penuh Makna
Masjid yang menarik untuk dikunjungi selanjutnya yaitu Masjid Lautze. Bangunan tempat ibadah umat Islam ini berupa ruko empat lantai di kompleks ruko di Jalan Lautze, Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Berdasarkan informasi dari Kompas.com, Rabu (22/1/2020), Masjid Lautze didirikan oleh Yayasan Haji Karim Oei milik tokoh nasional keturunan Tionghoa pada tahun 1991. Bangunan masjid memiliki gaya arsitektur khas Tioghoa, sekilas mirip sebuah kelenteng.
Cat merah, kuning, dan hijau mendominasi bagunan Masjid Lautze.
Adapun empat lantai yang ada di masjid tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Lantai satu merupakan tempat ibadah khusus perempuan, lantai dua sebagai tempat ibadah khusus pria, lantai tiga sebagai aula pertemuan, dan lantai empat merupakan kantor pengurus masjid.
Baca juga: Masjid Istiqlal akan Dikembangkan Sebagai Wisata Halal
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.