BORONG, KOMPAS.com - Pohon enau memiliki multi manfaat bagi keberlanjutan dan keberlangsungan alam semesta, manusia, dan makhluk lainnya.
Di seluruh pedesaan wilayah Flores Barat, yakni Manggarai Timur, Manggarai, dan Manggarai Barat tumbuh liar pohon enau.
Pohon ini tidak ditanam manusia, melainkan musang yang menyebarluaskan biji pohon enau hingga tumbuh di berbagai kebun dan hutan.
Baca juga: Wai Nape di Flores Timur Jadi Tempat Wisata, Mata Air yang Tak Pernah Kering
Salah satu daya tarik wisata alam yang belum dilirik oleh pemandu wisata di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah berwisata di hutan pohon Enau.
Selain berwisata, wisatawan bisa mempelajari dan menambah pengetahuan tentang manfaat pohon enau atau aren.
Pohon ini sangat terkenal di Indonesia sebagai penghasil air nira, air untuk tuak atau moke, yakni alkohol lokal dengan cara penyulingan dengan bambu kecil.
Ada pepatah mengatakan "satu ikat lidi mampu membersihkan kotoran dibanding dengan satu lidi". Persatuan dan persaudaraan juga kuat sama seperti satu ikatan lidi.
Adapun, pepatah itu serupa dengan kearifan lokal dari masyarakat Flores yang memanfaatkan keunggulan dari pohon Enau.
Baca juga: Wisata ke Detuwulu Ende, Ada Air Terjun dan Minuman Tradisional Flores
Ada pepatah goet Kolang Kimpur Neho Kiwung, mohe sama wae minse (kekuatan seperti pohon enau tua, kehidupan seperti air nira).
Pohon aren juga memiliki manfaat bagi manusia, yakni menahan longsor, tahan bencana alam, dan menghasilkan uang dengan mengolah air nira tersebut.
Satu pohon enau dewasa memberikan multi manfaat bagi peningkatan ekonomi masyarakat, sumber makanan bagi binatang musang, bahkan buah mudanya bisa diolah menjadi kolang kaling.
Air nira bisa diolah menjadi gula merah, lazim disebut gula kolang. Gula ini memiliki rasa manis. Air nira bening juga bisa minum dan menyegarkan saat kelelahan.
Baca juga: Wisata Hutan Bambu di Flores, Rasakan Kesejukannya
Akar sampai daun pohon enau bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan masyarakat. Bahkan, daun ijuk warna hitam dimanfaatkan untuk atap rumah adat di seluruh Flores Barat.
Banyak kisah masyarakat di Floresyang membiayai pendidikan anak sampai meraih sarjana dengan olahan air nira menjadi gula merah atau gula Kolang.
Seorang prajin gula aren di Desa Wajur, Kecamatan Kuwus Barat, Kabupaten Manggarai Barat bernama Mathias Dandung kepada Kompas.com lewat telepon pada Jumat, (1/4/2022), menjelaskan seputar raping (bahasa Kolang untuk menamakan pohon aren).
Baca juga: Lagu Tema The Heart of Flores, Kencangkan Promosi Wisata Nagekeo
Ada goet kolang, kimpur nong kiwung, artinya daya tahan dalam perjuangan harus seperti pohon aren yang tua, kuat, dan utuh. Nama raping, lanjut Dandung, berasal dari leluhur orang Kolang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.