Bepergian jarak jauh, khususnya saat puasa membutuhkan pemetaan perjalanan yang matang.
Pemetaan perjalanan tersebut, antara lain mengetahui durasi perjalanan, rute jalan, tempat istirahat, tempat salat, dan tempat mengisi bahan bakar.
“Persiapan perjalanan itu merencanakan perjalanan dengan baik. Artinya, pengendara tahu tempat akan berhenti, tempat salat, isi bensin, rute, dan lain -lain supaya perjalanan terencana dengan baik,” jelasnya.
Baca juga: 10 Tempat Bukber Instagramable di Malang, Ada Paket Buka Puasa dan Gratis Takjil
Selama bepergian jauh saat puasa, pengendara wajib untuk beristirahat secara berkala.
Agus mengatakan, jarak berkendara yang ideal selama tidak berpuasa adalah 2-2,5 jam bagi pengendara sepeda motor. Artinya, maksimal perjalanan 2,5 jam, pengendara wajib beristirahat.
“Kalau kondisi puasa, maka jarak perjalanan disesuaikan jadinya mungkin 1,5-2 jam maksimal perjalanan, kemudian harus istirahat,” katanya.
Meskipun kondisi tubuh orang berbeda-beda, namun ia tetap menyarankan pengendara untuk beristirahat jika sudah menempuh perjalanan motor selama dua jam.
Manfaatkan waktu istirahat itu untuk melakukan peragangan badan. Hal ini karena selama perjalanan, banyak bagian tubuh yang menekuk yakni tangan dan kaki. Dengan meregangkan badan, maka aliran darah dalam tubuh bisa kembali lancar.
“Ketika aliran darah lancar, maka oksigen yang dihasilkan ke otak kita jadi penuh. Kalau oksigen penuh otamatis berkendara lebih fokus dan konsentrasi,” ujarnya.
Senada dengan Agus, dr. Tan Shot Yen juga menyarakan pengendara untuk istirahat dengan cukup jika bepergian jauh saat puasa. Pasalnya, puasa menyisakan rasa kantuk di perjalanan.
Selain kantuk dan lelah, faktor kurang makan dan minum akan menurunkan fokus berkendara.
“Biasakan, sekali waktu tidur sebentar. Jika tiba waktu berbuka, minggir dan parkir kendaraan, jangan demi mengejar waktu makan sambil nyetir,” tegasnya.
Baca juga: Sejarah Dandangan, Tabuh Bedug Jelang Ramadhan Warisan Sunan Kudus
Meskipun terdengar sepele, namun dr. Tan Shot Yen menganjurkan pengendara membawa bekal dari rumah untuk buka puasa. Dengan demikian, makanan terjamin lebih higienis dibandingkan beli di pinggir jalan ketika waktu berbuka tiba.
“Dengan membawa bekal, kita tidak terjebak dengan pilihan makan seketemunya,” ujarnya.
Ia menerangkan, makanan di pinggir jalan belum dijamin higienitas dan tingkat kematangannya. Padahal, kualitas makanan dan minuman sangat penting bagi pengendara yang bepergian jauh saat puasa.
Untuk takjil, ia menganjurkan cukup dengan air dan kurma.
“Nah, tinggal makan malam yang harus dipikirkan. Jangan sampai mengantre di restoran atau warung, dan risiko diare atau keracunan makanan muncul karena faktor kebersihan,” imbuhnya.
Baca juga: 4 Tips Mencegah Badan Pegal dan Sakit Punggung Saat Berkemah
Ketika bepergian jarak jauh saat puasa, tak ada salahnya membawa obat-obatan, seperti dikutip dari Kompas.com, Minggu (10/6/2018).
Hal tersebut disebabkan terjadinya berbagai kemungkinan selama bepergian jarak jauh. Terlebih, kondisi tubuh orang puasa yang lebih rentan.
Jadi tidak ada salahnya membawa obat-obatan secara mandiri. Beberapa obat yang bisa dibawa, antara lain obat sakit kepala, minyak angin, obat anti-mabuk, kasa, dan obat merah.
Baca juga: Kuramasan, Ritual Sucikan Diri Jelang Ramadhan Kampung Adat Miduana di Cianjur
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.