Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerukunan Antarumat Beragama di Wisata Kulon Progo Akan Jadi Sendratari

Kompas.com - 05/04/2022, 05:25 WIB
Dani Julius Zebua,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Kerukunan antarumat beragama di kawasan pariwisata Kalurahan Jatimulyo, Kecamatan atau Kapanewon Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), akan diangkat dalam sendratari.

Kundha Kabudayan atau Dinas Kebudayaan Kulon Progo merencanakan produksi sendratari tersebut di tahun ini.

Tema kerukunan mengambil latar ritual Waisak yang dinamai Tribuana Manggala Bhakti. Umat Buddhis di desa merayakannya setiap tahun.

Baca juga: Ikon Baru Pariwisata Kulon Progo, Lagu-lagu dengan Tiga Bahasa

“Kami ingin mengangkat kerukunan antarumat beragama di Jatimulyo, Girimulyo, sekaligus menjadi contoh dan teladan bagi masyarakat Yogyakarta dan Indonesia pada umumnya,” kata Sekretaris Kundha Kabudayan Yudhono Hindri Atmoko kepada Kompas.com, Minggu (3/4/2022).

Upacara Tribuana Manggala Bakti

Tribuana Manggala Bakti adalah upacara pengambilan tirta suci untuk Waisak. Biasanya, upacara ini menggunakan adat Jawa dan berlangsung di mata air tertinggi perbukitan Menoreh yaitu Taman Sungai Mudal yang terletak di Pedukuhan Gunung Kelir, Jatimulyo.

Taman Sungai Mudal ini obyek wisata hit di Kulon Progo, dengan air terjun bertingkat Instagramable.

Ekowisata Sungai Mudal (Dok. Dinas Pariwisata Kulon Progo) Ekowisata Sungai Mudal (Dok. Dinas Pariwisata Kulon Progo)

Upacara juga disertai tradisi pelestarian alam yang dilaksanakan dalam bentuk menanam pohon, melepaskan burung ke udara dan ikan ke air.

Adapun masyarakat Jatimulyo memang multi-kultur. Mayoritas Muslim, disusul Nasrani, kemudian Buddhis. Mereka hidup berdampingan dan rukun.

Kerukunan antarumat beragama di Kulon Progo

Salah satu kerukun tapak dari pelaksanaan Tribuana Manggala Bakti. Masyarakat pada umumnya terlibat. Mulai dari panitia hingga penjaga parkir, bahkan yang mengambil air suci di puncak tertinggi.

Hal ini dilakukan agar umat Buddha bisa mengikuti semua rangkaian Waisak secara khidmat.

“Buddhis menjalani ritual. Sedangkan yang beragama lain dalam baju Jawa mengambil air suci di pucuk. Pemeluk agama yang lain lagi bahkan ada yang jadi panitia, pengamanan di jalan, hingga penjaga parkir,” kata Yudono.

Baca juga: Sawah Tadah Hujan Instagramable di Kulon Progo Berlatar Perbukitan Menoreh

Kearifan lokal itu diyakini menarik bila dikemas dalam sendratari. Yudono mengungkapkan, kantornya menargetkan sendratari tampil pada Oktober 2022.

“Ini mimpi kami yang sudah sejak lama,” kata Yudono.

Yudono menegaskan, produk seni budaya itu juga lahir sekaligus mendukung tempat-tempat wisata yang sudah ada. Dengan demikian, harapan Kulon Progo sebagai tujuan wisata berbasis budaya bisa tercapai.

Baca juga: Harga Tiket Masuk dan Jam Buka Wisata Bukit Ngisis Kulon Progo

Sebelumnya, Kulon Progo sudah memiliki sendratari Sugriwo Subali yang sering dipentaskan di obyek wisata Goa Kiskendo, Girimulyo. Kemudian ada sendratari Api di Bukit Menoreh yang mendukung banyak obyek wisata di perbukitan.

Kemudian fragmen tari Suroloyo Wrehaspati yang diharapkan mendukung wisata Puncak Suroloyo di Kapanewon Samigaluh. Lalu, ada sendratari Nyi Ageng Serang sebagai pendukung wisata di Kapanewon Kalibawang.

“Termasuk juga ada tari penyambutan Sri Kayun yang sebentar lagi dikuatkan lewat perbup,” kata Yudono.

Direktur Utama Badan Otorita Borobudur Indah Juanita, Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Niken Probo Laras, dan Kepala Desa Jatimulyo Anom Sucondro ikut terlibat dalam pertunjukan Sugriwo Subali di teater terbuka Goa Kiskendo, Kulon Progo, Sabtu (25/11/2018)KOMPAS.com/ DANI J Direktur Utama Badan Otorita Borobudur Indah Juanita, Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Niken Probo Laras, dan Kepala Desa Jatimulyo Anom Sucondro ikut terlibat dalam pertunjukan Sugriwo Subali di teater terbuka Goa Kiskendo, Kulon Progo, Sabtu (25/11/2018)

Kali ini sendratari Tribuana Manggala Bhakti akan mengankat latar belakang kerukunan masyarakat Jatimulyo.

“Bisa dipentaskan di mana saja sebagai promosi budaya, yang otomatis juga mendukung pariwisata kita,” katanya.

Sementara itu, Ketua Pokdarwis Desa Jatimulyo, Suisno mengatakan, kehadiran sendratari akan menguatkan budaya, wisata dan kerukunan warga. Dengan pengemasan dan fasilitas baik, maka akan menarik wisatawan.

Baca juga: Calendar of Event 2022 Kulon Progo, Ada Ratusan Kegiatan Pendukung Pariwisata

Di antaranya, Pokdarwis mendorong adanya homestay sekitaran Giriloka. Homestay bisa menjadi tempat kegiatan budaya dan wisata, juga menjaga kerukunan.

Sendratari juga bisa dikemas di sana. Hal ini jadi pengingat bahwa tradisi Tribuana berlangsung setahun sekali dan bisa dinikmati pelancong.

“Bisa dipaketkan dengan desa wisata,” kata Suisno.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com