Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Klitih di Yogyakarta? Berikut Asal-usulnya

Kompas.com - 06/04/2022, 05:16 WIB
Ulfa Arieza ,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

 

Pergeseran makna klitih 

Saat ini, istilah klitih telah mengalami pergeseran kepada hal negatif yakni tindakan kriminalitas dan anarkistis. Pada banyak kasus yang ditemukan di Yogyakarta, klitih justru dilakukan oleh remaja, seperti dikutip Kompas.com (29/12/2021). 

Klitih perlahan mengalami pemburukan makna, ketika diidentikkan dengan tindakan kejahatan, krimanalitas, entah itu dengan berbagai alasan tidak jelas,” kata Arie. 

Baca juga: 13 Tempat Ngabuburit di Yogyakarta, Tunggu Waktu Buka Sambil Berfoto

Ia menuturkan, aksi klitih ini merupakan bentuk disorientasi pada remaja. Misalnya, remaja yang memiliki permasalahan di keluarga, mempunyai beban di sekolah, mendapat stigma buruk di lingkungan dan komunitas, memiliki ruang ekspresi terbatas, dan lainnya. 

Sunyoto menambahkan, klitih saat ini juga menjadi simbol geng (kelompok). Orang yang menjadi anggota kelompok otomatis memperoleh identitas bagian dari kelompok klitih tersebut. 

“Jadi, untuk mengikat identitas, kalau gabung klitih kemudian punya jaringan kawan, merasa mendapat perlindungan dari jaringan itu. Saya kira itu maknanya sekarang,” tuturnya. 

Ia menuturkan, ada tiga penyebab aksi klitih masih terjadi. Pertama, kegagalan masyarakat dalam memberikan kontrol pada pelaku aksi klitih

Kedua, pemerintah dianggap kurang intensif dalam melakukan pencegahan. Sementara ketiga, peran media sosial turut memperluas ruang untuk saling komunikasi antaranggota kelompok klitih

Baca juga: 4 Tips agar Tidak Kena Tipu Saat Wisata di Malioboro Yogyakarta

Perlu tindakan tegas 

IlustrasiKOMPAS/HANDINING Ilustrasi

Terlepas dari pergeseran makna tersebut, para sosiolog sepakat bahwa aksi klitih membutuhkan tindakan tegas. Klitih tidak bisa dianggap sepele karena telah banyak menelan korban dan meresahkan masyarakat. 

Arie menuturkan, memberantas klitih hingga ke akarnya tidak bisa hanya melalui pendekatan hukum.

Baca juga: 4 Tips Aman Bawa Uang Tunai Saat Liburan

Lebih dari itu, dibutuhkan pendekatan psikologis dengan melibatkan pihak-pihak yang memiliki peran penting, antara lain keluarga, guru di sekolah, lingkungan, dan komunitas. 

“Fenomena klitih di Yogyakarta ini tidak bisa dianggap sepele,” imbuhnya. 

Selain itu, ia juga menyarankan agar pemerintah daerah mengambil langkah proaktif berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait guna mengantisipasi aksi klitih.

Sebab, aksi klitih ini tidak bisa dihilangkan hanya dengan imbauan dan tindakan hukum. 

“Pemerintah daerah tidak bisa sekadar statement dan imbauan, tetapi juga harus proaktif berkolabrasi dengan aparat kepolisian, pihak sekolah, untuk melakukan pencegahan dan memberikan literasi kepada remaja,” katanya. 

Baca juga: 7 Masjid Unik di Yogyakarta, Ada yang Usianya 249 Tahun 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com