Tak hanya kesulitan mencari masjid, ibu satu anak ini juga mengaku sulit mencari makanan halal, khususnya makanan jadi.
“Makanan jadi yang halal itu, honestly di tempat tinggalku susah,” katanya.
Baca juga: 6 Aktivitas Wisata di Swiss untuk Keluarga Saat Musim Semi
Namun, ia masih menemukan toko Asia yang mayoritas menjual bahan baku makanan halal. Oleh sebab itu, ia lebih sering masak sendiri di rumah untuk santapan keluarga.
Apabila terpaksa makan di restoran, ia menyiasatinya dengan berkunjung ke restoran Asia, Jepang, dan Thailand. Sebab, di restoran tersebut tersedia makanan halal seperti ayam, oseng tahu, maupun menu vegan.
“Kalau dalam kondisi tertentu, aku carinya restoran Asia, Thailand, Jepang, yang jual nasi ayam, menu vegan, oseng tahu itu, Insya Allah halal,” imbuhnya.
Baca juga: Pengalaman Puasa WNI di Okinawa Jepang, Wajib Atur Waktu Istirahat
Beragam tantangan puasa di Swiss membuat perempuan asal Wonogiri, Jawa Tengah ini rindu akan suasana Ramadhan di kampung halamannya.
Buka puasa bersama (bukber) keluarga, shalat tarawih dan tadarus di masjid, tradisi membangunkan sahur, serta mencicipi aneka takjil adalah hal-hal yang sangat dia rindukan dari Ramadhan di Indonesia.
“Aku kangen banget suasana Ramadhan di kampung, kangen banget,” ujarnya.
Baca juga: Cerita WNI Jalani Puasa Ramadhan di Turki, Ini 5 Hal Unik yang Dialami
Meskipun jauh dari kampung halaman, ia mengaku tidak merasa kesepian menjalani puasa di Swiss. Sebab, penduduk negara yang terkenal dengan pegunungan Alpen tersebut sangat menjunjung toleransi antar agama.
Tita mengaku sangat terbantu dengan sikap toleransi warga Swiss tersebut. Meskipun mempunyai keyakinan yang berbeda, masyarakat Swiss sangat menghormati kepercayaan orang lain.
“Misalnya aku belanja daging, awalnya kan belum tahu, terus mereka bilang, "jangan itu daging babi, itu bukan buat kamu, daging yang buat kamu yang ini",” ujarnya.
Begitu pula saat Tita dan keluarganya menjalankan ibadah puasa. Warga non Islam di Swiss sangat menghormati muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa.
“Awalnya mereka tanya, puasa itu bagaimana? Lalu, aku jelaskan puasa itu tidak makan dan minum dari pukul 05.00 sampai 20.00, terus mereka mengerti. Aku enggak bisa bilang general, tapi orang-orang di sekitar aku toleransinya tinggi,” ujarnya.
Baca juga: 30 Ucapan Selamat Berbuka Puasa dalam Bahasa Inggris dan Artinya
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.