Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Puasa di Hsinchu Taiwan, Ada Komunitas Muslim Kecil yang Solid

Kompas.com - 21/04/2022, 15:35 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

 

Suasana semakin terasa ramai karena rutinitas warga sekitar yang senang piknik di taman saat akhir pekan dan melakukan aktivitas wisata lain.

"Nah, hunting jajanan di sini buat buka seru juga, walaupun atas alasan kehalalan enggak semua bisa kami beli juga, tapi ya seru aja," tutur Irfan.

Meski ramai jajanan, namun Irfan mengaku rindu dengan jajanan di tanah air, seperti gorengan.

Baca juga:

Kudapan serupa sebetulnya bisa ia temukan di Hsinchu, hanya saja harganya bisa jauh lebih mahal.

Jajanan gorengan di Kota Hsinchu, Taiwan.DOK PRIBADI MUHAMMAD IRFAN Jajanan gorengan di Kota Hsinchu, Taiwan.

"Kalau yang hilang (saat Ramadhan tidak di Indonesia), pasti ada saja. Terutama sajian khas Ramadan kalau saya mah. Kayak bala-bala atau gehu."

"Beli sebetulnya ada juga kayak di warung Indonesia gitu. Harganya NTD 100 (Dollar Baru Taiwan) dapat tiga dengan kurs NTD 1 kira-kira IDR 500 (NTD 100 sekitar Rp 50.000). Biasanya istri saya memang bikin. Tapi karena dua-duanya kuliah dan part-time juga jadi enggak bisa setiap hari kayak di Indonesia," ucapnya.

Toleransi agama yang tinggi

Minimnya muslim di Hsinchu membuat banyak warga sekitar tak terlalu familiar dengan tradisi Islam, termasuk mengenai ibadah di bulan Ramadhan.

Irfan mencontohkan, beberapa orang yang berbincang dengannya mengaku kaget karena selama bulan Ramadhan umat Islam tidak makan dan minum lebih dari 12 jam selama sebulan penuh.

"Pertanyaan-pertanyaan seperti “kamu enggak takut bakal mati kelaparan?” atau “kamu kan di Taiwan, lagi enggak di Indonesia, apa harus puasa juga?” beberapa kali ditanyain oleh mereka ke saya dalam konteks penasaran."

"Kalau begitu ya kami jelasin sebisa kami. Soal hikmah dari puasa dan gimana pemahaman kami soal kewajiban ini, misalnya kayak di mana pun muslim tinggal kalau Ramadhan ya harus puasa."

"Ini sih yang unik dan jadi sarana memperkenalkan agama kita juga dan berbagi pandangan dari sudut pandang dan budaya masing-masing," tuturnya.

Baca juga:

Meski Islam merupakan agama minoritas, namun Irfan merasakan toleransi agama warga Hsinchu sangat tinggi.

Ia mencontohkan, ketika waktu buka puasa, pemilik restoran tempatnya bekerja paruh waktu mempersilakannya jeda untuk makan.

Bekerja di restoran yang menyajikan menu makan malam membuat tempat tersebut mulai dikunjungi pelanggan sekitar pukul 18.00 atau bertepatan dengan waktu berpuasa.

Alih-alih membiarkan Irfan berbuka di dapur, pemilik restoran kerap memintanya makan di meja makan restoran.

"Dia bilang "jangan begitu lagi (makan di dapur)", karena biasanya para pekerja makan di restoran dulu sebelum restonya buka. "Saya merasa enggak enak. Selama Ramadhan kamu bisa makan di sini (meja) bahkan ketika pelanggan sudah datang. Tidak perlu khawatir"," kata Irfan menirukan kata-kata pemilik resto.

"Buat saya hal-hal kayak gini jadi satu penghormatan. Padahal mereka asing sama muslim dan ritualnya, tapi penghargaannya luar biasa.

Baca juga:

Irfan juga mengaku tak kesulitan untuk menjauhi menu non-halal selama berada di Taiwan.

Misalnya, beberapa kali pemilik resto tempatnya bekerja, yang merupakan chef asal Italia dan Taiwan, pernah membuat menu prasmanan dengan daging babi.

Memahami bahwa muslim tidak mengonsumsi babi, mereka menyiapkan masakan lain untuk Irfan.

"Biasanya kalo gitu (masak menu babi), mereka masak terpisah buat saya. Pernah dibikinin hotpot satu panci atau ayam goreng 20 potong buat sendiri. Memang setiap masak buat makan di tempat dan dibawa pulang sama pekerja."

"Alhamdulillah sih selalu kerja di tempat yang toleran. Pernah juga di resto Chinese-Malaysia, enggak pernah dibolehin pegang babi sama dia," ucap Irfan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com