Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Puasa di Hsinchu Taiwan, Ada Komunitas Muslim Kecil yang Solid

Kompas.com - 21/04/2022, 15:35 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Menjalani ibadah puasa Ramadhan di negeri orang menjadi tantangan tersendiri bagi sebagian orang. Terutama, jika pengalaman itu baru saja dialami.

Hal itu salah satunya dialami oleh Muhammad Irfan, warga Negara Indonesia (WNI) yang kini tengah melanjutkan studi master ilmu kajian budaya di National Yang Mung Chiao Tung University di Kota Hsinchu, Taiwan.

Baca juga: Cerita Puasa di Mekkah, Ada Tradisi Bergadang hingga Sahur 

Irfan, dan istrinya yang juga melanjutkan studi, baru enam bulan tinggal di Taiwan. Oleh karena itu, tahun ini adalah Ramadhan pertama mereka di negara tersebut.

"Saya baru di Taiwan dari awal Oktober 2021. Berarti bulan ini masuk bulan keenam," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (20/04/2022).

Suasana Ramadhan di Taiwan menurutnya sangat berbeda dengan di tanah air. Jumlah muslim yang sangat sedikit membuat mushola di kota tersebut juga minim.

Di Hsinchu ia hanya menenukan tiga mushola, sementara masjid besar hanya ada di ibu kota Taiwan, Taipei.

Baca juga:

Di samping itu, tak ada pengurangan jam kerja atau aktivitas saat Ramadhan seperti di Indonesia, dan tempat-tempat makan tetap ramai pada siang hari.

"Dengan situasi yang kayak gini tentu dalam beberapa hal Ramadhan-nya enggak berasa kayak Ramadhan," tuturnya.

Muhammad Irfan berpose di depan Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) di Taipei, Taiwan.DOK PRIBADI MUHAMMAD IRFAN Muhammad Irfan berpose di depan Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) di Taipei, Taiwan.

Kendati demikian, Irfan bertemu dengan komunitas muslim yang cukup solid di kota tersebut.

Komunitas muslim tersebut menggelar shalat tarawih setiap malam dan bahkan mengadakan buka bersama di mushola pada akhir pekan.

Adapun kebanyakan muslim di Hsinchu berasal dari Indonesia, India, dan beberapa negara Timur-Tengah.

"Karena sedikit ini, rasanya jadi makin solid. Pas penentuan awal Ramadhan, misalnya, kami yang berasal dari negara-negara berbeda saling kasih informasi satu sama lain minimal lewat LINE karena pengumumannya kan enggak ada di TV."

"Sama kayak di Indonesia, di sini, Chinese Muslim Association (CMA) pakai metode rukyatul hilal juga. Dan kemarin sampai jam 8 malam kami masih nunggu buat bikin tarawih atau enggak."

"Tahunya sudah ditunggu, 1 Ramadhan-nya menurut sidang isbat CMA baru masuk di hari Minggu, sama kayak Indonesia. Alhasil sebagian muslim yang sudah kumpul di Hsinchu Islamic Center Downtown ya pada pulang lagi," ungkap Irfan.

Baca juga:

Ia bercerita, shalat tarawih di sana biasanya dibagi menjadi dua kloter, yakni pukul 20.00 dan 21.00. Sebab, mushola yang tersedia terlalu kecil untuk menampung muslim yang ada.

"Musholanya tiga tingkat kayak ruko gitu. Kalau yang di kampus di basement dorm. Cuma ada satu ruangan," sambungnya.

Meski demikian, Irfan tak terlalu menemukan kesulitan dalam menjalani puasa di Taiwan. Sebab, saat ini di negara tersebut sudah memasuki musim semi, sehingga udaranya sejuk dan tidak terlalu panas atau pun terlalu dingin.

"Jadi ya adem kayak di Lembang. Paling jam puasanya saja yang sedikit lebih lama. Imsak jam 04.00, buka jam 18.20 dan makin akhir makin malam kalau liat di kalendernya," kata dia.

Banyak jajanan saat ngabuburit

Suasana pasar kaget akhir pekan di Kota Hsinchu, Taiwan.DOK PRIBADI MUHAMMAD IRFAN Suasana pasar kaget akhir pekan di Kota Hsinchu, Taiwan.

Taiwan kaya dengan budaya street food. Oleh karena itu, tak sulit bagi Irfan untuk mendapatkan kudapan berbuka puasa, terutama pada akhir pekan.

Setiap akhir pekan, di Hsinchu selalu digelar "pasar kaget" yang menurutnya memberikan keseruan tersendiri jika dilakukan sambil ngabuburit.

Baca juga:

Pasar tersebut buka setiap akhir pekan mulai sekitar pukul 06.00 hingga 19.00.

Karena digelar saat hari libur, banyak warga yang berkunjung ke sana, termasuk para WNI yang juga menetap di Hsinchu.

Adapun beberapa camilan yang tersedia seperti stinky tofu, jagung bakar, jagung rebus, dan kuliner India seperti kebab.

Selain makanan, ada pula para pedagang barang lain, seperti pakaian, mainan, dan seprai.

 

Suasana pasar kaget akhir pekan di Kota Hsinchu, Taiwan.DOK PRIBADI MUHAMMAD IRFAN Suasana pasar kaget akhir pekan di Kota Hsinchu, Taiwan.

Suasana semakin terasa ramai karena rutinitas warga sekitar yang senang piknik di taman saat akhir pekan dan melakukan aktivitas wisata lain.

"Nah, hunting jajanan di sini buat buka seru juga, walaupun atas alasan kehalalan enggak semua bisa kami beli juga, tapi ya seru aja," tutur Irfan.

Meski ramai jajanan, namun Irfan mengaku rindu dengan jajanan di tanah air, seperti gorengan.

Baca juga:

Kudapan serupa sebetulnya bisa ia temukan di Hsinchu, hanya saja harganya bisa jauh lebih mahal.

Jajanan gorengan di Kota Hsinchu, Taiwan.DOK PRIBADI MUHAMMAD IRFAN Jajanan gorengan di Kota Hsinchu, Taiwan.

"Kalau yang hilang (saat Ramadhan tidak di Indonesia), pasti ada saja. Terutama sajian khas Ramadan kalau saya mah. Kayak bala-bala atau gehu."

"Beli sebetulnya ada juga kayak di warung Indonesia gitu. Harganya NTD 100 (Dollar Baru Taiwan) dapat tiga dengan kurs NTD 1 kira-kira IDR 500 (NTD 100 sekitar Rp 50.000). Biasanya istri saya memang bikin. Tapi karena dua-duanya kuliah dan part-time juga jadi enggak bisa setiap hari kayak di Indonesia," ucapnya.

Toleransi agama yang tinggi

Minimnya muslim di Hsinchu membuat banyak warga sekitar tak terlalu familiar dengan tradisi Islam, termasuk mengenai ibadah di bulan Ramadhan.

Irfan mencontohkan, beberapa orang yang berbincang dengannya mengaku kaget karena selama bulan Ramadhan umat Islam tidak makan dan minum lebih dari 12 jam selama sebulan penuh.

"Pertanyaan-pertanyaan seperti “kamu enggak takut bakal mati kelaparan?” atau “kamu kan di Taiwan, lagi enggak di Indonesia, apa harus puasa juga?” beberapa kali ditanyain oleh mereka ke saya dalam konteks penasaran."

"Kalau begitu ya kami jelasin sebisa kami. Soal hikmah dari puasa dan gimana pemahaman kami soal kewajiban ini, misalnya kayak di mana pun muslim tinggal kalau Ramadhan ya harus puasa."

"Ini sih yang unik dan jadi sarana memperkenalkan agama kita juga dan berbagi pandangan dari sudut pandang dan budaya masing-masing," tuturnya.

Baca juga:

Meski Islam merupakan agama minoritas, namun Irfan merasakan toleransi agama warga Hsinchu sangat tinggi.

Ia mencontohkan, ketika waktu buka puasa, pemilik restoran tempatnya bekerja paruh waktu mempersilakannya jeda untuk makan.

Bekerja di restoran yang menyajikan menu makan malam membuat tempat tersebut mulai dikunjungi pelanggan sekitar pukul 18.00 atau bertepatan dengan waktu berpuasa.

Alih-alih membiarkan Irfan berbuka di dapur, pemilik restoran kerap memintanya makan di meja makan restoran.

"Dia bilang "jangan begitu lagi (makan di dapur)", karena biasanya para pekerja makan di restoran dulu sebelum restonya buka. "Saya merasa enggak enak. Selama Ramadhan kamu bisa makan di sini (meja) bahkan ketika pelanggan sudah datang. Tidak perlu khawatir"," kata Irfan menirukan kata-kata pemilik resto.

"Buat saya hal-hal kayak gini jadi satu penghormatan. Padahal mereka asing sama muslim dan ritualnya, tapi penghargaannya luar biasa.

Baca juga:

Irfan juga mengaku tak kesulitan untuk menjauhi menu non-halal selama berada di Taiwan.

Misalnya, beberapa kali pemilik resto tempatnya bekerja, yang merupakan chef asal Italia dan Taiwan, pernah membuat menu prasmanan dengan daging babi.

Memahami bahwa muslim tidak mengonsumsi babi, mereka menyiapkan masakan lain untuk Irfan.

"Biasanya kalo gitu (masak menu babi), mereka masak terpisah buat saya. Pernah dibikinin hotpot satu panci atau ayam goreng 20 potong buat sendiri. Memang setiap masak buat makan di tempat dan dibawa pulang sama pekerja."

"Alhamdulillah sih selalu kerja di tempat yang toleran. Pernah juga di resto Chinese-Malaysia, enggak pernah dibolehin pegang babi sama dia," ucap Irfan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com