Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Tren dan Preferensi Pariwisata 2022 di Asia Tenggara

Kompas.com - 27/04/2022, 11:29 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang telah terjadi selama dua tahun terakhir menyebabkan banyak aspek kehidupan berubah, termasuk dalam bidang pariwisata dan preferensi wisatawan. 

Informasi ini disampaikan oleh Asia Pacific Travel Lead for Google, Hermione Joye, dalam diskusi virtual Southeast Asia Travel Roundtable yang digelar Selasa (26/042022).

Baca juga: Bali Jadi Destinasi dengan Pertumbuhan Tercepat di Dunia Maret 2022

Beberapa tren dan preferensi wisatawan ini, menurutnya, muncul dalam beberapa waktu terakhir setelah menyesuaikan diri dan beradaptasi selama pandemi Covid-19. 

Berikut beberapa tren dan preferensi pariwisata pada masyarakat di negara-negara Asia Tenggara, yang ditemukan dalam penelusuran Google. 

1. Menggunakan digital

Ilustrasi menggunanan ponsel, handphonePIXABAY/FREE-PHOTOS Ilustrasi menggunanan ponsel, handphone

Menurut Hermione, tren perjalanan yang paling terlihat saat dan sesudah pandemi Covid-19 adalah penggunaan teknologi digital.

"Selama pandemi, penggunaan digital tidak hanya meningkat, tetapi juga cukup menciptakan interdependensi (ketergantungan) di masyarakat Asia Tenggara yang sudah mengenal internet," ujar Hermione.

Hal ini, ia mengatakan, terlihat dalam proses merancang perjalanan hingga pelaksanaannya.

Baca juga: 3 Tips Dapat Hotel Murah Ala Manajer Pegipegi, Tahu Waktu Terbaik

Mulai dari mencari ide wisata dari ponsel, meriset dan merencanakan perjalanan, meluangkan waktu untuk mencari promo, hingga melakukan pemesanan perjalanan melalui online.

"Memang masih ada orang yang memesan trip secara offline. Tapi proses menuju ke sana biasanya akan memanfaatkan digital juga. Misalnya mencari website, review, rating travel agent, dan lain-lain," jelas Hermione.

Lebih lanjut, teknologi digital juga digunakan dalam mengorganisir perlengkapan perjalanan, menavigasi perjalanan, hingga berbagi pengalaman bersama keluarga atau teman.

Hermione juga menyebutkan, saat ini, tidak hanya generasi muda yang bergantung pada digital, tetapi juga generasi yang lebih tua karena harus memenuhi kebutuhan mereka.

2. Merencanakan rencana perjalanan lebih detail

Ketika mencari cara membuat itinerary, pastikan kita juga membuat rencana cadangan. Ini dilakuakan untuk memastikan waktu dan bujet sesuai perencanaan meski ada kendala di lapangan.PEXELS/GUSTAVO FRING Ketika mencari cara membuat itinerary, pastikan kita juga membuat rencana cadangan. Ini dilakuakan untuk memastikan waktu dan bujet sesuai perencanaan meski ada kendala di lapangan.

Selanjutnya, Hermione mengatakan bahwa perencanaan perjalanan saat pandemi terasa lebih rinci.

"Misalnya saat ini wisatawan harus tau persyaratan lengkap keluar dan masuk suatu negara," terangnya.

Selain itu, karena traveling di kala pandemi menjadi sesuatu yang sangat berharga, seseorang biasanya akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk merancang perjalanan secara hati-hati.

Baca juga: Permintaan Aneh Sejumlah Tamu Hotel di Indonesia, Pilih Staf Sesuai Zodiak

Ia menjelaskan, beberapa buktinya yakni 12 kali peningkatan penelusuran dengan kata kunci "travel requirements" di sejumlah negara di Asia Tenggara.

Lalu, peningkatan penelusuran hingga 523 persen dengan kata kunci "travel insurance", dan 17 persen peningkatan penelusuran terhadap durasi perencanaan yang lebih lama saat liburan ke luar negeri.

Baca juga: 10 Tren Baru Industri Perhotelan Tahun 2022

 

Ilustrasi packingUNSPLASH/SARAH BROWN Ilustrasi packing

3. Durasi perjalanan lebih lama

Kesempatan bepergian yang jarang terjadi menyebabkan banyak wisatawan merasa perlu menghabiskan waktu lebih lama saat melakukan perjalanan.

"Orang-orang lebih menikmati perjalanan berdurasi lama. Misalnya rata-rata menginap wisatawan Singapura naik menjadi delapan hari, wisatawan Australia jadi 14 hari, dan lainnya," kata Hermione.

Baca juga: Tren Nginap di Akomodasi Privat Naik pada 2022, Vila hingga Resort

Hal ini menurutnya terjadi karena beberapa alasan. Pertama, mereka ingin meminimalisasi kompleksitas karena tidak perlu berpindah-pindah tempat.

Kedua, ingin menjadikan waktu perjalanan sebagai momen yang berharga dan berkualitas.

Hermione mengatakan, salah satu buktinya adalah pertumbuhan permintaan terhadap "vacation rentals", yang menandakan durasi menginap yang lebih lama.

Misalnya, vacation rental di Indonesia naik hingga 315 persen pada Maret 2022 dibandingkan tahun 2019.

Begitupun peningkatan terhadap "vacation rentals" di negara-negara Asia Tenggara lain seperti Thailand dan Filipina.

4. Kecenderungan mencari penginapan mewah

5 Hotel Mewah di Kota Bogor yang Cocok Jadi Tempat Staycationroyal-tulip-gunung-geulis.goldentulip.com 5 Hotel Mewah di Kota Bogor yang Cocok Jadi Tempat Staycation

Menurut Hermione, wisatawan di kala pandemi cenderung memilih penginapan yang lebih mewah dibandingkan saat sebelum pandemi.

Hal ini dilakukan karena para wisatawan ingin merawat diri (self-care) dan lebih memprioritaskan kesejahteraan (wellness) mereka. 

"Beberapa alasan lainnya adalah karena orang-orang ingin mencari lingkungan yang lebih bersih, dan menjadikan momen traveling dengan sebaik dan se-enjoy mungkin," terangnya. 

Baca juga: Hati-hati Jika Dapat Kamar Hotel di Atas Lantai 4, Ini Sebabnya

Kendati demikian, Hermione mengatakan preferensi ini bukan berarti tidak ada kesempatan bagi penginapan-penginapan kecil atau low budget.

Namun, ia berpesan agar penginapan sederhana dapat terus meningkatkan kualitas pelayanan, keamanan, dan kebersihan mereka sehingga dapat semakin bernilai di mata wisatawan. 

Baca juga: 6 Resor Mewah di Tepi Sungai Ayung, Bali yang Mendamaikan

5. Kesadaran akan wisata berkelanjutan

Sejak pandemi Covid-19, kata Hermione, semakin banyak wisatawan yang sadar akan pentingnya pariwisata berkelanjutan. 

"Orang-orang lebih peduli terhadap isu keberlanjutan (sustainability). Misalnya penggunaan energi, konsumsi ramah lingkungan, dan lain-lain," ujarnya. 

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa penelusuran masyarakat Asia Tenggara terhadap kata kunci "sustainability" naik hingga 45 persen pada tahun 2021 dibandingkan tahun 2019.

Beberapa cara berpartisipasi dalam pariwisata berkelanjutan, kata Hermione, misalnya memilih penerbangan dengan karbon emisi yang lebih rendah atau menginap di hotel dengan sertifikasi ramah lingkungan. 

Baca juga: 10 Hotel di Labuan Bajo Terima Anugerah Award Hotel Berkelanjutan 2021

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com