Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Pandemi Muncul Fenomena "Revenge Traveler", Apa Itu?

Kompas.com - 27/04/2022, 14:45 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah pembatasan perjalanan selama dua tahun akibat pandemi Covid-19, muncul fenomena baru dalam pariwisata yakni istilah yang disebut dengan revenge travel atau revenge tourism.

Seperti diketahui, selama dua tahun terakhir, masyarakat mengalami karantina, isolasi, pembatasan aktivitas sosial, larangan bepergian, dan penutupan negara dari wisatawan asing.

Beberapa hal tersebut dilakukan guna meminimalisir angka penyebaran virus.

Baca juga: 5 Tren dan Preferensi Pariwisata 2022 di Asia Tenggara

Oleh karena itu, keinginan berwisata banyak masyarakat yang sebelumnya tertahan, menjadi lebih besar saat pelonggaran dilakukan.

Seperti dikutip Kompas.com (04/08/2021), dari The Economic Times, revenge travel atau revenge tourism adalah fenomena yang terjadi saat masyarakat melakukan perjalanan atau berwisata ke luar rumah setelah menjalani isolasi.

Sesuai namanya, fenomena ini disebut sebagai bentuk "balas dendam" dari orang-orang yang terpaksa menjalani isolasi, karantina, dan pembatasan karena kebijakan yang berlaku.

Karakteristik fenomena Revenge Traveler di Asia Tenggara

Ilustrasi wisatawan.PEXELS/ROBERT FOREVER AGO Ilustrasi wisatawan.

Data dari Travel Insights with Google menunjukkan beberapa karakteristik revenge traveler di Asia Tenggara, sejak dibukanya perbatasan negara-negara di kawasan tersebut.

Revenge traveler saat ini mencari segala cara agar mereka dapat melakukan perjalanan yang berkualitas, sebagai pengganti sebelum-sebelumnya. Ini terlihat dari banyaknya pergerakan wisatawan di Asia Tenggara”.

Demikian disampaikan Asia Pacific Lead for Google, Hermione Joye, saat diskusi Southeast Asia Travel Roundtable 2022, pada Selasa (26/04/2022).

Baca juga: Bali Jadi Destinasi dengan Pertumbuhan Tercepat di Dunia Maret 2022

“Jadi, apa saja yang saat ini diinginkan oleh revenge traveler, dari data (Google) yang kami punya?” imbuh Herminone.

1. Menjelajah dengan penuh semangat (passionately exploring)

Menurut Hermione, jumlah wisatawan di Asia Tenggara terlihat menunjukkan antusiasme tinggi dalam mencari destinasi wisata.

Data Google menunjukkan, penelusuran terhadap kata kunci “where to travel” meningkat hingga 336 persen dalam beberapa waktu terakhir, khususnya di negara Singapura, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.

Baca juga: Syarat Liburan ke Singapura Bebas Karantina Mulai 1 April

Hal ini, kata Hermione, merupakan suatu hal yang sangat masif dan mind-blowing, karena angkanya yang sangat tinggi.

2. Melakukan hal yang mereka rindukan (doing what they missed)

Pasangan muda-mudi Singapura sedang melintas di depan air mancur di distrik Clarke Quay, Singapura Tengah, yang terkenal akan hiburan dunia malamnya, Sabtu (26/2/2022) malam. Singapura mengumumkan pelonggaran protokol kesehatan (prokes) Covid-19 mulai Selasa (15/3/2022).KOMPAS.com/ERICSSEN Pasangan muda-mudi Singapura sedang melintas di depan air mancur di distrik Clarke Quay, Singapura Tengah, yang terkenal akan hiburan dunia malamnya, Sabtu (26/2/2022) malam. Singapura mengumumkan pelonggaran protokol kesehatan (prokes) Covid-19 mulai Selasa (15/3/2022).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com