Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Capat Sampah, Cerita Memperingati Hari Bumi 2022 di Manggarai NTT

Kompas.com - 28/04/2022, 18:31 WIB
Markus Makur,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

RUTENG, KOMPAS.com - Di masa lalu, capat yang dibuat dari anyaman bambu dengan bentuk menyerupai trompet, digunakan masyarakat Manggarai, Nusa Tenggara (NTT) Timur untuk menjebak udang, belut, katak, dan kepiting di sungai.

Dilengkapi pemberat seperlunya, capat diletakkan di arus deras sore harinya. Ketika malam tiba, belut, udang, kepiting, dan ikan yang keluar dari sarang untuk mencari makanan akan terjebak di capat.

Baca juga: 5 Air Terjun Unik di Manggarai Timur NTT, Ada yang Punya Sarang Walet

Pagi hari, capat diangkat dan hasil tangkapan semalaman diambil untuk lauk. Begitulah cara orangtua mengasupi kebutuhan gizi keluarga dengan mengambil apa yang disediakan alam.

Capat Sampah

Pada peringatan Hari Bumi, Jumat (22/4/2022), capat kembali difungsikan. Kali ini untuk membersihkan sungai dari sampah yang mencemari lingkungan.

Aspiran OFM asal Lembata, Krisantus Ale Ruing (21) mengungkapkan bahwa pihaknya berhasil menangkap beragam jenis sampah plastik, kemasan oli, karung, dan popok pembalut.

Memperingati Hari bumi, 22 April 2022, JPIC OFM Flores Barat menganyam Capat sampah untuk menangkap sampah plastik di Sungai didekat Pagal, Kabupaten Manggarai, NTT, Jumat, (22/4/2022). (KOMPAS.com/DOK JPIC OFM FLORES BARAT-PATER JOHNY DOHUT,OFM)KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR-DOK JPIC OFM FLORES BARAT-PATER JOHNY DOHUT,OFM Memperingati Hari bumi, 22 April 2022, JPIC OFM Flores Barat menganyam Capat sampah untuk menangkap sampah plastik di Sungai didekat Pagal, Kabupaten Manggarai, NTT, Jumat, (22/4/2022). (KOMPAS.com/DOK JPIC OFM FLORES BARAT-PATER JOHNY DOHUT,OFM)

“Selama ini, ada saja warga yang diam-diam datang ke tepi hutan ini dan membuang sampah di jembatan dan lalu hanyut dibawa banjir melewati kali kecil ini," kata seorang warga.

Baca juga: Syarat Wisata ke Taman Nasional Komodo NTT, Wajib Punya Surat Sehat

Tanpa pengawasan ketat dan penegakan aturan, perilaku membuang sampah di hutan dan sungai semakin merajalela. Selain di ruas jalan Pagal-Cibal Timur, juga sepanjang jalan Pagal-Gapong, ada begitu banyak tumpukan sampah.

Mulai dari rumah sendiri

Aspiran asal Riung, Ngada bernama Carlos Siga (19) pun heran karena sungai kecil yang jauh dari permukiman masih saja dijejali sampah. Ia berharap agar ada kesadaran bersama untuk tertib mengolah sampah rumah tangga.

Harapan senada diungkap Richardus Barat SS (40) yang juga ambil bagian dalam aksi pagi hingga siang itu.

Memperingati Hari bumi, 22 April 2022, JPIC OFM Flores Barat menganyam Capat sampah untuk menangkap sampah plastik di Sungai didekat Pagal, Kabupaten Manggarai, NTT, Jumat, (22/4/2022). (KOMPAS.com/DOK JPIC OFM FLORES BARAT-PATER JOHNY DOHUT,OFM)KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR-DOK JPIC OFM FLORES BARAT-PATER JOHNY DOHUT,OFM Memperingati Hari bumi, 22 April 2022, JPIC OFM Flores Barat menganyam Capat sampah untuk menangkap sampah plastik di Sungai didekat Pagal, Kabupaten Manggarai, NTT, Jumat, (22/4/2022). (KOMPAS.com/DOK JPIC OFM FLORES BARAT-PATER JOHNY DOHUT,OFM)

“Membuang sampah pada tempatnya perlu dibiasakan di rumah masing-masing," kata Richardus Barat SS (40) yang ikut dalam upaya pembersihan.

Ia melanjutkan, setiap keluarga perlu menyiapkan tempat sampah di rumah dan membiasakan diri memisahkan sampah organik dan non-organik. Yang non-oganik ini harus tahu betul bagaimana menanganinya agar tidak dibuang sembarangan.

Baca juga: Uniknya Air Terjun Kembar Gajah di NTT, Punya Bebatuan Mirip Belalai Gajah

Sementara itu, seorang warga bernama Lestari (33) membagikan tips menangani sampah popok, yakni pertama dicuci di kloset.

"Jelly-nya dibuka dan ditaruh di tanaman, pisang atau labu, terutama untuk cadangan air di musim kemarau. Sementara plastiknya bisa dibakar. Orang di sini banyak yang mau praktis saja. Setelah dipakai, ditaruh di karung, lalu dibuang ke sungai," tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com