KOMPAS.com - Ada banyak tantangan berpuasa Ramadhan yang dijalani para Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di luar negeri. Terutama, bagi mereka yang belum lama menginjakkan kaki di negeri orang.
Misalnya, faktor musim, budaya, dan jarak yang jauh dari keluarga hanyalah beberapa tantangan yang dihadapi.
Nadia Atmaji salah satunya. Perempuan yang melanjutkan studi S2 digital media di University College London (UCL) ini menjalani kehidupan di London selama tujuh bulan terakhir, termasuk momen puasa Ramadhan.
Baca juga: Pengalaman Puasa di Sydney, Berburu Jajanan di Festival Ramadhan
Durasi puasa yang lebih panjang dari durasi di tanah air menjadi salah satu tantangan yang dirasakannya.
Karena cuaca saat ini merupakan peralihan dari musim semi ke musim panas, durasi puasa di London berkisar antara 16-17 jam.
"Bayangin, aku sahurnya jam 03.30 karena jam 04.00 sudah subuh. Terus buka puasanya jam 20.00," kata Nadia kepada Kompas.com, Kamis (28/04/2022).
Kendati demikian, Nadia merasakan nuansa Ramadhan yang sangat kental di London. Banyak ditinggali komunitas dari berbagai negara membuat kota tersebut juga dihuni banyak warga muslim.
Menurutnya, suasana Ramadhan yang kental terutama terasa di masjid-masjid, di mana mereka juga kerap menggelar buka bersama seperti di tanah air.
Baca juga:
Adapun beberapa masjid yang sempat dikunjungi Nadia antara lain London Central Mosque dan East London Mosque.
"Di London Central Mosque itu di setiap iftar ada pembagian takjil gratis sama makan berat. Waktu itu makan nasi biryani sama daging. Senang, deh," ucapnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.