Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengalaman Puasa di London, Ada Bukber di Lokasi Ikonik

Kompas.com - 30/04/2022, 05:25 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Ada banyak tantangan berpuasa Ramadhan yang dijalani para Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal di luar negeri. Terutama, bagi mereka yang belum lama menginjakkan kaki di negeri orang.

Misalnya, faktor musim, budaya, dan jarak yang jauh dari keluarga hanyalah beberapa tantangan yang dihadapi.

Nadia Atmaji salah satunya. Perempuan yang melanjutkan studi S2 digital media di University College London (UCL) ini menjalani kehidupan di London selama tujuh bulan terakhir, termasuk momen puasa Ramadhan.

Baca juga: Pengalaman Puasa di Sydney, Berburu Jajanan di Festival Ramadhan

Durasi puasa yang lebih panjang dari durasi di tanah air menjadi salah satu tantangan yang dirasakannya.

Karena cuaca saat ini merupakan peralihan dari musim semi ke musim panas, durasi puasa di London berkisar antara 16-17 jam.

"Bayangin, aku sahurnya jam 03.30 karena jam 04.00 sudah subuh. Terus buka puasanya jam 20.00," kata Nadia kepada Kompas.com, Kamis (28/04/2022).

Kendati demikian, Nadia merasakan nuansa Ramadhan yang sangat kental di London. Banyak ditinggali komunitas dari berbagai negara membuat kota tersebut juga dihuni banyak warga muslim.

Menurutnya, suasana Ramadhan yang kental terutama terasa di masjid-masjid, di mana mereka juga kerap menggelar buka bersama seperti di tanah air.

Baca juga:

Adapun beberapa masjid yang sempat dikunjungi Nadia antara lain London Central Mosque dan East London Mosque.

"Di London Central Mosque itu di setiap iftar ada pembagian takjil gratis sama makan berat. Waktu itu makan nasi biryani sama daging. Senang, deh," ucapnya.

London Central Mosque.SHUTTERSTOCK/ANGEL BV London Central Mosque.

Perempuan yang tinggal bersama empat rekannya sesama peraih beasiswa LPDP itu juga kerap mengikuti acara buka bersama komunitas di kampus, yakni UCL Islamic Society.

Di sana, Nadia bertemu dengan teman-teman dari berbagai negara dan saling berbagi informasi tentang budaya masing-masing negara.

"Bareng-bareng buka puasa, nyoba makanan khas Timur Tengah, sharing gimana tentang Indonesia. Aku juga sering pakai baju kayak batik, kain-kain etnik, sekalian promosi Indonesia juga," tutur Head of PR & Communications Perhimpunan Pelajar Indonesia di UK (PPI UK) itu.

Nadia (ketiga dari kiri) ketika menghadiri acara buka puasa bersama perhimpunan Pelajar Indonesia di UK (PPI UK) di Queen Mary University, London.DOK PRIBADI NADIA ATMAJI Nadia (ketiga dari kiri) ketika menghadiri acara buka puasa bersama perhimpunan Pelajar Indonesia di UK (PPI UK) di Queen Mary University, London.

Banyak dihuni oleh warga muslim membuat makanan halal tak sulit dicari di sana. Menurut Nadia, selain mengetahui daerah yang memang memiliki banyak gerai makanan halal, banyak restoran juga sudah memasang logo halal.

Baca juga:

Secara umum, ia mengagumi keberagaman yang dipelihara di London. Sebab, selain di masjid atau komunitas muslim, buka puasa bersama juga kerap digelar secara terbuka di beberapa tempat ikonik.

Beberapa di antaranya Trafalgar Square, Royal Albert Hall, dan Liverpool Street.

"Jadi cukup amazed sama keberagaman di sini dan bagaimana warganya saling menghormati," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com