Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Wisatawan Cemari Pohon Sakral di Bali, Tanda Kurangnya Edukasi

Kompas.com - 05/05/2022, 16:23 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

 

Upaya perbaikan yang harus dilakukan

Senada, pengamat pariwisata sekaligus Guru Besar Ilmu Pariwisata Universitas Udayana Bali, I Gde Pitana mengatakan terdapat beberapa hal penting yang sebaiknya dilakukan. 

Menurutnya, semua pelaku wisata perlu terus mengedukasi para wisatawan tentang hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan di Bali maupun lokasi wisata lain di Indonesia.

Baca juga: Hati-hati, Jangan Injak Sajen Saat Wisata di Bali

Ini menurutnya perlu dilakukan dari hulu ke hilir.

"Hulu, kita harus rajin melakukan edukasi, setiap travel agent dan kita semua yang terlibat mendatangkan wisatawan, harus mengedukasi wisatawan."

"Misalnya, majalah maskapai Garuda, coba tulis do's and dont's, bukan hanya di Bali, tapi di Batam, Jogja, Borobudu,  dan lainnya. Lalu saat mereka naik bus juga diedukasi," terang dia kepada Kompas.com, Kamis. 

Sementara untuk hilir dapat dilakukan oleh para pemandu wisata. Dalam menawarkan paket perjalanan, agen-agen perjalanan diharapkan turut menginformasikan tentang aturan setempat.

"Selain itu, bagi pemilik daya tarik wisata, kalau dikomersilkan, harus dijaga. Bukankah mereka (wisatawan) masuk ke daya tarik itu sudah bayar? Ya harus digaji karyawannya untuk menjaga. Bukan hanya soal pelanggaran etika, tapi kebersihan, keamanan, dan lain sebagainya," imbuhnya.

Baca juga: 2 Maskapai Baru di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Ada Pelita Air dan VietJet Air

Mulut Gua Gajah.Indonesia Travel Mulut Gua Gajah.

Pemasangan signage

Lebih lanjut, ia berpesan bagi para pelaku wisata untuk menyiapkan signage sebagai antisipasi.

Adapun signage merupakan tampilan grafis berupa gambar atau simbol yang dirancang untuk menampilkan informasi kepada audience tertentu. 

Baca juga: Makna Sesaji dalam Kehidupan Masyarakat Jawa, Tidak Selalu Berarti Menyembah

Menurutnya, tanda-tanda seperti ini harus diterapkan dan disosialisasikan di berbagai tempat yang diperlukan. 

"Nah ini semua tidak boleh yang satu menunggu yang lainnya, semua pergerakan harus kalau bisa serempak," tegas dia. 

Kendati tidak membenarkan perilaku wisatawan tersebut, ia mengakui bahwa banyak tempat-tempat wisata yang belum menampilkan aturan atau tanda secara tegas. 

Hal itu menyebabkan tak sedikit wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara, melanggar aturan karena ketidaktahuan, ketidaksadaran, atau ketidaksengajaan.

Baca juga: Mistisnya Ritual Sesaji untuk Para Arwah Kelimutu

Jika pelanggaran disebabkan oleh ketidaktahuan, menurutnya hal itu menjadi salah satu tugas dari pelaku industri pariwisata untuk dapat memberikan edukasi kepada wisatawan. 

"Sudah saatnya Bali ini ketat dengan berbagai aturan, ya aturan yang hulu dan hilir tadi," kata Pitana. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com