Selain dari sisi pelaku industri pariwisata, baik Tjok Bagus dan Pitana sama-sama menekankan pentingnya kesadaran pada diri wisatawan.
Apalagi, Bali memiliki adat istiadat yang masih terjaga.
"Karena Bali itu unik, terbuka, tapi dalam hal tertentu ini sudah jelas dalam regulasi Perda, kewajiban dan hak wisatawan seperti apa. Pengelola daya tarik wisata juga pengawasannya harus lebih ketat lagi," imbuhnya.
Baca juga: Bali Jadi Destinasi dengan Pertumbuhan Tercepat di Dunia Maret 2022
Sementara, I Gde Pitana yang dinobatkan sebagai Pendeta (Sulinggih) bergelar Ida Pandita Mpu Jaya Brahmananda berpesan, adanya kode etik pariwisata yang sebaiknya ditaati.
Bahkan, menurutnya, kode etik tersebut telah diratifikasi atau disahkan oleh Indonesia, yang artinya negara ini telah setuju untuk terikat dalam perjanjian.
"Wisatawan lainnya dan untuk kita semua, mari kita ikuti code of ethic of cultural tourism, yang sudah dikeluarkan UNWTO (World Tourism Organization). Di situ ada bagaimana kita seharusnya menjadi turis, jadi pengusaha, tuan rumah, dan lainnya, lengkap," terang Pitana.
Baca juga: 5 Kafe Hits di Bangli Bali, Bisa Nikmati Pemandangan Gunung Batur
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.