RUTENG, KOMPAS.com - Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dikenal memiliki ratusan persawahan Lodok, sawah berbentuk jaring laba-laba.
Sebelum pandemi Covid19, wisata persawahan lodok di Manggarai menjadi salah satu tujuan turis asing maupun domestik.
Adapun lodok merupakan sistem pembagian tanah (Lingko) yang berbentuk jaring laba-laba. Pusatnya adalah lodok dan bagian luarnya disebut cicing dalam bahasa Manggarai.
Baca juga: Air terjun Wae Nunung di NTT, Diyakini Warga Bisa Sembuhkan Sakit
Cicing artinya bagian pinggir dari areal persawahan. Pembagian tanah dengan cara seperti ini sudah cukup lama dilakukan oleh tetua adat Manggarai untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
Penjelasan itu dikatakan Guru Willibrordus Barus saat dihubungi Kompas.com melalui WhatsApp, Minggu, (8/5/2022).
Ia menjelaskan bahwa dalam proses pembagian tanah, saja bukan hanya sekadar membagi kepada setiap orang yang ada di sekitar kampung.
Ada berbagai acara adat yang sangat berkaitan erat sekali dengan falsafah budaya Manggarai yaitu.
Willibrordus menambahkan, lodok yang sangat populer selama ini ada di cancar Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai.
Namun, kali ini Kompas.com mencoba menjelajah Lodok Lingko Ratung di sekitar Carep, Kelurahan Laci Carep, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai. jaraknya hanya 3 kilometer dari pusat kota Ruteng.
"Di sekitar lodok ini kita bisa menikmati berbagai jenis keindahan alam yang sangat luar biasa, dan kita bisa menikmati ikan bakar yang dapat langsung dari kolam ikan yang ada di area persawahan," tutur Willibrordus.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.