KOMPAS.com - Taman Gandrung Terakota merupakan situs budaya yang melestarikan ikon seni budaya Banyuwangi, yakni Tari Gandrung. Ada sejumlah fasilitas yang bisa dimanfaatkan di destinasi wisata satu ini.
Salah satu hal ikonik dari wisata Banyuwangi tersebut adalah adanya 1.000 patung penari Gandrung dari tembikar atau terakota, seperti yang ada di China.
Tersebar di tepi dan di tengah persawahan, pengunjung bisa melihat patung-patung sekaligus pementasan kesenian Banyuwangi di fasilitas amfiteater terbuka.
Baca juga: Taman Gandrung Terakota, Taman Unik Tempat 1.000 Penari di Banyuwangi
Memiliki luas sekitar tiga hektar, Taman Gandrung Terakota juga menyediakan sejumlah fasilitas dan tempat yang menarik. Berikut rangkuman Kompas.com dari laman resminya, Senin (24/5/2022).
Sanggar tari di Taman Gandrung Terakota dijadikan sebagai tempat berlatih menari, bagi siapa pun yang ingin belajar Tari Gandrung. Selain itu, berbagai pertunjukan seni juga sering diselenggarakan di tempat ini.
Adapun dari segi bangunan, bangunan sanggar tari bergaya Joglo Cepu dari daerah Cepu, Blora, Jawa Tengah, dan dibangun dengan kayu jati baru pada tahun 2019. Aneka jenis barang seni juga menghiasi sudut-sudut sanggar.
Selain belajar tari Gandrung, pengunjung bisa melihat-lihat karya seni lukis para pelukis Banyuwangi, di antaranya Moses Misdy, Windu Pamor, Ilyasin, N Kojin, S Yadi K, dan kawan-kawan.
Hasil karya yang ditampilkan pada galeri seni ini, memiliki tema Gandrung dan kesenian tradisional Banyuwangi lainnya.
Baca juga: Wisata ke Rowo Bayu Banyuwangi, Diduga Lokasi Asli KKN di Desa Penari
Selanjutnya, ada amfiteater terbuka untuk pertunjukan kesenian dengan kapasitas hingga 750 pengunjung.
Pengunjung dapat menyaksikan pertunjukan seni yang digelar secara reguler di sana, seperti Sendratari Meras Gandrung dan Jazz Gunung Ijen.
Hamparan sawah indah sebagai latar belakang dari amfiteater ini juga menjadi daya tarik tersendiri untuk pergelaran berbagai kegiatan, khususnya seni.
Tidak perlu khawatir kelaparan atau kelelahan saat berada di Taman Gandrung Terakota, karena ada beberapa kafe tersedia, salah satunya Roemah Tjokelat Ijen.
Pengunjung bisa menikmati aneka seduhan cokelat Banyuwangi yang diracik khusus, seperti Hot Ijen Chocolate, Hot Lava Chocolate, dan lain-lain.
Baca juga: 4 Wisata Banyuwangi dengan Nuansa KKN di Desa Penari
Selain itu, ada juga cokelat batangan (Chocolate Bar) kemasan yang dapat dimakan langsung ataupun dijadikan buah tangan.
Jika sebelumnya cokelat, di Java Banana Cafe, pengunjung dapat menikmati kopi asli Ijen, kopi Osing, hingga house-blend khas Java Banana Coffee untuk racikan espresso-based drink seperti Java Black, Java Cappuccino, Java Latte, Java Mocha, dan masih banyak lagi.
Bangunan untuk outlet Java Banana Coffee juga dibangun dengan konsep rumah adat Osing Banyuwangi, yakni menggunakan kayu bendo. Pondasi utama rumah Osing berupa susunan rangka empat tiang kayu.
Susunannya juga tanpa menggunakan paku, hanya memanfaatkan paju atau pasak pipih.
Selain berwisata, pengunjung juga dapat menginap di Taman Gandrung Terakota dengan pemandangan sawah, salah satunya di Griya Sabin.
Sabin sendiri dalam Bahasa Jawa artinya sawah, sedangkan Griya dalam bahasa Sanskerta memiliki arti rumah. Oleh karena itu, Griya Sabin merupakan rumah sawah atau rumah yang dekat dengan area persawahan.
Pengunjung bisa menginap di empat kamar dengan dua villa. Sambil menikmati keindahan kawasan persawahan dengan padi menghijau, gemericik air mengalir, dan burung bersahut-sahutan di pagi hari. Penginapan Griya Sabin dikelola operator resort Jiwa Jawa Group.
Villa Dewi dan Sri dibangun dengan konsep rumah Joglo. Rumah ini juga merupakan rumah kuno dengan perpaduan konsep modern, tanpa mengubah bagian-bagian utama Joglo.
Baca juga: Banyuwangi Festival 2022 Sajikan 99 Atraksi Selama Setahun ke Depan
Pada bangunan Villa Dewi, rumah Joglo yang digunakan berasal dari daerah Nganjuk, Jawa Timur. Sedangkan Villa Sri adalah jenis Rumah Joglo Kudusan yang didatangkan dari daerah Kudus, Jawa Tengah.
Pembangunan kedua villa ini dilaksanakan pada tahun 2020, dengan menggunakan kayu jati berumur lebih dari 100 tahun.
Penamaan Sate Gete merupakan suatu singkatan, dengan arti sebagai berikut: SaTe GeTe, S = Sate, T = Taman, G = Gandrung, T = Terakota.
Sesuai namanya, restoran ini menyajikan 18 jenis sate nusantara yang akan memanjakan lidah para pengunjung.
Baca juga: Batik Air Buka Lagi Rute Jakarta-Banyuwangi PP, Harga Tiket Rp 840.200
Beberapa di antara jenis sate yang disajikan adalah sate Sapi TeGeTe, sate Kambing, sate Bekamal Ati (Osing Banyuwangi), sate Bumbu Rujak (Banyuwangi), sate Maranggi (Purwakarta), sate Iga (Sulawesi), sate Padang (Sumatera Barat), sate Komoh Tengger (Probolinggo), sate Ayam Srepeh (Rembang), sate Bebek, sate Lilit Ikan (Bali), sate Eskargot, hingga sate Ikan Cucut.
Puas berkeliling dan menginap, sebelum kembali ke rumah masing-masing, pengunjung bisa membawa sejumlah buah tangan.
Roemah oleh-oleh menyediakan macam-macam cinderamata khas Banyuwangi, mulai dari mainan tradisional, makanan khas Banyuwangi, hingga koleksi eksklusif batik tulis Banyuwangi.
Bekerjasama dengan UMKM lokal Banyuwangi, Roemah Oleh-oleh memiliki komitmen untuk memajukan ekonomi kreatif lokal.
Baca juga: 4 Wisata Banyuwangi dengan Nuansa KKN di Desa Penari
Taman Gandrung Terakota yang berlokasi di Dusun Blimbingsari, Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi ini, buka setiap Selasa-Minggu, pukul 08.00-15.00 WIB.
Jika membutuhkan informasi lebih lanjut ataupun melakukan pemesanan, dapat menghubungi media sosial Taman Gandrung Terakota.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.