KOMPAS.com - Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) dijuluki sebagai Kota Pancasila.
Sebab, di kota ini, Soekarno mendapatkan gagasan mengenai Pancasila yang kini menjadi dasar negara Indonesia.
Baca juga: 4 Alasan Kenapa Ende disebut Kota Pancasila
Presiden pertama Indonesia itu, diasingkan di Ende selama empat tahun mulai 14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938. Jika berkunjung ke Ende, kamu bisa mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang menjadi saksi kelahiran gagasan Pancasila.
Selain tempat bersejarah, wisatawan juga bisa menikmati panorama alam yang mempesona di Ende. Berikut 13 tempat wisata Ende yang dihimpun Kompas.com, mulai dari danau, pantai, desa adat, dan lainnya.
Baca juga: Taman Renungan Bung Karno di Ende NTT, Tempat Lahirnya Pancasila
Taman ini juga disebut sebagai Taman Renungan Pancasila. Lokasinya berada di Kelurahan Rukun Lima, Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende.
Berdasarkan informasi dari Kompas.com (31/05/2020), di taman ini terdapat patung Bung Karno. Patung tersebut menggambarkan Bung Karno sedang duduk merenung di sebuah bangku di bawah pohon sukun yang bercabang lima.
Baca juga: Makna Baju Adat Ende yang Dipakai Jokowi saat Hari Lahir Pancasila
Selain patung Bung Karno, adapula pohon sukun di area tamanyang disebut sebagai Pohon Pancasila. Namun, pohon sukun tersebut bukanlah pohon asli saat Bung Karno merenung.
Sebab, pohon sukun yang asli sudah tumbang sejak 1960. Pohon sukun yang dilihat pengunjung merupakan pohon yang ditanam pada 1981.
Saat ini, kawasan Taman Renungan Soekarno dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan kreasi seni dan budaya, serta diskusi.
Selama diasingkan, Bung Karno tinggal di rumah milik Haji Abdullah Ambuwaru. Ia ditemani oleh istrinya Inggit Garnasih, ibu mertuanya Amsi, serta kedua anak angkatnya Ratna Juami dan Kartika.
Pada 1951, dua tahun setelah kemerdekaan Indonesia, Soekarno mengunjungi rumah tempat pengasingannya di Ende.
Mengutip situs Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Soekarno, yang kala itu telah menjabat sebagai Presiden RI, bertemu Haji Abdullah Ambuwaru dan menyampaikan niatnya agar rumah pengasingan itu dijadikan museum.
Kemudian, pada kunjungan keduanya 16 Mei 1954, Bung Karno akhirnya meresmikan rumah tersebut sebagai Rumah Museum.
Baca juga: 5 Atraksi Wisata Desa Detusuko Barat Ende, Juara 4 Kategori Desa Berkembang ADWI 2021
Berdasarkan informasi dari Kompas.com (01/06/2017), rumah pengasingan Bung Karno masih terawat dengan baik.
Memasuki ruang tamu, pengunjung bisa melihat lukisan karya Bung Karno yang menggambarkan umat Hindu di Bali sedang bersembahyang.
Ruang tamu dan perabotan di rumah tersebut ditata serupa saat rumah itu ditinggali Soekarno.
Demikian juga ruang tidur Bung Karno di bagian tengah. Melangkahkan kaki ke ke bagian halaman belakang rumah, ada sumur, kamar mandi, dan dapur yang juga masih tertata seperti sedia kala.
Saat berkeliling di rumah pengasingan Bung Karno tersebut, pengunjung dapat melihat serta mengenang perjalanan dan perjuangan hidup Bung Karno di tengah pengasingan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.