Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Makna dan Rangkaian Hari Suci Galungan

Kompas.com - 03/06/2022, 11:04 WIB
Ulfa Arieza ,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari Suci Galungan merupakan salah satu hari suci dengan makna mendalam bagi umat Hindu. 

Reni Widiastuti dalam Kebudayaan dan Pariwisata Bali (2009) menerangkan, perayaan Galungan dilakukan setiap 210 hari sekali menurut perhitungan penanggalan pawukon, yang jatuh pada Rabu kliwon.

Tahun ini, puncak Hari Suci Galungan akan jatuh pada Rabu (8/6/2022) mendatang. 

Dilansir dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, penanggalan pawukon merupakan sistem penanggalan tradisional Indonesia yang masih digunakan sebagian masyarakat di Pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. 

Sistem penanggalan ini mempunyai waktu terukur, serta digunakan sebagai dasar perhitungan mengenai pranata mangsa (tata waktu).   

Baca juga:

Apa yang dimaksud dengan Hari Suci Galungan?

Seperti hari suci pada umumnya, perayaan Galungan memiliki makna filosofis. Dalam tulisannya, Reni menjelaskan bahwa Hari Suci Galungan merupakan perayaan kemenangan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan).

Kemenangan itu dirayakan sebagai ungkapan kegembiraan sekaligus syukur kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Adapun kejahatan yang dimaksud adalah sifat buruk yang ada dalam diri manusia.

“Hari Raya Galungan sangat erat kaitannya dengan kemenangan dharma atas adharma, sehingga dirayakan sebagai ungkapan kegembiraan dan kemenangan,” tulisnya. 

Sementara itu, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat dalam situsnya menyatakan bahwa Hari Suci Galungan bermakna memperingati kemenangan dharma melawan adharma, karena manusia telah berhasil mengendalikan hawa nafsu. 

Hawa nafsu dalam diri manusia dikenal dengan nama kalatiga, yakni tiga macam kala yang secara bersama-sama sejak Minggu hingga Selasa, sehari sebelum perayaan Galungan. 

“Hari Raya Galungan mempunyai makna memperingati kemenangan dharma melawan adharma, secara rohani manusia mengendalikan hawa nafsu yang sifatnya mengganggu ketenteraman batin,” tulis PHDI dalam situsnya. 

Baca juga: 

Pemuka agama Hindu memercikkan air suci saat persembahyangan Hari Raya Galungan di Pura Jagatnatha, Denpasar, Bali, Rabu (16/9/2020). Perayaan Hari Raya Galungan yang merupakan hari kemenangan kebenaran (Dharma) atas kejahatan (Adharma) tersebut diikuti umat Hindu di Pulau Dewata dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat untuk mencegah penyebaran Pandemi COVID-19.ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF Pemuka agama Hindu memercikkan air suci saat persembahyangan Hari Raya Galungan di Pura Jagatnatha, Denpasar, Bali, Rabu (16/9/2020). Perayaan Hari Raya Galungan yang merupakan hari kemenangan kebenaran (Dharma) atas kejahatan (Adharma) tersebut diikuti umat Hindu di Pulau Dewata dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat untuk mencegah penyebaran Pandemi COVID-19.

Adapun, tiga kala yang dimaksud meliputi, kala amangkurat, kala dungulan, dan kala galungan. 

Kala amangkurat yakni nafsu ingin selalu menguasai dan memerintah, apabila tidak terkendali maka bisa tumbuh menjadi nafsu serakah sekalipun me­nyimpang dari kebenaran.

Kala dungulan berarti nafsu untuk mengalahkan semua yang dikuasai oleh orang lain. Terakhir, kala galungan yakni nafsu untuk menang dengan berbagai dalih dan cara yang tidak sesuai dengan norma maupun etika agama. 

“Menyambut Hari Raya Galungan umat Hindu hendaknya benar-benar dapat mengendalikan tiga nafsu, ingin berkuasa, ingin mengalahkan, dan ingin menang sehingga di hari Rabu atau Galungan dapat menegakkan dan mengibarkan panji-panji kemenangan dan kemerdekaan spiritual,” terang PHDI. 

Baca juga:

Rangkaian Hari Suci Galungan 

Umat Hindu melaksanakan perayaan Hari Raya Galungan yang berlangsung di Pura Agung Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (14/4/2021).KOMPAS.com / AJI YK PUTRA Umat Hindu melaksanakan perayaan Hari Raya Galungan yang berlangsung di Pura Agung Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (14/4/2021).

Reni menuliskan, terdapat serangkaian kegiatan terkait Hari Suci Galungan. Sehari sebelum Galungan, umat Hindu biasanya menggelar tradisi penampahan, yang berarti penyembelihan. 

Tradisi ini dilakukan dengan menyembelih babi. Penyembelihan babi ini mengandung makna simbolis, yaitu membunuh semua nafsu binatang dalam diri manusia. 

Sementara itu, sehari setelah Hari Suci Galungan merupakan Hari Umanis Galungan.

Pada hari itu, umat Hindu saling mengunjungi sanak saudara, serta saling menyicipi masakan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com