KOMPAS.com - Candi Borobudur mempunyai sejumlah keunikan yang menjadi daya tarik situs sejarah ini. Tak heran, banyak wisatawan mancanegara dan domestik berkunjung ke Candi Borobudur.
Dalam beberapa hari terakhir, Candi Borobudur menjadi perbincangan hangat. Sebab, pemerintah berencana memasang tarif tiket naik Candi Borobudur menjadi Rp 750.000 per orang.
Baca juga: 7 Wisata Sekitar Candi Borobudur, Bisa Jadi Alternatif Tempat Liburan
Sementara, tiket masuk tetap dipatok Rp 50.000 per orang. Namun, wisatawan hanya bisa memasuki area pelataran Candi Borobudur.
Lantas, apa saja keunikan Candi Borobudur sehingga menyedot perhatian wisatawan mancanegara dan domestik? Berikut enam keunikan Candi Borobudur yang dihimpun Kompas.com.
Tidak ada bukti pasti tahun pembangunan Candi Borobudur. Namun, Sejarawan J.G. de Casparis berpendapat bahwa candi ini dibangun pada masa wangsa atau Dinasti Syailendra, berdasarkan informasi dari situs Balai Konservasi Borobudur.
Pembangunan candi diperkirakan pada masa kepemimpinan Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra pada abad ke-7 hingga ke-8, tepatnya 782-812 masehi. Pendapat itu berdasarkan interpretasi prasasti berangka 824 masehi dan prasasti Sri Kahulunan berangka 842 masehi.
View this post on Instagram
Masih dari sumber yang sama, Arsitek Jacques Dumarcay berpendapat, bangunan candi didirikan dalam lima tahap. Tahap pertama pada 780 masehi, tahap kedua dan ketiga 792 masehi, tahap keempat 824 masehi, dan tahap kelima 833 Masehi.
Bukan sekadar bangunan sejarah, Candi Borobudur ternyata merupakan tempat pemujaan Buddha, seperti dikutip dari laman Taman Wisata Candi.
Situs ini berisi petunjuk agar manusia menjauhkan diri dari nafsu dunia dan menuju kebijaksanaan menurut Buddha. Borobudur dibangun dengan gaya Mandala yang mencerminkan alam semesta dalam kepercayaan Buddha.
Baca juga: Makna Menerbangkan Lampion Saat Hari Raya Waisak bagi Umat Buddha
Secara filosofis, Candi Borobudur dibagi menjadi tiga tingkatan vertikal. Pertama, Kamadhatu atau alam dunia yang sedang dijalani oleh manusia.
Kedua, Rupadhatu atau alam peralihan, dimana manusia telah dibebaskan dari urusan dunia. Ketiga, Arupadhatu atau alam tertinggi yang merupakan rumah Buddha.