Usai dibangun, ternyata Candi Borobudur sempat dibiarkan terbengkalai. Mengutip situs Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dugaan sementara sejumlah ahli, penyebabnya adalah bencana letusan Gunung Merapi pada 1006.
Namun, hasil penelitian geologi, vulkanologi, dan arkeologi belum dapat membuktikan letusan hebat tersebut. Pada abad ke-18, dapat dipastikan Candi Borobudur sudah tidak digunakan lagi.
Baca juga:
Beberapa naskah Jawa, salah satunya Centhini, menyebutkan lokasi candi ini sebagai bukit atau tempat yang dapat membawa kematian atau kesialan. Artinya, tempat ini sudah ditinggalkan sebagai tempat suci agama Buddha.
Pada 1814, Candi Borobudur kembali ditemukan oleh Sir Thomas Stanford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris yang berkuasa atas Tanah Air kala itu. Raffles juga memerintahkan pembersihan situs dari pepohonan dan semak belukar.
Berdasarkan informasi dari situs Balai Konservasi Borobudur, bangunan candi menggunakan batu-batu yang berasal dari sungai di sekitar Borobudur. Volume seluruh batu-batu tersebut sekitar 55.000 meter kubik, atau sekitar 2 juta potong batu.
Struktur bangunan candi berbentuk kotak, dengan empat pintu masuk dan titik pusat berbentuk lingkaran. Panjang candi mencapai 121,66 meter, lebar 121,38 meter, dan tinggi 35,40 meter.
Susunan bangunan berupa sembilan teras berundak, terdiri dari enam teras berdenah persegi dan tiga teras berdenah lingkaran. Pada puncaknya, terdapat stupa induk berukuran besar.
Secara geografis, Candi Borobudur dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di sebelah timur, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing di utara, dan pegunungan Menoreh di Selatan. Tak heran, panorama dari puncak candi sangat menawan.
Baca juga: Sejarah Hari Raya Umat Buddha Waisak, Ada 3 Peristiwa Penting
Selain itu, Candi Borobudur terletak di antara Sungai Progo dan Sungai Elo. Candi Borobudur berdiri megah di atas bukit yang telah dimodifikasi, dengan ketinggian sekitar 265 mdpl.