Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Keunikan Candi Borobudur, Dibangun dari 2 Juta Batu 

Kompas.com - 08/06/2022, 12:56 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

 

KOMPAS.com - Candi Borobudur mempunyai sejumlah keunikan yang menjadi daya tarik situs sejarah ini. Tak heran, banyak wisatawan mancanegara dan domestik berkunjung ke Candi Borobudur. 

Dalam beberapa hari terakhir, Candi Borobudur menjadi perbincangan hangat. Sebab, pemerintah berencana memasang tarif tiket naik Candi Borobudur menjadi Rp 750.000 per orang. 

Baca juga: 7 Wisata Sekitar Candi Borobudur, Bisa Jadi Alternatif Tempat Liburan

Sementara, tiket masuk tetap dipatok Rp 50.000 per orang. Namun, wisatawan hanya bisa memasuki area pelataran Candi Borobudur.

Lantas, apa saja keunikan Candi Borobudur sehingga menyedot perhatian wisatawan mancanegara dan domestik? Berikut enam keunikan Candi Borobudur yang dihimpun Kompas.com.

Tri Suci Waisak-Biksu berjalan di antara stupa candi saat menjalankan prosesi pradaksina di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (6/5). Prosesi ini dalam menyambut Perayaan Tri Suci Waisak 2556 BE. Perayaan tersebut memperingati tiga peristiwa penting yaitu kelahiran, kesempurnaan dan wafatnya sang Budha Gautama.



Kompas/P Raditya Mahendra Yasa (WEN)

26-05-2012P RADITYA MAHENDRA YASA Tri Suci Waisak-Biksu berjalan di antara stupa candi saat menjalankan prosesi pradaksina di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (6/5). Prosesi ini dalam menyambut Perayaan Tri Suci Waisak 2556 BE. Perayaan tersebut memperingati tiga peristiwa penting yaitu kelahiran, kesempurnaan dan wafatnya sang Budha Gautama. Kompas/P Raditya Mahendra Yasa (WEN) 26-05-2012

1. Peninggalan Dinasti Syailendra abad ke-7 hingga ke-8

Tidak ada bukti pasti tahun pembangunan Candi Borobudur. Namun, Sejarawan J.G. de Casparis berpendapat bahwa candi ini dibangun pada masa wangsa atau Dinasti Syailendra, berdasarkan informasi dari situs Balai Konservasi Borobudur

Pembangunan candi diperkirakan pada masa kepemimpinan Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra pada abad ke-7 hingga ke-8, tepatnya 782-812 masehi. Pendapat itu berdasarkan interpretasi prasasti berangka 824 masehi dan prasasti Sri Kahulunan berangka 842 masehi.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Masih dari sumber yang sama, Arsitek Jacques Dumarcay berpendapat, bangunan candi didirikan dalam lima tahap. Tahap pertama pada 780 masehi, tahap kedua dan ketiga 792 masehi, tahap keempat 824 masehi, dan tahap kelima 833 Masehi. 

2. Tempat pemujaan Buddha  

Bukan sekadar bangunan sejarah, Candi Borobudur ternyata merupakan tempat pemujaan Buddha, seperti dikutip dari laman Taman Wisata Candi. 

Situs ini berisi petunjuk agar manusia menjauhkan diri dari nafsu dunia dan menuju kebijaksanaan menurut Buddha. Borobudur dibangun dengan gaya Mandala yang mencerminkan alam semesta dalam kepercayaan Buddha.

Baca juga: Makna Menerbangkan Lampion Saat Hari Raya Waisak bagi Umat Buddha

Secara filosofis, Candi Borobudur dibagi menjadi tiga tingkatan vertikal. Pertama, Kamadhatu atau alam dunia yang sedang dijalani oleh manusia. 

Kedua, Rupadhatu atau alam peralihan, dimana manusia telah dibebaskan dari urusan dunia. Ketiga, Arupadhatu atau alam tertinggi yang merupakan rumah Buddha. 

Candi Borobudur akan dijadikan kawasan green tourism. Dok. Kemenparekraf Candi Borobudur akan dijadikan kawasan green tourism.

3. Pernah ditinggalkan karena letusan Gunung Merapi

Usai dibangun, ternyata Candi Borobudur sempat dibiarkan terbengkalai. Mengutip situs Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dugaan sementara sejumlah ahli, penyebabnya adalah bencana letusan Gunung Merapi pada 1006. 

Namun, hasil penelitian geologi, vulkanologi, dan arkeologi belum dapat membuktikan letusan hebat tersebut. Pada abad ke-18, dapat dipastikan Candi Borobudur sudah tidak digunakan lagi.

Baca juga:

Beberapa naskah Jawa, salah satunya Centhini, menyebutkan lokasi candi ini sebagai bukit atau tempat yang dapat membawa kematian atau kesialan. Artinya, tempat ini sudah ditinggalkan sebagai tempat suci agama Buddha.

Pada 1814, Candi Borobudur kembali ditemukan oleh Sir Thomas Stanford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris yang berkuasa atas Tanah Air kala itu. Raffles juga memerintahkan pembersihan situs dari pepohonan dan semak belukar.

4. Bangunan candi menggunakan 2 juta batu 

Berdasarkan informasi dari situs Balai Konservasi Borobudur, bangunan candi menggunakan batu-batu yang berasal dari sungai di sekitar Borobudur. Volume seluruh batu-batu tersebut sekitar 55.000 meter kubik, atau sekitar 2 juta potong batu. 

Struktur bangunan candi berbentuk kotak, dengan empat pintu masuk dan titik pusat berbentuk lingkaran. Panjang candi mencapai 121,66 meter, lebar 121,38 meter, dan tinggi  35,40 meter.

Susunan bangunan berupa sembilan teras berundak, terdiri dari enam teras berdenah persegi dan tiga teras berdenah lingkaran. Pada puncaknya, terdapat stupa induk berukuran besar. 

Kabut pagi menyelimuti Candi Borobudur dilihat dari atas bukit yang disebut Punthuk Setumbu, sekitar 3 kilometer barat Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.KOMPAS IMAGES / FIKRIA HIDAYAT Kabut pagi menyelimuti Candi Borobudur dilihat dari atas bukit yang disebut Punthuk Setumbu, sekitar 3 kilometer barat Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Secara geografis, Candi Borobudur dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di sebelah  timur, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing di utara, dan pegunungan Menoreh di Selatan. Tak heran, panorama dari puncak candi sangat menawan. 

Baca juga: Sejarah Hari Raya Umat Buddha Waisak, Ada 3 Peristiwa Penting

Selain itu, Candi Borobudur terletak di antara Sungai Progo dan Sungai Elo. Candi Borobudur berdiri megah di atas bukit yang telah dimodifikasi, dengan ketinggian sekitar 265 mdpl.

Koridor dengan relief pada Candi Borobudur.SHUTTERSTOCK/kayennkim Koridor dengan relief pada Candi Borobudur.

5. Relief candi 

Keunikan Candi Borobudur lainnya adalah relief candi. Berdasarkan informasi dari situs Balai Konservasi Borobudur, candi ini mempunyai 1.460 panil relief dan relief hias atau dekorasi sebanyak 1.212 panil. 

Relief tersebut berada tingkatan Kamadhatu dan Rapadhatu. Tingkatan Kamadhatu terdiri dari 160 relief yang menjelaskan Karmawibhangga Sutra, yaitu hukum sebab akibat. Relief ini menggambarkan sifat dan nafsu duniawi manusia. 

Baca juga:

Selanjutnya, tingkat Rupadhatu mewakili dunia antara, menggambarkan perilaku manusia yang sudah mulai meninggalkan keinginan duniawi. Pada tingkatan ini, terdapat 1.300 panil relief yang terdiri dari relief Lalitavistara, Jataka, Avadana, dan Gandawyuha.

Sedangkan, pada tingkatan Arupadhatu tidak terdapat ornamen maupun hiasan, yang berarti menggambarkan kemurnian tertinggi.

Bagian ini terdiri dari stupa berisi patung Buddha yang mengarah ke bagian luar candi. Secara keseluruhan, terdapat 72 stupa pada tingkatan Arupadhatu.

Stupa terbesar berada di tengah candi. Namun, stupa ini tidak setinggi versi aslinya yang memiliki tinggi 42 meter dengan diameter 9,9 meter.

6. Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO

Pada 1991, Candi Borobudur ditetapkan sebagai Situs Warisan Budaya Dunia (World Heritage Sites) oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO). 

Berdasarkan informasi dari situs Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, UNESCO turut membantu pemugaran Candi Borobudur tahap kedua pada 1973 – 1983. 

Baca juga: 7 Kuil di Bangkok yang Wajib Dikunjungi, Ada Patung Buddha dari Emas

UNESCO mendatangkan tenaga ahli yaitu Prof. Dr, P. Coremans, Kepala Laboratoire Central des Musees de Belgique. Coremans mendiagnosa bahwa Candi Borobudur menderita penyakit “kanker batu”, jika dibiarkan akan menghancurkan batu-batu candi secara perlahan. 

Bentuk Candi Borobudur melambangkan kosmologi Buddha Mahayana dengan tiga tingkatan yaitu kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatu.SHUTTERSTOCK Bentuk Candi Borobudur melambangkan kosmologi Buddha Mahayana dengan tiga tingkatan yaitu kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatu.

Pada 1960, Borobudur dinyatakan dalam keadaan darurat. UNESCO pun terlibat lebih aktif dalam upaya penyelamatan situs sejarah ini. 

Pada 1971, dilakukan upaya penyelamatan Candi Borobudur secara besar-besaran, setelah UNESCO menyetujui pemberian bantuan pemugaran candi. 

Pada 23 Februari 1983, pemugaran Candi Borobudur dinyatakan selesai. Selanjutnya, Presiden Soeharto meresmikan pembukaan Candi Borobudur bagi masyarakat luas. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com