Pada 10 hari dari Hari Suci Galungan, umat Hindu akan merayakan Hari Raya Kuningan, yang digelar untuk merayakan kembalinya para dewa dan leluhur ke surga, setelah bertemu keturunannya.
"Kalau Kuningan, dewa-dewa leluhur kembali ke surga. Puncaknya tetap di Galungan. Kuningan itu mereka sudah kembali," jelas Pitana.
Lantaran masih satu rangkaian, umumnya umat Hindu akan mengucapkan Selamat Hari Suci Galungan dan Hari Raya Kuningan secara bersamaan pada saat perayaan Galungan.
Walaupun kebanyakan masyarakat akan menggabungkan dua perayaan tersebut jadi satu ucapan, Pitana lebih memilih untuk memisahkannya.
"Kalau saya lebih sering memisahkannya, karena jarak 10 hari. Sekarang kita sebutkan Selamat Galungan, 10 hari kemudian kita sebutkan Selamat Hari Raya Kuningan, seperti itu," katanya.
Adapun Hari Raya Kuningan biasanya tak dirayakan dengan meriah oleh umat Hindu di Bali, karena acara puncaknya ada saat perayaan Galungan.
Jadi, umat Hindu di Bali cenderung merayakan Kuningan secara sederhana, tak semeriah ketika Galungan.
"Kuningan itu kecil. Biasalah, misalnya seperti kita upacara di kantor, dibuka oleh menteri, ditutup pak lurah, misalnya. Jadi pembukaannya besar, penutupannya sekadarnya saja," ujar Pitana.
Baca juga: 15 Wisata Ubud Bali dan Sekitarnya, Kaya Akan Budaya dan Alam
Selain makna dan tujuan, tata cara pelaksanaan perayaan Galungan dan Kuningan juga berbeda.
Dilansir dari Kompasiana.com, Jumat (19/11/2021), untuk Hari Suci Galungan, persembahyangan bisa dilakukan pada pagi hingga sore hari di pura atau merajan (tempat suci) mana pun.
Adapun untuk perayaan Kuningan, persembahyangan hanya bisa dilakukan saat pagi hari hingga siang pukul 12.00 waktu setempat.
Alasannya adalah karena setelah pukul 12.00 siang, para dewa dan leluhur sudah kembali ke surga setelah bertemu dengan keturunannya di bumi.
Baca juga: 6 Wisata di Ubud yang Cocok untuk Self Healing
Tak hanya persembahyangannya saja yang berbeda, sajen atau banten untuk Galungan dan Kuningan juga tidak sama.
Sesajen untuk Hari Suci Galungan bernama soda. Soda adalah sebuah persembahan yang diletakkan di atas tamas atau alas, isinya ada tumpeng atau nasi yang dibentuk bundar dan sedikit pipih.
Kemudian, diisi juga dengan jajanan khas Bali dari jaja (jajanan) uli dan jaja gina, buah-buahan, rerasmen (kacang, saur, telur, sambal), sampian soda, serta canang.
Persembahan itu sering dibuat umat Hindu untuk upacara keagamaan atau perayaan hari besar dan suci lainnya.
Pada Hari Raya Kuningan juga ada sesajen soda yang dibuat. Bedanya adalah soda saat perayaan Kuningan diisi dengan sulanggi atau wadah yang dipakai untuk meletakkan nasi kuning, bahannya terbuat dari slepan (daun kelapa).
Makna nasi kuning pada Hari Raya Kuningan adalah sebagai lambang kemakmuran yang dihaturkan oleh umat Hindu kepada Sang Pencipta sebagai tanda terima kasih atau "Suksmaning Idep".
Ucapan rasa syukur juga disampaikan lewat sesajen tersebut, karena manusia sudah diberi anugerah dari Ida Sang Hyang Widhi berupa bahan sandang dan pangan.
Baca juga: Itinerary 1 Hari Wisata di Ubud, dari Wisata Alam hingga Kekinian
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.