Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Itinerary Seharian di Kota Tua Jakarta, dari Sunda Kelapa ke Museum Fatahillah

Kompas.com - 10/06/2022, 16:04 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

Sisa dinding tembok Batavia dan gudang sisi timur

Memiliki nasib yang berbeda dengan kompleks Museum Bahari, kondisi dinding tembok Batavia dan gudang sisi timur ini memprihatinkan.

Di area dalam tembok, terdapat gudang yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan logistik pangan dan komoditas, seperti beras, kacang-kacangan, biji-bijian, kopi, teh, hingga barang kerajinan seperti keramik dan porselen.

Gudang sisi timur telah difungsikan sejak abad ke-17 sekitar tahun 1652. Namun karena bangkrut dan berakhirnya VOC pada 31 Desember 1799, pada tahun 1808 Daendels memerintahkan untuk membongkar tembok beserta isinya.

Pusat pemerintahan Hindia Belanda kemudian dipindah ke Weltevreden yang sekarang berada di kawasan Jakarta Pusat.

Duta melanjutkan bahwa pasca-kemerdekaan Indonesia, Soekarno memerintahkan agar seluruh bangunan peninggalan Belanda di Tanah Air harus dikosongkan, begitu pula dengan gudang ini.

Baca juga: Sejarah Gereja Katedral, Gereja Katolik Pertama di Batavia

Bisa dilihat, akar pohon beringin sudah menjuntai dari atas atap hingga menyentuh permukaan tanah. Selain itu, lingkungan sekitar bangunan juga terbilang kumuh dengan keberadaan pangkalan truk-truk besar dan genangan air.

Toko Merah

Sebelum tiba di pemberhentian terakhir, peserta tur melewati bangunan Toko Merah. Meski namanya Toko Merah, bangunan tersebut justru sering digunakan untuk lokasi foto pre-wedding, dengan desain ruangan yang klasik.

Toko Merah, Jakarta UtaraKompas.com/Wasti Samaria Simangunsong Toko Merah, Jakarta Utara

"Disebut toko merah dikarenakan bangunan ini menggunakan bata berwarna merah dan mungkin merujuk pada peristiwa pembantaian Tionghoa (Geger Pecinan) tahun 1740," tutur Duta.

Tempat ini juga pernah ditinggali beberapa Gubernur Jenderal VOC dan pernah digunakan sebagai tempat pertemuan para pejabat.

Baca juga: Zaman Dulu, Lapangan Banteng Tempat Berkumpulnya Para Elite Batavia

Pada 1850 bangunan ini pun silih berganti kepemilikan, hingga akhirnya difungsikan sebagai toko oleh seorang pengusaha Tionghoa yang bernama Oey Liauw Kong.

Bangunan ini juga kerap berganti fungsinya, seperti pada 1925 dijadikan sebagai bank dan pada masa pendudukan Jepang dijadikan sebagai Dinas Kesehatan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com