Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WNA Panjat Pohon Sakral Terjadi Lagi, Tanda Sosialisasi Belum Menyeluruh

Kompas.com - 13/06/2022, 18:12 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kejadian turis asing mencemari tempat suci di area sakral di Bali kembali terjadi.

Sebagai informasi, beberapa waktu lalu tepatnya Sabtu (11/06/2022), warga negara asal Australia bernama Samuel Lockton nekat memanjat pohon beringin yang disakralkan di sebuah pura di Tabanan, Bali. Untuk mengetahui kronologi lengkapnya, bisa dibaca di sini.

Baca juga: 10 Fakta WNA Berpose Telanjang di Bali, demi Konten dan Kena Deportasi

Sebelumnya, seorang turis wanita asal Rusia berpose tanpa busana di pohon sakral di kawasan Pura Babakan dan mengunggahnya ke media sosial. Foto itu pun viral di media sosial.

Keduanya mengaku melakukan hal tidak senonoh tersebut demi konten, disertai alasan tidak mengetahui adanya larangan tertentu. Kurangnya sosialisasi dinilai menjadi salah satu penyebab kejadian serupa kerap terjadi.

Pentingnya sosialisasi menyeluruh

Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Sunyoto Usman melihat bahwa kembali terulangnya kejadian dengan pola yang sama disebabkan oleh beberapa hal.

Beberapa di antaranya adalah dorongan membuat konten komersial, kebiasaan bebas pergaulan di tempat wisata, dan ketidaktahuan turis asing terkait tempat-tempat sakral di Bali.

Baca juga: Kejadian Turis Asing Tak Senonoh di Tempat Sakral Bali Terus Berulang, Ini Kata Ahli

Untuk menghindari kejadian serupa ke depannya, Usman menilai perlu ada sosialisasi menyeluruh terkait perbendaharaan tempat-tempat suci di Bali.

"Saya kira di destinasi wisata perlu ada sosialisasi. Perlu ada perbendaharaan tempat suci tadi itu. Mungkin saja bulenya tahu, tapi (aturannya) blur, tidak ada ketegasan, (akhirnya) mudah dia langgar," kata Sunyoto kepada Kompas.com, Senin (13/06/2022). 

Sehingga, ia berpesan kepada pemerintah dan dinas pariwisata untuk memberikan informasi rambu-rambu makna dan tempat suci di Bali.

Adapun informasi tersebut tidak boleh hanya diinformasikan saat para turis sudah berada di destinasi wisata, melainkan jauh sejak sebelum keberangkatan, ia menegaskan.

Baca juga: Video Viral Wisatawan Cemari Pohon Sakral di Bali, Tanda Kurangnya Edukasi

Sunyoto berharap agar pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bisa terus meningkatkan bentuk-bentuk sosialisasi, baik melalui media sosial, lisan, maupun verbal dalam tanda-tanda yang terlihat di tempat.

"(Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) Pak Sandiaga harus memperluas sosialisasi, tidak hanya di tempat. Pariwisata itu ada rentang (waktu) panjang."

"Kalau berupa konten-konten ini (misalnya) mungkin sekali bisa segera diatasi," ujarnya, sekaligus menanggapi solusi yang pernah disampaikan Menparekraf.

Ia menilai, salah satu solusi berupa diseminasi informasi melalui berbagai saluran media yang disampaikan oleh Kemenparekraf, merupakan suatu cara yang bisa segera dilakukan.

Baca juga: Video Viral WNA Langgar Norma di Bali, Sandiaga Sarankan Langkah Ini

 

Pura Tirta Empul yang biasa dijadikan tempat untuk ritual melukat.Indonesia Travel Pura Tirta Empul yang biasa dijadikan tempat untuk ritual melukat.

Kompas.com sempat mewawancarai pengamat pariwisata sekaligus Guru Besar Ilmu Pariwisata Universitas Udayana Bali, I Gde Pitana untuk kasus serupa beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan bahwa semua pelaku wisata harus terus mengedukasi wisatawan mengenai hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan di Bali maupun lokasi wisata lain di Indonesia.

Baca juga: Video Viral Turis Berpose Telanjang di Pohon Keramat, Kadispar Bali: Akan Ditindak Tegas

Beberapa caranya, kata Pitana, bisa melalui majalah maskapai yang menjelaskan informasi aturan di tempat wisata. Informasi juga bisa berupa signage, yaitu tampilan grafis berupa gambar atau simbol untuk menampilkan informasi. 

"Nah ini semua tidak boleh yang satu menunggu yang lainnya, semua pergerakan harus kalau bisa serempak," ujarnya, dikutip dari Kompas.com (05/05/2022). 

Kendati demikian, Sunyoto menyebutkan bahwa sosialisasi seputar pariwisata memang perlu dilakukan secara bertahap dan menjadi proses panjang yang tidak berhenti.

Ia menambahkan, selain aturan terkait norma, dirinya berharap agar pemerintah bisa memberikan perhatian lebih terhadap isu krusial lainnya, seperti eksploitasi anak dan seksual di destinasi wisata.

Baca juga: 15 Kosakata Dasar buat Traveling ke Bali

Hal yang sebaiknya dilakukan wisatawan

Sunyoto juga menyebutkan hal-hal yang sebaiknya dilakukan wisatawan baik asing mau pun domestik, di dalam dan di luar negeri, saat berkunjung ke suatu destinasi wisata. 

Menurut Guru Besar Sosiologi UGM ini, jika memang belum mengenal adat istiadat suatu tempat, hal yang bijak dilakukan adalah mencari informasi terlebih dahulu. 

Baca juga: 15 Kosakata Dasar buat Traveling ke Bali

"Kita Googling suatu tempat, apa yang seharusnya dilakukan di destinasi itu apa yang tidak, 
ada pemali apa, dan lain-lain," tutur dia. 

Pasalnya, kata Sunyoto, informasi terkait aturan boleh dan tidak boleh di suatu destinasi seringkali tidak dicantumkan detail dan lengkap. Sehingga, turis seringkali abai atau tidak mengetahuinya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com