Makam Sultan Murhum berada di dalam kawasan Benteng Keraton Buton. Bangunan makam merupakan bentuk penghormatan kepada jasa-jasa Sultan Muhrum semasa hidupnya.
Mengutip Kompas.com (9/6/2022), Sultan Murhum Qaimuddin Khalifatul Khamis, atau Lakilaponto, juga dikenal sebagai Sultan Buton VI. Ia merupakan salah satu sultan yang sangat dihormati.
Sultan Murhum menjadi sultan pertama dan raja terakhir, lantaran sistem pemerintahan yang semula kerajaan diubah menjadi kesultanan. Sebagai raja, ia memerintah selama 20 tahun, sementara sebagai sultan selama 26 tahun.
Pada masa pemerintahannya, agama Islam mulai masuk ke Kota Baubau. Oleh sebab itu, ia mendirikan sebuah masjid yang diberi nama Masigi Ogena, atau Masjid Agung Kesultanan Buton.
Saat ini, makam Sultan Muhrum kerap dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat wisata ziarah atau yang disebut dengan Santiago. Di dekat makam Sultan Muhrum terdapat Batu Yi Gandangi.
Menurut masyarakat setempat, belum sah ke Kota Baubau jika belum menyentuh batu tersebut. Dulunya, terdapat mata air di celah batu yang diyakini bisa mengeluarkan air apabila ada penobatan raja atau sultan.
Baca juga: Ritual Haroana Andala di Baubau, Tradisi Memberikan Sesajen di Laut
Seperti disampaikan sebelumnya, Masjid Agung Kesultanan Buton berada di dalam kompleks Benteng Keraton Buton. Masjid ini merupakan saksi masuknya agama Islam pertama kali ke Kota Baubau.
Masjid yang didirikan pada masa pemerintahan Sultan Murhum ini, masih berfungsi sebagai tempat ibadah umat Islam hingga saat ini. Bangunan Masjid Agung Kesultanan Buton ini sarat akan makna.
Misalnya, jumlah anak tangga sebanyak 17 yang menandakan jumlah rakaat salat. Lalu, bedug sepanjang 99 centimeter yang melambangkan Asmaul Husna. Kemudian, pasak masjid berjumlah 33, sesuai dengan jumlah tasbih.
Selain Benteng Keraton Buton, Kota Baubau masih memiliki benteng lain yakni, Benteng Baadia.
Berdasarkan informasi dari Kompas.com (1/2/2016), benteng ini didirikan pada masa pemerintahan Sultan Buton ke XXIX, yakni Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin I, sekitar periode 1824-1851.
Benteng ini mempunyai luas sekitar 4.389 meter persegi. Struktur bangunan benteng terbuat dari batu karang. Konon, batuan tersebut dilekatkan menggunakan campuran putih telur.
Dinding benteng memiliki ketebalan sekitar satu meter, dengan ketinggian sekitar 7-8 meter. Benteng Baadia memiliki tiga buah bastion atau dudukan meriam dan dua buah pintu.
Lokasinya berada di selatan dari Benteng Keraton Buton, atau berjarak sekitar 1,6 kilometer.
Baca juga: Tradisi Adat Batu Poaro di Baubau, Anak-anak Pun Berebut Uang