Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benteng Keraton Buton Terluas di Dunia, Ini 7 Wisata di Sekitarnya

Kompas.com - 13/06/2022, 18:37 WIB
Ulfa Arieza

Penulis

KOMPAS.com - Benteng Keraton Buton merupakan benteng terluas di dunia versi Guiness Book Record pada 2006 lalu. Benteng ini juga dikenal sebagai Benteng Wolio, seperti dikutip dari situs Jejaring Desa Wisata (Jadesta) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)

Benteng seluas 23,37 hektar ini berada di Desa Melai, Kecamatan Murhum, Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara. Berada di atas perbukitan, Benteng Keraton Buton dikelilingi dengan sejumlah obyek wisata.

Berikut tujuh wisata sekitar Benteng Keraton Buton. Jadi, setelah puas mengunjungi benteng, wisatawan bisa mendatangi detinasi wisata sekitar Benteng Keraton Buton lainnya. 

Baca juga: 6 Fakta Benteng Keraton Buton yang Terluas di Dunia 

Benteng Keraton Buton (Benteng Wolio)https://jadesta.kemenparekraf.go.id Benteng Keraton Buton (Benteng Wolio)

1. Desa Wisata Limbo Wolio  

Desa Wisata Limbo Wolio berada di dalam kawasan Benteng Keraton Buton. Berdasarkan informasi dari Jejaring Desa Wisata Kemenparekraf, desa wisata ini memiliki luas wilayah sekitar 42 hektar, dengan jumlah penduduk sebanyak 2.223 jiwa.

Mengutip Kompas.com (9/6/2022), wisatawan yang mengunjungi desa wisata ini dapat menyaksikan atraksi tradisional Buton yang menarik. Meliputi, tradisi Kande-Kandea, Posipo, Alana Bulua, Dole-Dole, Tandaki, Haroa, Qadiri, Qunua, Tembaana Bula, serta berbagai permainan tradisional.

Dengan daya tarik tersebut, Desa Wisata Limbo Wolio berhasil masuk peringkat 50 besar desa wisata terbaik di Indonesia dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022, yang diselenggarakan oleh Kemenparekraf. 

Baca juga: Desa Wisata Limbo Wolio di Sulawesi, Punya Benteng Terluas di Dunia

2. Museum Keraton Buton 

Museum Keraton Buton juga dikenal sebagai Museum Istana Buton. Lokasinya hanya berjarak 1,5 kilometer dari Benteng Keraton Buton, dengan waktu tempuh hanya empat menit berkendara. 

Berdasarkan informasi dari situs Asosiasi Museum Indonesia, Museum Istana Buton kerap disebut sebagai Museum Kebudayaan Wolio. Museum ini merupakan bekas tempat tinggal Sultan Buton terdahulu.

Gagasan pendirian museum datang dari putra Sultan Buton ke-38, yakni La Ode Manarfa Kaimuddin KK, tepatnya pada 1980. Saat ini, Museum Istana Buton dikelola oleh keluarga keturunan Sultan Buton ke-38.

Koleksi museum terdiri dari benda-benda peninggalan dari Kesultanan Buton. Mulai dari alat-alat upacara, altar, senjata atau alat perang seperti tombak dan meriam, alat kesenian, alat rumah tangga, foto-foto bersejarah, keramik, dan sebagainya. 

Baca juga: Benteng Terluas di Dunia Ternyata Ada di Indonesia, Ini Lokasinya

Bastion di Benteng Keraton Buton, lekukan yang fungsinya untuk menaruh meriam di masa lampau. Kompas.com/ Silvita Agmasari Bastion di Benteng Keraton Buton, lekukan yang fungsinya untuk menaruh meriam di masa lampau.

3. Makam Sultan Murhum

Makam Sultan Murhum berada di dalam kawasan Benteng Keraton Buton. Bangunan makam merupakan bentuk penghormatan kepada jasa-jasa Sultan Muhrum semasa hidupnya. 

Mengutip Kompas.com (9/6/2022), Sultan Murhum Qaimuddin Khalifatul Khamis, atau Lakilaponto, juga dikenal sebagai Sultan Buton VI. Ia merupakan salah satu sultan yang sangat dihormati.

Sultan Murhum menjadi sultan pertama dan raja terakhir, lantaran sistem pemerintahan yang semula kerajaan diubah menjadi kesultanan. Sebagai raja, ia memerintah selama 20 tahun, sementara sebagai sultan selama 26 tahun. 

Makam Sultan Murhum berada di tempat perbukitan yang berada di dalam benteng Keraton Buton, di Sulawesi Tenggara. Makam ini selalu didatangi para peziarah atau wisatawan.  KOMPAS.com/DEFRIATNO NEKE Makam Sultan Murhum berada di tempat perbukitan yang berada di dalam benteng Keraton Buton, di Sulawesi Tenggara. Makam ini selalu didatangi para peziarah atau wisatawan.

Pada masa pemerintahannya, agama Islam mulai masuk ke Kota Baubau. Oleh sebab itu, ia mendirikan sebuah masjid yang diberi nama Masigi Ogena, atau Masjid Agung Kesultanan Buton. 

Saat ini, makam Sultan Muhrum kerap dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat wisata ziarah atau yang disebut dengan Santiago. Di dekat makam Sultan Muhrum terdapat Batu Yi Gandangi. 

Menurut masyarakat setempat, belum sah ke Kota Baubau jika belum menyentuh batu tersebut. Dulunya, terdapat mata air di celah batu yang diyakini bisa mengeluarkan air apabila ada penobatan raja atau sultan. 

Baca juga: Ritual Haroana Andala di Baubau, Tradisi Memberikan Sesajen di Laut

4. Masjid Agung Kesultanan Buton 

Seperti disampaikan sebelumnya, Masjid Agung Kesultanan Buton berada di dalam kompleks Benteng Keraton Buton. Masjid ini merupakan saksi masuknya agama Islam pertama kali ke Kota Baubau. 

Ilustrasi Masjid Agung Keraton Kesultanan Buton di Sulawesi Tenggara.Dok. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ilustrasi Masjid Agung Keraton Kesultanan Buton di Sulawesi Tenggara.

Masjid yang didirikan pada masa pemerintahan Sultan Murhum ini, masih berfungsi sebagai tempat ibadah umat Islam hingga saat ini. Bangunan Masjid Agung Kesultanan Buton ini sarat akan makna.

Misalnya, jumlah anak tangga sebanyak 17 yang menandakan jumlah rakaat salat. Lalu, bedug sepanjang 99 centimeter yang melambangkan Asmaul Husna. Kemudian, pasak masjid berjumlah 33, sesuai dengan jumlah tasbih.

5. Benteng Baadia

Selain Benteng Keraton Buton, Kota Baubau masih memiliki benteng lain yakni, Benteng Baadia. 

Berdasarkan informasi dari Kompas.com (1/2/2016), benteng ini didirikan pada masa pemerintahan Sultan Buton ke XXIX, yakni Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin I, sekitar periode 1824-1851.

Pintu gerbang Benteng Baadia yang terlihat masih tegak berdiri di Kelurahan Baadia, Kecamatan Murhum, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara. Benteng ini dibangun masa Sultan Buton ke XXIX, Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin I.KOMPAS.COM/DEFRIATNO NEKE Pintu gerbang Benteng Baadia yang terlihat masih tegak berdiri di Kelurahan Baadia, Kecamatan Murhum, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara. Benteng ini dibangun masa Sultan Buton ke XXIX, Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin I.

Benteng ini mempunyai luas sekitar 4.389 meter persegi. Struktur bangunan benteng terbuat dari batu karang. Konon, batuan tersebut dilekatkan menggunakan campuran putih telur. 

Dinding benteng memiliki ketebalan sekitar satu meter, dengan ketinggian sekitar 7-8 meter. Benteng Baadia memiliki tiga buah bastion atau dudukan meriam dan dua buah pintu. 

Lokasinya berada di selatan dari Benteng Keraton Buton, atau berjarak sekitar 1,6 kilometer.

Baca juga: Tradisi Adat Batu Poaro di Baubau, Anak-anak Pun Berebut Uang

Pemandangan dari Benteng Keraton ButonKompas.com/ Silvita Agmasari Pemandangan dari Benteng Keraton Buton

6. Pantai Kamali 

Pantai Kamali merupakan salah satu ikon wisata Kota Baubau. Berdasarkan informasi dari Kompas.com (13/1/2016), pantai ini merupakan tempat nongkrong favorit masyarakat Kota Baubau pada malam hari. 

Pantai Kamali, di Kota Baubau, Sulawesi TenggaraShutterstock/Sony Herdiana Pantai Kamali, di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara

Pengunjung bisa menemukan wahana bermain anak-anak dan aneka wisata kuliner di Pantai Kamali pada malam hari. Ketika malam datang, tepi Pantai Kamali tampak terang benderang oleh lampu para pedagang. 

Sebaliknya, pada siang hari suasana Pantai Kamali cenderung lengang. Jarak Pantai Kamali dari Benteng Keraton Buton sekitar 3,2 kilometer, dengan waktu tempuh sepuluh menit berkendara. 

Baca juga: Spot Baru Menikmati Laut Baubau, Tersembunyi di Balik Kebun Warga

7. Pantai Lakeba 

Selain Pantai Kamali, Kota Baubau juga memiliki wisata pantai yang tak kalah menarik yakni Pantai Lakeba.

Berdasarkan informasi dari Kompas.com (20/4/2016), daya tarik Pantai Lakeba adalag pasir putih. Selain itu, kawasan pantai ini sudah dilengkapi dengan sejumlah fasilitas seperti restoran dan penginapan. 

Lokasinya berada di Kelurahan Sulaa, Kecamatan Betoambari, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara. Pantai Lakeba merupakan salah satu pantai favorit yang sering dikunjungi warga sekitar.

Jaraknya dari Benteng Keraton Buton sekitar 6,6 kilometer, dengan waktu tempuh 14 menit. 

Baca juga: Hutan Pinus Juga Ada di Baubau, Sulawesi Tenggara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com