Selama masa pandemi, Joko menerangkan bahwa pariwisata Kulon Progo bersama-sama dengan masyarakat terus menggali dan menata berbagai potensi wisata dengan sentuhan inovasi serta kreasi.
"Di Kulon Progo ini ada namanya padat karya bedah wisata, untuk mendekatkan pemerintah dengan masyarakat. Bagi masyarakat yang ingin membuat destinasi atau menambah aksen-aksen pariwisata, maka kami dampingi dengan program. Sehingga betul-betul terasa dan teraktualisasikan," terangnya.
Kehadiran Bandara Internasional Yogyakarta (Yogyakarta International Airport atau YIA) dan Candi Borobudur, kata Joko, menjadi salah satu trigger (pemicu) bagi keseluruhan aspek pariwisata Kulon Progo.
Baca juga:
Sehingga, masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga harus dijadikan sebagai pemain yang terlibat dalam pengembangan wisata.
Joko juga senantiasa menyampaikan agar masyarakat lokal bisa terus belajar, serta tidak perlu malu belajar dari daerah lain yang sudah lebih dulu maju.
"Kita harus menengok kanan kiri melihat perkembangan di daerah lain, untuk menjaga spirit, agar betul-betul bandara dan Borobudur bisa menjadi pemicu dan pemacu pergerakan pariwisata kami," tuturnya.
"Jadi masyarakat ini sudah selalu bergerak di masa pandemi, kami selalu bersama masyarakat agar nanti suatu saat jika pandemi menjadi endemi, kami sudah siap, dan Kulon Progo membuktikannya," tutup Joko.
Baca juga: Kerukunan Antarumat Beragama di Wisata Kulon Progo Akan Jadi Sendratari
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.