Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Pameran Monumen Antroposen di Yogyakarta yang Dikunjungi Presiden Jerman

Kompas.com - 18/06/2022, 12:31 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier berkunjung ke Yogyakarta pada Jumat (17/6/2022). Ia mengunjungi Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Keraton Yogyakarta.

Ia kemudian melanjutkan kunjungan ke Jogja Nasional Museum (JNM). Di sana, ia menyaksikan pameran seni yang merepresentasikan Monumen Antroposen.

Monumen ini sedang dalam tahapan pembangunan. Bangunan yang rencananya memiliki tinggi 9 meter ini dibangun di area Dam Side Piyungan.

Baca juga: Presiden Jerman Kunjungi JNM, Lihat Pameran Seni Monumen Antroposen

Kurator Seni Ignatia Nilu menjelaskan, Antroposen merupakan penggabungan 3 konsep, yakni ekologi, ekonomi sirkular, dan seni budaya.

ketiga pilar ini dikolaborasikan untuk membuat ekosistem kreatif baru. Bahan baku material pembuatan monumen adalah dari sampah.

"Kami mengelola lahan. Ada maker space, ada monumen, dan ada tempat-tempat yang difungsikan untuk ruang pementasan atau ruang pajang. Jadi, nanti ada galeri," kata dia di JNM, Jumat (17/6/2022).

Adapun proyek itu memang didanai Pemerintah Jerman. Selain menilik proyek Antroposen, kunjungan Frank-Walter Steinmeier sekaligus sebagai peringatan hubungan diplomatik ke-70 tahun Indonesia dan Jerman.

Baca juga: Kenang 16 Tahun Gempa Yogya, Bisa Kunjungi Monumen Gempa di Bantul

Nilu mengatakan bahwa Presiden Jerman sebenarnya dijadwalkan untuk menilik langsung monumen Antroposen di Piyungan. Namun karena jaraknya jauh dari bandara dan cuaca tidak memungkinkan, dibuatlah presentasi di JNM.

"Akses di sini lebih mudah sekaligus untuk antisipasi cuaca dan ternyata benar cuaca buruk," kata dia.

Pembangunan Monumen Antroposen di Piyungan

Nilu melanjutkan, dalam pameran seni ini terdapat 4 kurator yang sekaligus terlibat dalam proyek monumen antroposen.

Mereka adalah Ignatia Nilu, Franzisca dari Jerman, Doni sebagai arsitek yang merancang monumen dan kompleks, serta Iwan Wijono.

Nilu kurator seni saat menunjukkan bata yangbterbuat dari sampah plastik, bata ini digunakan untuk membangun candi baru di Piyungan, Jumat (17/6/2022)KOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO Nilu kurator seni saat menunjukkan bata yangbterbuat dari sampah plastik, bata ini digunakan untuk membangun candi baru di Piyungan, Jumat (17/6/2022)

Piyungan dipilih karena terdapat tempat pembuangan akhir, sehingga akses lebih mudah, efektif, dan cepat dalam mengambil materialnya.

Proyek ini berada di Piyungan lahan milik Pemerintah DIY dengan luasan 6.000 meter dan ditargetkan ada 6 hektar yang akan dikelola dengan cara bertahap. PIhaknya saat ini sedang fokus dalam monumen yang berbentuk seperti candi.

Baca juga: Lokasi Syuting KKN di Desa Penari: Wisata Batu Kapal di Bantul, Yogyakarta

"Nantinya, maker space kita buat seperti open source. Bukan seperti pabrik, tetapi orang bisa mengakses itu, bisa belajar terutama pemulung nanti dapat pelatihan," tutur Nilu.

Tujuan pembangunan Monumen Antroposen

Proyek ini bertujuan untuk mendaur ulang sampah-sampah plastik, seperti tutup botol, botol plastik, dan plastik kemasan menjadi batu bata yang mirip bentuknya seperti batu candi.

Bata yang terbuat dari plastik ini berbentuk seperti puzzle bata. Ada bagian yang menonjol dipasangkan dengan bata dengan bagian yang menjorok ke dalam. Dengan mekanisme seperti itu, penggunaan semen dapat diminimalkan.

"Plastik kan jenisnya beda-beda ada PE, PET, dan PP selain itu tebalnya juga beda. Nah, itu kami lebur jadi satu dan kita terus berproses serta kolaborasi," ujar Nilu.

Kondisi dari atas TPST Piyungan, Bantul, DI Yogyakarta, Rabu (11/5/2022). Warga menutup TPST Piyungan sejak Sabtu (7/5/2022) akibat permasalahan limbah dan bau selama puluhan tahun.Kompas.com/Markus Yuwono Kondisi dari atas TPST Piyungan, Bantul, DI Yogyakarta, Rabu (11/5/2022). Warga menutup TPST Piyungan sejak Sabtu (7/5/2022) akibat permasalahan limbah dan bau selama puluhan tahun.

Proses riset and development (RnD) tidak hanya dilakukan dengan peneliti, tetapi dengan orang-orang yang dekat dengan materialnya.

Nilu menyampaikan, Presiden Jerman sangat senang dalam kunjungannya ke JNM karena ini merupakan rintisan laboratorium masyarakat yang belum pernah ada sebelumnya.

"Ini jadi spesial juga karena ada di Jogja, mengingat Jogja merupakan tuan rumah seniman-seniman," kata Nilu.

Baca juga: 15 Wisata Bantul Yogyakarta dengan Pemandangan Alam Instagramable

Sementara itu, Kepala Kelurahan Bawuran, Made Supardiono mengatakan bahwa dengan adanya proyek Monumen Antroposen, pihaknya bisa bekerja sama dengan para seniman untuk ikut serta menyelaraskan persoalan sampah di wilahnya.

"Keberadaan Monumen Antroposen ini membuka harapan bagi pemanfaatan sampah juga harapan bagi masyarakat sekitar untuk dapat belajar mengolah sampah hingga dapat membantu memajukan perekonomian warga sekitar," ujarnya.

Seperti yang ditelah dipublikasikan, Proyek Monumen Antroposen ini merupakan sebuah konsep seni kolosal yang bersandar pada kesadaran manusia yang hidup beserta lingkungannya.

Baca juga: Antisipasi Pelaku Usaha Nuthuk Harga, Bantul Siapkan Langkah Ini

Gagasan pembangunan monumen ini merupakan hasil dari perenungan nilai kebudayaan lokal yang dapat berpengaruh pada keharmonisan antar manusia, alam, dan Ilahi secara holistis.

Proyek Monumen Antroposen ini merupakan hasil gagasan dari Indonesian Upcycle Forum yang didukung penuh oleh Goethe-Institut Indonesia dan German Federal Foreign Office.

Harapannya adalah dapat menjadi pusat budaya dan ekonomi kreatif yang mempromosikan ekonomi sirkular yang berbasis komunitas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com