Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikan Hiu Berjalan, Spesies Endemik yang Rentan Alami Kepunahan

Kompas.com - 20/06/2022, 10:33 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Ikan hiu berjalan atau walking shark (Hemiscyllium spp.) kini menjadi salah satu spesies yang terbilang langka dan rentan mengalami kepunahan.

Padahal, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (KKHL) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Andi Rusandi mengatakan, ikan hiu berjalan punya potensi tinggi dari sisi pariwisata, yakni sebagai salah satu jenis ikan yang punya daya tarik bagi para penyelam.

Baca juga: Indonesia, Negara Destinasi Diving Terbaik 2021 Versi Dive Magazine

"Berdasarkan penilaian pada tahun 2020, seluruh spesies hiu berjalan telah masuk dalam daftar merah The International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengingat kerentanan dan kelangkaannya."

"Bahkan, dua spesies ikan hiu berjalan masuk ke dalam kategori hampir terancam (near threatened), tiga spesies dikategorikan rentan (vulnerable), dan satu spesies memiliki kategori sedikit perhatian (least concern)," ujar Andi dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, belum lama ini.

Meski bukan merupakan ikan konsumsi, diduga jumlahnya semakin berkurang karena banyak dijadikan ikan hias. Adapun ikan hiu berjalan memang memiliki karakter dan morfologi yang terbilang unik.

Pergerakannya yang cenderung lamban dan tidak berbahaya membuat ikan hiu berjalan relatif mudah untuk ditangkap.

Baca juga: Mau Wisata Sejarah Sambil Menikmati Alam Bawah Laut? Coba Diving Bernuansa Perang Dunia II di Morotai

Adapun spesies endemik ini ditemukan di perairan Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Nugini, dan Australia.

Saat ini, terdapat sembilan spesies hiu berjalan di dunia. Enam di antaranya ditemukan di perairan Indonesia.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Peneliti Pusat Riset Oseanografi (PRO) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Fahmi menjelaskan, alasan pemberian nama ikan hiu berjalan adalah karena pergerakannya di dasar perairan yang seperti sedang berjalan, alih-alih berenang seperti jenis ikan pada umumnya.

Hal itu disebabkan sifat biologi kelompok ikan tersebut yang cenderung menetap di dasar perairan. Mereka juga lebih menggunakan otot sirip dada atau pektoral untuk melakukan gerakan tersebut.

Baca juga: Kapan Waktu Terbaik Menyelam di Raja Ampat?

Adapun ikan hiu berjalan termasuk kelompok ikan berukuran kecil atau dengan ukuran kurang dari 100 cm.

"Hiu berjalan memiliki range size atau populasi kecil sehingga rentan mengalami kepunahan," tuturnya.

Ikan hiu berjalan atau walking shark.DOK KKHL KKP Ikan hiu berjalan atau walking shark.

Fahmi menyebutkan, berdasarkan hasil penelitian, dugaan populasi hiu berjalan spesies Hemiscyllium halmahera sekitar 110 individu/kilometer persegi, dengan estimasi populasinya di alam sekitar 400.000 individu.

Sedangkan untuk spesies Hemiscyllium henryi sebesar 40 individu/kilometer persegi dengan estimasi populasi di alam sebesar 46.000 individu.

Untuk Hemiscyllium freycineti sebesar 200 individu/kilometer persegi dengan estimasi populasi sekitar 660.000 individu.

Spesies Hemiscyllium galei sebesar 36 individu/kilometer persegi dengan estimasi populasi sekitar 54.000 individu dan spesies Hemiscyllium strahanii sebesar 180 individu/kilometer persegi dengan estimasi populasi sekitar 130.000 individu.

Sementara spesies Hemiscyllium trispeculare sebesar 180 individu/kilometer persegi dengan estimasi populasi sekitar 130.000 individu.

Baca juga: 3 Spot Diving di Laut Merah, Menyelam di Antara Bangkai Kapal Kuno

Minimnya kajian tentang ikan hiu berjalan

Salah satu cara untuk menjaga dan menjamin keberadaan serta kesinambungan ikan hiu berjalan adalah dengan memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragaman sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.

Oleh karena itu, langkah-langkah pengelolaan menjadi penting.

"Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah penetapan status perlindungan hiu berjalan melalui sejumlah tahapan, mulai dari usulan inisiatif, verifikasi usulan, konsultasi publik, analisis kebijakan, rekomendasi ilmiah, dan selanjutnya penetapan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan," ucap Andi dalam acara Temu Pakar untuk Usulan Inisiatif Perlindungan Hiu Berjalan (Hemiscyllium spp.) di Jakarta, belum lama ini.

Baca juga: Fasilitas Bangsring Underwater Banyuwangi, Bisa Renang dengan Hiu 

Sementara itu, Senior Ocean Program Lead Konservasi Indonesia (KI), Victor Nikijuluw mengatakan, keterbatasan penelitian dan kajian tentang ikan hiu berjalan di Indonesia menjadi salah satu hambatan dalam menetapkan status perlindungannya.

Namun, melihat adanya indikasi ancaman kepunahan, ia menilai penting untuk meningkatkan upaya konservasi dan pengelolaannya, sehingga populasi ikan hiu berjalan yang ada di alam dapat dipastikan tetap lestari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Travel Update
8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

Travel Tips
Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

Travel Update
Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

Travel Update
Artotel Gelora Senayan Resmi Dibuka April 2024, Ada Promo Menginap

Artotel Gelora Senayan Resmi Dibuka April 2024, Ada Promo Menginap

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com