JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, ramai dibincangkan soal wacana pemberlakuan tiket naik ke Candi Borobudur Rp 750.000.
Pembatasan kunjungan naik direncanakan untuk merawat kelestarian candi.
Namun, karena menuai kritik dari banyak pihak, rencana pemberlakuan tiket naik ke Candi Borobudur pun dibatalkan.
Baca juga: Arahan Presiden Jokowi: Tarif Naik Candi Borobudur Batal Naik
Terkait upaya menjaga kelestarian Candi Borobudur, sejumlah pihak pun menyuarakan alternatif solusi. Termasuk salah satunya Suyanto, selaku Kepala Desa Karanganyar, Magelang, Jawa Tengah.
Berikut beberapa alternatif solusi yang disarankan Suyanto.
Salah satu saran yang diberikan Suyanto untuk menjaga kelestarian Candi Borobudur tanpa membebani pengunjung dengan tiket naik yang tinggi adalah pembatasan durasi kunjungan dan kapasitas wisatawan yang naik.
"Wisatawan yang berkunjung ke candi bisa pakai durasi seperti nonton film di bioskop. Mungkin dengan durasi satu-dua jam dan itu harus ditentukan berapa jumlah idealnya dalam kurun waktu tersebut," kata Suyanto dalam Forum Diskusi Denpasar yang dilangsungkan secara daring, Rabu (22/06/2022).
View this post on Instagram
Suyanto juga menyarankan agar setiap pengunjung yang naik wajib didampingi oleh pemandu lokal yang dididik oleh warga sekitar.
Hal itu agar pemandu dapat menjelaskan makna relief-relief candi, sekaligus memantau perilaku pengunjung yang kerap menduduki batu candi atau aktivitas lainnya yang dapat menimbulkan kerusakan.
"Ini harus didampingi oleh seorang guide, karena selama ini, Borobudur itu kan wisata budaya tapi yang terjadi justru bukan seperti wisata budaya," katanya.
Baca juga: Asal-usul Nama Candi Borobudur, Ternyata Berasal dari Sejenis Tanaman
Menurut Suyanto, kebanyakan pengunjung justru naik ke stupa hanya untuk berswafoto dan tidak mengetahui arti relief.
"Wisatawan kebanyakan hanya berswafoto, tidak tahu bagaimana arti sebuah relief yang ada di Candi Borobudur. Sehingga walaupun ke Borobudur (sampai) 17 kali, kalau tidak didampingi guide, tidak pernah tahu," tutur dia.
6 Keunikan Candi Borobudur, Dibangun dari 2 Juta Batu
Dengan adanya pemandu, selain memberikan wawasan sejarah kepada pengunjung, diharapkan juga akan membuka lapangan kerja di lingkup masyarakat sekitar kawasan wisata Borobudur.
Suyanto berharap, pengelolaan Candi Borobudur juga bisa turut mensejahterakan warga sekitar.
Misalnya, usai berada di atas area stupa sekitar satu atau dua jam, pemandu yang telah berkoordinasi dengan Balai Ekonomi Desa (Balkondes) bisa mengarahkan pengunjung untuk mampir ke desa-desa wisata sekitar Candi Borobudur
"Masih ada waktu tersisa sekitar 3-4 jam, bisa dialokasikan ke desa-desa sekitar yang saat ini dikembangkan menjadi destinasi penyangga di sekitar Borobudur," kata Suyanto.
Baca juga: 7 Wisata Sekitar Candi Borobudur, Bisa Jadi Alternatif Tempat Liburan
Lebih lanjut, Balkondes menurutnya juga sudah menyiapkan UMKM, atraksi budaya, dan lain sebagainya bagi pengunjung. Sehingga, kemakmuran Borobudur juga ikut dinikmati oleh masyarakat sekitar.
"Tentunya harapan kami, Candi Borobudur ini dikonsep agar bagaimana wisatawan datang ke Borobudur tapi pelestarian tetap terjaga," sambungnya.
Suyanto juga menyampaikan harapan agar masyarakat sekitar yang menggantungkan perekonomiannya pada kawasan wisata ini agar kawasan Candi Borobudur dapat dibuka sepenuhnya.
Baca juga: 6 Keunikan Candi Borobudur, Dibangun dari 2 Juta Batu
"Saya khawatir jika terlalu lama, mereka akan jatuh bangkrut. Karena banyak yang saat ini tidak bisa beraktivitas, perhotelan juga sepi, pedagang-pedagang di sekitar candi juga terlilit utang sebab tidak bisa berjualan dengan kondisi candi saat ini," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.