Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Desa Wisata Hilisimaetano Nias Selatan dan Tradisi yang Masih Kental

Kompas.com - 24/06/2022, 10:38 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Desa wisata Hilisimaetano merupakan salah satu pemukiman adat tertua di Nias Selatan yang hingga saat ini memegang teguh nilai adat istiadat dan peninggalan leluhurnya.

Hal itu tercermin dari keberadaan 50 rumah adat yang bangunannya masih terawat sangat baik, meski sempat diterjang tsunami Aceh pada 2004. Kondisi tersebut sempat membuat salah satu rumah adat tertua di desa ini runtuh.

Baca juga: Pantai Tureloto di Nias Utara, Dikenal sebagai Laut Matinya Indonesia

Seperti dikutip dari keterangan tertulis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, saat memasuki desa, kamu akan melihat batu megalitik yang menandakan di zaman megalitikum masyarakat Nias menggunakan peralatan dari batu besar.

Menariknya, sistem pemerintahan yang dijalankan pun masih mengikuti sistem adat, yang mana sistem kepemimpinan adat desa dipegang oleh Si’ulu atau Raja yang merupakan kaum bangsawan Nias.

Sedangkan para cendekiawan atau yang disebut Si’ila berperan sebagai pemberi nasihat kepada bangsawan. Selanjutnya ada Sato atau Fa’abanuasa (masyarakat) yang terus bergotong-royong dalam menjaga Lakhömi mbanua (marwah desa).

Baca juga: Gereja Fanorotodo, Saksi Bisu Masuknya Agama di Kepulauan Nias

Tradisi lompat batu masyarakat Nias

Masih ingat gambar pada salah satu uang Rp 1.000 pada masa lalu yang memperlihatkan tradisi lompat batu?

Ini mungkin menjadi top of mind bagi sebagian orang, ketika mendengar tentang Nias.  Adapun tradisi lompat batu Nias disebut Fahombo.

Tradisi lompat batu Nias pernah dijadikan desain salah satu uang Rp 1.000.SHUTTERSTOCK/J88 Images Tradisi lompat batu Nias pernah dijadikan desain salah satu uang Rp 1.000.

Baca juga: Tradisi Lompat Batu Bawomataluo, Persiapan sebelum Perang

Selain di Desa Hilisimaetano, tradisi lompat batu juga bisa kamu temui di Desa Bawomataluo, Kabupaten Nias Selatan.

Awalnya, tradisi ini berasal dari kebiasaan berperang antar desa suku-suku di pulau Nias. Masyarakat Nias memiliki karakter keras dan kuat diwarisi dari budaya pejuang perang.

Dahulu, suku-suku di Pulau Nias sering berperang karena terprovokasi oleh rasa dendam, pembatasan tanah, hingga masalah perbudakan. Masing-masing desa lalu membentengi wilayahnya dengan batu atau bambu setinggi dua meter.

Oleh karena itu, tradisi lompat batu lahir dan dilakukan sebagai sebuah persiapan sebelum berperang. Para bangsawan dari strata balugu yang memimpin pulau Nias saat itu akan menentukan pantas atau tidaknya seorang pria Nias menjadi prajurit perang.

Baca juga: Menjelajah Situs Megalitik di Nias yang Berusia Ribuan Tahun

Mengutip Kompas.com, Jumat (28/01/2022), kriterianya, selain memiliki fisik yang kuat, seorang prajurit perang juga harus menguasai ilmu bela diri dan ilmu-ilmu hitam.

Sebagai tes akhir, para calon prajurit ini harus bisa melompati batu bersusun setinggi dua meter tanpa menyentuh permukaannya.

Pada zaman dulu, atraksi Fahombo tidak hanya memberikan kebanggaan bagi pemuda Nias, tapi juga untuk keluarga mereka.

Keluarga yang anaknya telah berhasil dalam Fahombo akan mengadakan pesta dengan menyembelih beberapa ekor ternak.

Daya tarik lainnya Desa Wisata Hilisimaetano

Salah satu kerajinan tradisional masyarakat Niasdokumentasi Kemenparekraf Salah satu kerajinan tradisional masyarakat Nias

Tak berhenti sampai di situ, Desa Hilisimaetano juga punya ritual kuno yang dilaksanakan setiap 14 tahun sekali, bernama "Famadaya Harimao".

Pada ritual ini, akan ada prosesi mengarak patung yang menyerupai harimau (lawölö fatao) untuk penyucian dan pembaharuan atas hukum-hukum adat yang berlaku di seluruh daerah Maniamölö.

Setelah Famadaya Harimao selesai, dilanjutkan dengan membaca doa-doa kuno yang disebut Fo'ere.

Baca juga:

Di sisi lain, Desa Hilisimaetano juga memiliki tradisi kerajinan tangan atau kriya yang masih dilakukan sampai sekarang, seperti anyaman topi caping, pahatan, ukiran, dan manöfa atau pedang besi.

Dahulu kala, manöfa ini difungsikan sebagai alat perang masyarakat Nias, yang jika mereka menang melawan musuh, maka kepala musuh akan disematkan pada ujung sarung pedang.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Diupayakan menjadi desa wisata berkelanjutan

Menparekraf dinobatkan sebagai Tuha Samaöndrö Luo saat mengunjungi Desa Hilisimaetano di Nias Selatandokumentasi Kemenparekraf Menparekraf dinobatkan sebagai Tuha Samaöndrö Luo saat mengunjungi Desa Hilisimaetano di Nias Selatan

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno berencana menjadikan Desa Hilisimaetano sebagai desa wisata berkelanjutan.

Baca juga: Sandiaga Targetkan Kunjungan ke 50 Desa Wisata ADWI Selesai September 2022

Namun sebelumnya, perlu ada beberapa fasilitas yang dibenahi, termasuk toilet dan homestay.

"Kita akan memberikan pendampingan, pelatihan, dan peningkatan destinasi wisata, seperti toilet, homestay, kita akan tingkatkan, juga kita ingin jadikan desa wisata ini sebagai tujuan wisata selagi ada WSL (World Surf League) Pro, untuk membangkitkan ekonomi masyarakat," kata Sandiaga saat visitasi Desa Wisata Hilisimaetano yang masuk dalam 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022, dalam keterangan resmi Kemenparekraf, Rabu (22/06/2022).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com