Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ignatius B Prasetyo

A Masterless Samurai

Masakan, Menguatkan Raga dan Membersihkan Jiwa

Kompas.com - 25/06/2022, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Alasannya, bumbu dengan bau menyengat membuat jiwa manusia tergoda. Kemudian orang menjadi bingung dan tidak fokus, terutama pada hal penting yang menjadi tujuan hidupnya.

Masakan shoujin-ryouri bisa membuat jiwa menjadi lebih tenang. Pikiran tentu dapat menjadi lebih bersih.

Bagaimana dengan masakan di Indonesia?

Kita mempunyai banyak koleksi masakan unik dan berbeda dibandingkan dengan negara lain. Beberapa bahkan sudah mendunia, contohnya rendang yang akhir-akhir ini menjadi polemik.

Saya tidak ingin berkomentar tentang perdebatan masalah rendang. Saya kemudian teringat, makanan klepon juga pernah mempunyai nasib sama.

Sebagaimana saya telusuri tentang sejarah rendang, bumbunya ternyata merupakan hasil akulturasi dari India.

Kita tahu India menggunakan banyak rempah-rempah pada masakannya, seperti juga pada rendang. Anda pasti tahu masakan India bernama kari yang terkenal itu, bukan?

Sebagai makanan hasil akulturasi, maka sebaiknya filosofi rendang yang melambangkan kesabaran, kebijaksanaan dan ketekunan itulah yang perlu diangkat dan ditonjolkan.

Satu lagi yang lebih penting. Daripada berpolemik, lebih baik kita berupaya agar rendang (dan masakan Indonesia lainnya) bisa masuk dalam daftar kekayaan tak benda dunia.

Sebagai informasi, masakan Jepang sudah terdaftar sebagai kekayaan tak benda dunia sejak tahun 2013.

Jangan sampai masakan rendang nanti diakui (atau istilah lebih kerasnya, dibajak) oleh tetangga serumpun.

Apalagi ketika saya googling tentang masakan rendang, hasilnya banyak menampilkan buku "50 Rendang" karangan orang dari negeri jiran.

Makanan memang dapat menjadikan raga kita sehat jika kita makan dengan pola seimbang. Akan tetapi yang terpenting, makanan juga harus bisa menjadikan jiwa kita sehat.

Meskipun masakan Indonesia kebanyakan memakai banyak rempah sehingga berbanding 180 derajat dengan shoujin-ryouri yang sudah saya ceritakan, namun jangan sampai membuat jiwa dan pikiran menjadi tidak fokus.

Masakan dengan banyak rempah, seturut dengan kebudayaan yang kita miliki justru seyogianya menjadikan kita rendah hati, bukan mau menang sendiri. Masakan harusnya bisa menyatukan orang.

Persis seperti perkataan Guy Fiery, seorang pengusaha restoran di Amerika, yang saya kutip berikut ini sebagai penutup tulisan.

"Cooking is all about people. Food is maybe the only universal thing that really has the power to bring everyone together. No matter what culture, everywhere around the world, people get together to eat."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com