Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tarif Kontribusi Konservasi Pulau Komodo Rp 3,75 Juta Masih Wacana

Kompas.com - 05/07/2022, 10:51 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada wacana tiket terusan seharga Rp 3,75 juta bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Taman Nasional (TN) Komodo dan berlaku selama satu tahun.

Menanggapi hal itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan bahwa sampai saat ini wacana itu masih dalam tahap pembahasan.

"Terkait wacana tiket terusan Taman Nasional Komodo sebesar Rp 3,75 juta per tahun, sampai saat ini belum ada pembahasan di lintas kementerian atau lembaga. Ini baru sebuah wacana," kata Sandiaga dalam Weekly Press Briefing secara hybrid, Senin (4/7/2022).

Baca juga:

Ia mengungkapkan, wacana ini merupakan upaya untuk menjaga keberlangsungan dari aspek konservasi lingkungan di TN Komodo di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Selain itu, lanjut Sandiaga, wacana ini dimaksudkan dengan tujuan menekan jumlah turis yang datang ke TN Komodo guna mencegah kepunahan komodo dan kerusakan alam.

"Ada aspek konservasi kelestarian lingkungan yang harus diutamakan, kita fokus pada gaya dukung, dan terhadap jumlah turis yang dapat diakomodasi untuk masuk ke Taman Nasional Komodo, karena kita tidak ingin komodo ini punah dan alam terusik,” tambahnya.

Baca juga: 9 Pulau di Taman Nasional Komodo, Kunjungi Saat Liburan ke Sana

Sebab, ia menjelaskan bahwa kunjungan wisatawan akan menambah beban, sementara carrying capacity atau daya dukung Pulau Komodo sangat terbatas.

"Oleh karena itu kami sekarang akan terus berkoordinasi dengan lintas kementerian dan lembaga untuk membantu proses pengambilan keputusan kajian tersebut," kata Menparekraf.

Tawarkan destinasi alternatif di Labuan Bajo

Dalam waktu yang sama, Sandiaga juga menegaskan bahwa kenaikan tarif dan pembatasan kunjungan tidak akan menurunkan minat wisatawan yang datang ke Labuan Bajo.

Pink Beach di Komodo National Park. SHUTTERSTOCK/PRAWAT THANANITHAPORN Pink Beach di Komodo National Park.

Menurutnya, ada berbagai tempat wisata menarik yang dapat dikunjungi di labuan Bajo, selain Pulau Komodo.

Baca juga: Pengunjung TN Komodo Dibatasi, Wisata Labuan Bajo Akan Dioptimalkan

“Kita harus membangun wisata-wisata lainnya bukan hanya Pulau Komodo, saya melihat ada Wae Rebo, Karang Bolong, Pink Beach, dan lainnya,” ujar Sandiaga.

Ia mengatakan, pihaknya bersama dengan berbagai kementerian dan lembaga akan secara maksimal mengembangkan destinasi-destinasi lain yang ada di Labuan Bajo sehingga kunjungan wisatawan dapat tersebar ke destinasi-destinasi lain.

Ini rumah adat kampung tradisional Waerebo, Kecamatan Satarmese Selatan, Kabupaten Manggarai, NTT yang tak memiliki signal internet dan telepon seluler. (HANDOUT/PANKRASIUS PURNAMA)HANDOUT/PANKRASIUS PURNAMA Ini rumah adat kampung tradisional Waerebo, Kecamatan Satarmese Selatan, Kabupaten Manggarai, NTT yang tak memiliki signal internet dan telepon seluler. (HANDOUT/PANKRASIUS PURNAMA)

Seperti misalnya Wae Rebo, yang dikatakan sebagai salah satu desa wisata terbaik juga wisata kuliner yang sangat menarik di salah satu destinasi super prioritas itu.

Baca juga:

"Presiden juga akan meresmikan waterfront yang akan punya satu daya tarik unik yaitu menatap matahari terbenam tanpa harus pergi ke Taman Nasional Komodo. Ini jadi destinasi alternatif," tutur Menparekraf.

Oleh karena itu, meski ada penurunan wisatawan khususnya di Taman Nasional Komodo, ia optimistis Labuan Bajo tetap menjadi wisata unggulan di Indonesia.

Baca juga: Sensasi Melihat Lomba Skateboard dan Matahari Terbenam di Labuan Bajo

"Dengan potensi alam dan budaya serta ekonomi kreatif yang dimiliki Labuan Bajo, apa pun keputusan yang diambil nantinya, Labuan Bajo akan tetap menjadi destinasi liburan yang menghadirkan peluang usaha dan lapangan kerja yang luas untuk masyarakat di Nusa Tenggara Timur secara khusus," pungkasnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com