Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/07/2022, 18:40 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemacetan parah hingga berjam-jam hampir selalu terjadi di tempat wisata yang ada di Puncak, Bogor, Jawa Barat.

Belum lama ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyampaikan usulan solusi jangka panjang untuk atasi kemacetan tersebut, yaitu pembuatan kereta gantung.

 

Baca juga: Puncak Sering Macet, Sandiaga Uno Usul Ada Kereta Gantung

Saat ini, usulan pembuatan kereta gantun sebagai salah satu solusi kemacetan di Puncak rupanya sudah masuk pembahasan bersama calon investor.

"Minggu lalu, kami memulai pembahasan dengan pihak calon investor kereta gantung. Kereta gantung ini kami dorong dalam konsep kemitraan pemerintah dengan badan usaha," katanya dalam Weekly Press Briefing secara hybrid, Senin (6/7/2022).

Menurut Sandiaga, pembangunan kereta gantung rencananya akan melalui kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) bersama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan WIKA.

Baca juga: Macet Parah Puncak Bogor ke Jakarta Ditempuh hingga 17 Jam, Ini Sebabnya

Tak menutup kemungkinan, solusi serupa juga diberlakukan di daerah lainnya yang mengalami masalah serupa.

"Ini tidak menutup kemungkinan akan dibuka di Lembang dan destinasi wisata lainnya. Kami juga sedang mendorong di Danau Toba," tambah dia.

Ia mengatakan, Indonesia dapat belajar dari wisata pegunungan di Eropa maupun di Amerika, yang banyak sekali menggunakan kereta gantung (cable car). 

Angkutan umum kereta gantung di Mexico City yang bernama Cablebus mulai beroperasi pada Senin (12/7/2021). Inovasi di ibu kota Meksiko ini dapat memangkas waktu perjalanan 1 jam lebih akibat kemacetan parah menjadi hanya 20 menit.AFP PHOTO/PEDRO PARDO Angkutan umum kereta gantung di Mexico City yang bernama Cablebus mulai beroperasi pada Senin (12/7/2021). Inovasi di ibu kota Meksiko ini dapat memangkas waktu perjalanan 1 jam lebih akibat kemacetan parah menjadi hanya 20 menit.

Baca juga:

Lebih lanjut, Sandiaga berharap dengan konsep KPBU ini, pemerintah dapat memfasilitasi, swasta atau BUMN yang mengerjakan.

Serta, rencana ini diharapkan bisa diatur dalam sebuah perjanjian konsesi jangka panjang.

"Sepeti jalan tol dan infrastruktur lainnya, ini akan menjadi suatu solusi yang win-win antara baik mitra, pemerintah, dan masyarakat, itu solusi jangka panjang," tutur dia.

 

Petugas gabungan melakukan pola rekayasa lalu lintas one way atau satu arah ke bawah di Simpang Gadog, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (28/2/2022).KOMPAS.COM/AFDHALUL IKHSAN Petugas gabungan melakukan pola rekayasa lalu lintas one way atau satu arah ke bawah di Simpang Gadog, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (28/2/2022).

Imbau kunjungan ke tempat wisata menarik lainnya

Untuk solusi cepat dan jangka pendek, Sandiaga terus mendorong distribusi dari beban pariwisata agar tidak terpusat di satu tempat. 

Sehingga, diharapkan masyarakat, khususnya yang tinggal di Jabodetabek, bisa mencari alternatif wisata lainnya yang tidak kalah menarik dari Puncak. 

Baca juga: 10 Wisata Hits Garut, Jawa Barat, Banyak View Alam yang Instagramable

"Dengan sosialisasi dan edukasi yang lebih baik, saya selalu bilang daripada jauh-jauh yang macet atau berjam-jam di puncak, ada yang enggak macet di Kepulauan Seribu, atau kalau yang di Lembang sangat membeludak, mungkin bisa ke Garut atau beberapa destinasi lainnya di Jawa Barat," pesan Sandiaga. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Selain itu, ia juga mendorong wisatawan untuk mengunjungi berbagai desa wisata yang ada di Jawa Barat sebagai opsi berlibur, selain ke Puncak.

Di antaranya desa wisata yang ada di Subang, Majalengka, hingga Sumedang. 

Baca juga: 13 Wisata di Majalengka Jawa Barat, dari Curug hingga Terasering

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com