Hingga akhirnya di tahun 1999, masyarakat Dusun Ulu bermusyawarah untuk memperbaiki dan mempergunakan kembali masjid yang sempat ditinggalkan hampir 20 tahun ini.
"Karena luasnya terbatas, paling cuma muat 40 orang, jadi kalau ada Jumat'an dan salat Idul Adha besok, orang-orang milihnya ke masjid yang lebih besar," demikian kata Jaenudin (Momon) pemandu perjalanan sekaligus warga lokal Sijuk, kepada Kompas.com, Rabu.
Orang-orang Sijuk beraktivitas di masjid baru yang lebih besar karena jemaah semakin banyak. Setelah belasan tahun di masjid baru, orang-orang Sijuk memilih menggunakan lagi Masjid Al-Ikhlas sampai sekarang.
Momon mengatakan bahwa masjid ini ditopang oleh empat pilar tiang utama dari kayu yang hanya tumbuh di daerah hutan bakau.
"Kayu ini disebut Kayu Teruntum, didapat dari daerah hutan Mengguru di Desa Sungai Padang. Kayu dibawa dengan rakit di sungai selama berbulan-bulan, karena waktu itu kan belum ada transportasi seperti sekarang," kata dia.
Sedangkan dinding masjid terbuat dari papan dan atapnya terbuat dari sirap (bahan tipis kayu ulin) yang berasal dari Pulau Kalimantan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.