Pertama, dalam jangka pendek sebetulnya masih ada opsi selain mengenakan tiket masuk yang mahal dengan cara menentukan kuota harian pengunjung. Wisatawan dapat mengatur jadwal kedatangannya dari jauh-jauh hari sebagaimana membeli tiket kereta ataupun pesawat. Jika tetap dikenakan harga, pemerintah sebaiknya mempertimbangkan harga yang masih terjangkau.
Pengelola kawasan wisata perlu merancang dan menerapkan beberapa strategi seperti penyesuaian harga tiket untuk wisatawan domestik dan wisatawan asing. Selain itu, penerapan sistem visitor management dengan membatasi jumlah kunjungan wisatawan melalui sistem reservasi tiket elektronik (e-ticketing) dapat memberikan peringatan dini jika kunjungan wisatawan telah melebihi batas maksimal.
Kedua, dalam jangka panjang, sebaiknya berbagai pemangku kepentingan di setiap daerah wisata membuatearly warning tools yang akan memudahkan upaya pencegahan jika terjadi overtourism. Alat ini akan mengukur ketiga aspek seperti lingkungan, ekonomi, dan sosial di berbagai destinasi wisata.
Untuk aspek lingkungan misalnya, kita dapat mengukur dari kepadatan infrastruktur, kepadatan wisatawan di tempat wisata, polusi yang ditimbulkan, dan kerusakan lingkungan. Untuk aspek ekonomi kita dapat mengukur dari perkembangan inflasi barang dan jasa, ulasan negatif dari wisatawan dan sebaginya.
Baca juga: Sejumlah Wisatawan Batalkan Trip ke Labuan Bajo Imbas Wacana Kenaikan Harga Tiket TN Komodo
Untuk aspek sosial kita dapat mengukur dari jumlah penduduk yang termarjinalkan, kenaikan tingkat kriminalitas, konflik sosial yang terjadi, perubahan budaya, serta atraksi akibat komersialisasi dan komodifikasi. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, tentunya harus didukung oleh ketersediaan data yang akurat. Dalam hal ini, peran pemerintah daerah sangat diperlukan untuk penguatan basis data. Sebab, data-data tersebutlah yang nantinya akan membantu pemerintah dan para pemangku kepentingan lain dalam merumuskan kebijakan agar tepat sasaran.
Ketiga, upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah mengubah orientasi bisnis dari sebelumnya berdasarkan kuantitas jumlah kunjungan menjadi kunjungan wisata berbasis kualitas. Hal ini dapat dilakukan dengan menentukan segmen wisatawan. Segmentasi ini dilakukan semata-mata untuk meminimalkan dampak negatif dan meningkatkan kualitas pariwisata di suatu daerah.
Strategi ini diimplementasikan dengan gagasan length of stay management dengan memprioritaskan lama menginap wisatawan. Strategi ini terbukti mampu menghindarkan banyak desa-desa wisata dari fenomena overtourism dengan tetap memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat, dan pada saat yang sama juga berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat.
Ke depan, pariwisata Indonesia sebaiknya mengedepankan kualitas wisata di samping sekadar kuantitas kunjungan wisatawan. Warisan budaya serta keindahan alam Indonesia yang unik merupakan aset yang perlu dijaga keberlanjutannya baik dari segi lingkungan, sosial, serta ekonominya.
Walaupun fenomena overtourism belum dipandang berpotensi menurunkan kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan negara, tetap perlu diformulasikan langkah perhitungan maupun langkah strategis untuk menghadapinya. Pasalnya, overtourism sangat terkait dengan daya dukung wisata, sehingga perlu penghitungan secara teknis-matematis dan diintegrasikan dengan variabel sosial yang berperan signifikan dalam memperkuat daya dukung wisata kita.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.