Taman Sriwedari merupakan kompleks taman yang menjadi salah satu destinasi wisata sejarah Kota Solo.
Dikutip dari Kompas.com, Minggu (16/1/2022), pembangunan Taman Sriwedari dimulai pada 1899. Awalnya, lokasi Taman Sriwedari merupakan taman kota, kemudian menjadi kawasan rekreasi pada 1901.
Taman Sriwedari dibangun di atas lahan yang dibeli Pakubuwono IX dan diberikan kepada putra mahkotanya yaitu Pakubuwono X. Lokasi tanah yang kini menjadi Taman Sriwedari awalnya adalah milik seorang Belanda bernama Johanness Busselarr.
Baca juga: Cara Bayar Tiket KRL Solo-Jogja dan Rincian Harganya
Pada periode 1905 sampai 1917, Taman Sriwedari mengalami sejumlah pemugaran dan pengubahan fungsi. Terdapat sejumlah bangunan wisata di Taman Sriwedari, antara lain Museum Radya Pustaka, gedung wayang orang, kebun binatang mini, dan gedung pagelaran wayang kulit.
Taman Sriwedari yang dulu dikenal sebagai Taman Raja ini berlokasi di Jalan Slamet Riyadi, Nomor 275, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Jaraknya dari Stasiun Balapan sekitar 2,2 kilometer dengan waktu tempuh 11 menit.
Taman Balekambang yang berdiri sejak 1921 merupakan perwujudan kasih sayang orangtua kepada anaknya. Mengutip dari Kompas.com, Senin (28/3/2022), obyek wisata ini merupakan pemberian Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Haryo atau Mangkunegara VII kepada dua anaknya, yaitu Gusti Raden Ayu Partinah dan Gusti Raden Ayu Partini.
Baca juga: Sejarah Taman Balekambang di Kota Solo, Taman Tanda Cinta Orangtua
Oleh sebab itu, saat berkunjung ke Taman Balekambang wisatawan akan melihat dua patung di tengah taman dan di tengah kolam yang merupakan patung Gusti Raden Ayu Partinah dan Gusti Raden Ayu Partini.
Dulunya, Taman Balekambang tertutup hanya untuk keluarga kerajaan. Namun, sejak 1944 ketika Mangkunegara VIII memerintah, taman ini dibuka untuk umum.
Lokasi Taman Balekambang berada di Jalan Balekambang, Manahan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Jaraknya dari Stasiun Balapan sekitar 2,3 kilometer dengan waktu tempuh delapan menit.
Benteng Vastenburg merupakan benteng peninggalan Belanda, berdasarkan informasi dari Kompas.com, Selasa (24/8/2021). Benteng yang dibangun pertama kali pada 1745 ini, awalnya digunakan oleh Belanda untuk mengawasi Keraton Surakarta Hadiningrat.
Baca juga: 20 Wisata di Solo dan Sekitarnya, Bisa Wisata Alam dan Sejarah
Memasuki akhir abad ke-20, Benteng Vastenburg sempat terbengkalai serta berada di tengah konflik kepemilikan. Pada 2010, benteng ini akhirnya ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya, sekaligus mengalami perbaikan.
Bentuk bangunan Benteng Vastenburg berupa bujur sangkar dengan dinding batu bata setinggi enam meter, serta dilengkapi dengan bastion. Mengelilingi tembok benteng, terdapat parit yang dalam dengan penghubung berupa jembatan gantung untuk menuju ke pintu gerbang.
Baca juga: 5 Tempat Nongkrong di Solo yang Instagramable
Namun, jembatan itu sudah tidak ada lagi saat ini, serta hanya tersisa parit dangkal. Pada bagian Benteng Vastenburg terdapat lapangan cukup luas, yang dulunya digunakan sebagai lokasi apel bendera atau persiapan pasukan.
Lokasi Bentang Vastenburg berada di Kedung Lumbu, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Jaraknya dari Stasiun Balapan sekitar 2,5 kilometer dengan waktu tempuh sembilan menit.
Jika ingin menikmati wisata low budget, kamu bisa mengunjungi Bendungan Taman Tirtonadi. Lokasinya, bersebelahan dengan Terminal Bus Tirtonadi.
Dikutip dari laman Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, bendungan ini merupakan pertemuan Kali Gajah Putih dan Kali Pepe. Bendungan yang baru diresmikan pada 2019 lalu, terdapat bangunan jembatan di atas bendungan ini.
Baca juga: Terminal Tirtonadi Kota Solo Bisa Jadi Wisata, Bukan Sekadar Tempat Tunggu Bus
Uniknya, material jembatan tersebut hampir sebagian besar menggunakan kaca, baik di lantai maupun pembatas kanan dan kiri. Desain atap jembatan juga dibuat cukup estetik dengan dominanasi warna biru.
Bantaran sungai di sekitar bendungan dilengkapi dengan jalur pedestarian dan taman. Bendungan ini juga dilengkapi dengan dermaga sehingga ke depannya dapat menunjang menunjang wisata air.
Jaraknya dari Stasiun Balapan sekitar 2,4 kilometer dengan waktu tempuh tujuh menit.
Museum yang berdiri sejak 1967 ini menyuguhkan koleksi batik kualitas terbaik dari berbagai daerah.
Koleksi yang ada meliputi batik asli keraton, batik China, batik Jawa Hokokai (batik yang terpengaruh oleh kebudayaan Jepang), batik pesisir (Kudus, Lasem, dan Pekalongan), batik Sumatera, dan lainnya.
Baca juga: Semboyan dan Slogan Kota Solo Beserta Makna dan Artinya
Dilansir dari situs web Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solo, museum ini memiliki koleksi kain batik mencapai 1.000 helai. Bahkan, sudah diakui Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) sebagai museum dengan koleksi batik terbanyak.
Pengunjung dapat melihat proses pembuatan batik, bahkan bisa mengikuti workshop pembuatan batik secara langsung. Museum Batik Danar Hadi berada di Jalan Slamet Riyadi Nomor 261 Surakarta, tepatnya di dalam kompleks Dalem Wuryaningratan.
Jaraknya dari Stasiun Balapan sekitar 2,4 kilometer dengan waktu tempuh delapan menit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.