Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendakian Jobolarangan via Wonomulyo, Rute Tercepat ke Atap Lawu Selatan

Kompas.com - 25/07/2022, 15:41 WIB
Anggara Wikan Prasetya

Penulis

KOMPAS.com – Gunung Lawu setinggi 3.245 meter di atas permukaan laut (mdpl) merupakan salah satu gunung favorit pendaki.

Namun, ternyata masih ada puncak-puncak di sekitar Gunung Lawu, salah satunya adalah Jobolarangan

Puncak Jobolarangan ada di kawasan perbukitan sebelah selatan Gunung Lawu yang juga disebut Pegunungan Lawu Selatan.

Baca juga: Jalur Pendakian Cemara Kandang di Gunung Lawu Bakal Ditata

Ketinggiannya memang hanya sekitar 2.300 mdpl. Meski begitu, puncak ini pas dijadikan tujuan pendakian.

Jalur tercepat ke puncak Jobolarangan

Menuju puncak Jobolarangan bisa dilakukan melalui Dusun Wonomulyo, Genilangit, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

Bisa dibilang jalur ini merupakan rute tercepat menuju puncak Jobolarangan. Jalur resmi satu lagi ada di Wonorejo, Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

“Estimasi pendakian sekitar empat jam sampai puncak,” kata pengelola Basecamp Jobolarangan via Wonomulyo bernama Rohmat kepada Kompas.com, Minggu (17/7/2022).

Adapun sebelumnya Kompas.com juga pernah menanyakan hal serupa  pada Rohmat melalui WhatsApp pada 2020. Jawabannya juga masih sama, yakni sekitar 4 jam.

Baca juga: Tiket Masuk, Tarif Menginap, Biaya Outbound di Lawu Park Tawangmangu

Adapun pada Hari Minggu itu, Kompas.com mendaki Jobolarangan seorang diri. Usai membayar Rp 15.000 di basecamp, Kompas.com pun segera berangkat.

Awal perjalanan, naik motor sampai Pos 1

Namun karena pendakian dilakukan secara tek-tok atau naik langsung turun, pihak basecamp menyarankan Kompas.com untuk mengendarai motor sampai Pos 1.

Rute awal pendakian Jobolarangan via Wonomulyo yang bisa dilalui naik motor.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Rute awal pendakian Jobolarangan via Wonomulyo yang bisa dilalui naik motor.

Perjalanan awal pun Kompas.com jalani dengan mengendarai sepeda motor bebek Supra X125 FI melalui jalan cor di tengan perkebunan.

Sekitar 3 menit berkendara, sampailah Kompas.com di ujung jalan cor. Sepeda motor pun diparkirkan di tempat parkir dan perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Waktu saat itu menunjukkan pukul 08.00 WIB

Jobolarangan via Wonomulyo, Genilangit

Trek awal dengan berjalan kaki masih di sekitar perkebunan penduduk. Sepeda motor sebenarnya masih bisa melaju di jalan yang cukup luas. Namun, jalur ini khusus warga yang hendak ke kebun atau mencari rumput.

Jalan setapak yang hanya bisa dilalui manusia mulai Kompas.com tapaki setelah sampai di pompa air. Jalan muai menanjak di punggung perbukitan.

Jalan setapak awal pendakian Jobolarangan via Wonomulyo, Genilangit.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Jalan setapak awal pendakian Jobolarangan via Wonomulyo, Genilangit.

Selanjutnya, jalan ada di tengah padang rumput. Sesekali warga yang mencari rumput masih bisa dijumpai. Konisi jalan masih nyaman dilalui. Tidak banyak tanjakan.

Sekitar 40 menit berjalan atau 08.40 WIB, Kompas.com sampai di Pos 2. Terdapat bangunan pompa air di sana. Karena belum lelah, Kompas.com meneruskan perjalanan.

Baca juga: Itinerary Pendakian 3 Hari 2 Malam di Gunung Rinjani

Usai Pos 2, jalur berada di tengah semak. Rerumputan yang basah pun bisa membuat pakaian ikut basah. Meski rermputan cukup rimbun, jalan setapak masih cukup jelas.

Setelah kawasan semak, perjalanan memasuki hutan dengan lumut di batang pepohonannya. Mulai dari sini, jalan mulai menanjak cukup terjal.

Kondisi hutan juga cukup rapat, sehingga terasa lembap. Terlebih, saat cahaya matahari terhalang punggungan bukit atau kabut.

Hutan berlumut di jalur pendakian Jobolarangan.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Hutan berlumut di jalur pendakian Jobolarangan.

Setelah melibas tanjakan selama kurang-lebih 40 menit atau pukul 09.20 WIB, Kompas.com akhirnya tiba di Pos 3 Mbandulan. Ini merupakan area camping yang bisa memuat beberapa tenda.

Sekitar 5 menit kemudian, Kompas.com melanjutkan perjalanan. Ada percabangan di sini, satu menuju area camping Mbandulan, satu lagi langsung menuju puncak. Kompas.com mengambil arah ke puncak.

Kondisi jalan masih sama. Namun, kali ini jalan setapak di hutan usai pos 3 cukup tertutupi daun yang gugur. Pendaki harus bisa membedakan mana jalan yang benar atau sekadar percabangan menuju jalan buntu.

Baca juga: Suhu Kaki Gunung Rinjani 12 Derajat Celsius, Ini Imbauan untuk Pendaki

Menjelang puncak, jalur lebih menanjak. Pendaki terkadang harus memilih antara 2 jalur, satu yang terjal dan satu lagi lebih landau, tetapi memutar.

Puncak Jobolarangan

Akhirnya sekitar pukul 10.00 WIB, Kompas.com sampai juga di Puncak Jobolarangan dengan ketinggian sekitar 2.300 mdpl. Butuh waktu 2 jam bagi Kompas.com untuk berjalan menuju puncak Jobolarangan dari area parkir sepeda motor.

Puncak jobolarangan tidak sepenuhnya terbuka. Masih ada beberapa pepohonan dan semak tinggi di puncak. Namun, ada beberapa area yang pas untuk tempat mendirikan tenda.

Puncak Jobolarangan.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Puncak Jobolarangan.

Saat Kompas.com sampai puncak, ada satu rombongan pendaki asal Ngawi. Mereka bermalam di Puncak Jobolarangan.

Di puncak ada pula punden, tempat pertapaan, dan semacam patung keci yang diletakkan di atas punden.

Dari Puncak Jobolarangan, pendaki bisa melihat Gunung Lawu yang menjulang tinggi di sisi utara. Sisi timur menampilkan Gunung Wilis yang tampak memanjang di cakrawala.

Baca juga: Solo Hiking Gunung Penanggungan via Tamiajeng, Si Kecil yang Tak Boleh Diremehkan

Jika cerah, Gunung Merapi dan Merbabu juga akan menampakkan dirinya di ufuk barat. Sementara itu, sisi selatan menampilkan panorama Wonogiri. Terlihat Waduk Gajah Mungkur yang agak samar tertutup uap air.

Adapun Kompas.com mulai turun pukul 11.15 WIB dan sampai lagi di parkiran sepeda motor sekitar 12.40 WIB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com