KOMPAS.com - Serial Extraordinary Attorney Woo membuat Desa Dongbu di Changwon, Provinsi Gyeongsang Selatan, Korea Selatan diserbu pengunjung. Desa itu berlokasi sekitar 398 Kilometer dari Seoul.
Ini terjadi setelah pohon hackberry di desa tersebut disorot dalam serial dan menjadi perbincangan warganet.
Baca juga: Goa Gwangmyeong di Korea, Bekas Area Tambang yang Disulap Jadi Destinasi Indah
Dikutip dari The Korea Times, pohon hackberry berusia 500 tahun itu muncul di episode 7 dan 8 pekan lalu. Pada episode tersebut, diceritakan sebuah desa fiksi bernama Sodeok-dong menghadapi kerusakan karena rencana pembangunan jalan yang membelah desa mereka, sehingga pohon itu harus ditebang.
Padahal, dalam film, pohon hackberry yang terletak di atas bukit kecil di tengah desa itu disebut sebagai "pohon pelindung" desa.
Baca juga: Pengalaman Jelajah Korea Selatan di Jakarta, Ada Kafe dan Museum K-pop
Di lokasi nyata, pohon hackberry setinggi 16 meter dan diameter 6,8 meter tersebut rupanya sudah ditetapkan sebagai tanaman yang dilindungi oleh pemerintah daerah pada 2015.
View this post on Instagram
Setelah episode tersebut ditayangkan, desa yang berpenduduk sekitar 70 orang itu tiba-tiba mengalami lonjakan jumlah pengunjung.
Banyak para penggemar kemudian mengunggah hasil foto kunjungan mereka ke media sosial atau blog.
Baca juga: Catat, 3 Syarat Masuk ke Korea Selatan Selain Visa
Penduduk desa pun mulai memasang tanda-tanda di pintu masuk desa sebagai petunjuk bagi para pengunjung. Tak hanya itu, Kota Changwon rupanya ikut-ikutan meempromosikan landmark baru itu.
Dalam situs resminya, disebutkan bahwa area bukit tersebut menawarkan pemandangan penuh ke Desa Donbu dan Sungai Nakdong.
Baca juga: Berapa Lama Mengurus Visa ke Korea Selatan?
Karena mendadak menjadi perhatian banyak orang, Administrasi Warisan Budaya (CHA) kemudian berencana memeriksa apakah pohon tersebut layak ditetapkan sebagai monumen alam. Menurut mereka, rencana ini sebetulnya sudah dibicarakan sejak tahun lalu, sebelum serial Extraordinary Attorney Woo mulai ditayangkan.
"Kami menilai pohon tersebut punya nilai warisan budaya, melihat bentuk, usia, dan kondisi pertumbuhannya," ungkap CHA dalam sebuah keterangan tertulis, Senin (25/07/2022), dikutip dari The Korea Times.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.