Penunggang kuda yang lain bernama Yohanes Nggajing Jaja, menerangkan, enam tahun lalu, pasukan berkuda menjemput wisatawan asal Italia yang berwisata di Manggarai Timur dari arah Timur.
"Kami menjemput di pintu masuk Manggarai Timur di Jembatan Waemokel. Selain itu, kami menyambut mahasiswa STFK Ledalero yang mengadakan live in di Paroki Waelengga dan masih banyak yang kami lakukan yang tak pernah kami catat," kata Yohanes.
Baca juga: Tradisi Roko Molas Poco di Manggarai NTT, Budaya Hormati Perempuan sebagai Ibu Bumi
"Kami sangat bangga mempromosikan warisan budaya etnis Rongga dengan pasukan berkuda. Hanya ada di etnis yang memiliki tradisi menyambut dengan pasukan berkuda," imbuhnya.
Ia berharap generasi muda Etnis Rongga meneruskan dan mempertahankan warisan leluhur ini demi keberlanjutan, sekaligus mempertahankan tradisi beternak kuda.
"Warisan ini unik dan patut dirawat, dipertahankan oleh generasi muda dari etnis Rongga di masa akan datang," ujarnya.
Salah satu generasi muda etnis Rongga, Gusthy Jiung, mengatakan bahwa anak muda setempat masih mempertahankan warisan budaya ini dengan terlibat aktif sebagai anggota pasukan berkuda.
Baca juga: Wisata Bersepeda Flores, Nikmati Eksotisnya Alam Pulau Flores NTT
Bahkan, sebelum pandemi Covid19 melanda, wisatawan bisa menunggang kuda di tempat wisata di Kelurahan Watunggene.
"Kami terus menjaga warisan ini demi keberlangsungan pasukan berkuda di masa (yang) akan datang. Sebagai generasi muda, saya patut berbangga dengan melihat orangtua menjadi pasukan berkuda menjemput tamu istimewa," kata Gusthy.