Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keindahan Tenun Gringsing Bali, Hadiah untuk Delegasi KTT G20

Kompas.com - 01/08/2022, 06:07 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

 

Pembuatannya butuh waktu lama. Penenunan selembar kain tenun gringsing butuh waktu sekitar dua bulan dan untuk motif ikat ganda bisa lebih lama, sekitar dua hingga lima tahun.

Baca juga: Wisata ke Desa Sukarara, Belajar Bikin Kain Tenun Lombok

Sandiaga sendiri disebut sudah memesan suvenir untuk KTT G20 tersebut sejak September 2021.

Selain pembuatan yang lama, kain tenun gringsing juga 100 persen dibuat menggunakan tangan atau tanpa bantuan mesin apapun sehingga membuatnya semakin istimewa.

Pewarnaan kain tenun gringsing juga begitu spesial, yaitu menggunakan warna yang dihasilkan dari minyak kemiri. Itu dilakukan agar warna yang didapatkan lebih pekat dan bertahan lama.

Untuk menghasilkan warna yang nyata diperlukan waktu lebih dari tiga bulan.

Sementara agar warnanya tampak mendekati sempurna sesuai pakem yang ada secara turun-temurun, pewarnaan harus dilakukan berulang.

Baca juga: Oleh-oleh Khas NTT, Kain Tenun Ikat yang Bisa Dibawa Pulang dari Labuan Bajo

Secara terperinci, dikutip dari Kompaspedia, pembuatannya adalah mengikat benang pakan dan lungsi saat pewarnaan, sehingga terbentuk motif yang diinginkan.

Setelah itu, kain dicelupkan ke dalam minyak kemiri dan segera diikat untuk kemudian dicelupkan ke dalam warna-warna alami secara terpisah sebelum ditenun.

Motif kain tenun gringsing

Di samping pembuatan yang panjang, kain tenun gringsing juga memiliki makna di balik motifnya.

Kain tenun gringsing yang menggunakan teknik ikat ganda dari Desa Tenganan, Bali. Kain tenun gringsing yang menggunakan teknik ikat ganda dari Desa Tenganan, Bali.

Motif kain tenun tersebut melambangkan keseimbangan antarmanusia, manusia dengan alam, serta manusia dengan Tuhan.

Konon, nama "gringsing" sendiri berasal dari kata gering (sakit) dan sing (tidak).

Baca juga: Mengapa Sumba Identik dengan Tenun? Simak 3 Alasannya

Sehingga, gringsing diartikan sebagai penolak bala untuk mengusir penyakit.

Kain ini juga dipercaya sebagai pelindung, sehingga cukup sering digunakan oleh masyarakat Bali untuk acara seperti upacara pernikahan dan upacara keagamaan.

Salah satu motif kain tenun gringsing adalah motif lubeng, yang bercirikan kalajengking dan sering digunakan sebagai busana adat untuk acara keagamaan.

Ada pula motif sanan empeg yang identik dengan kotak poleng merah hitam, serta motif cecempakaan atau bunga cempaka yang serimg digunakan sebagai busana adat dalam upacara keagamaan.

Baca juga: 6 Oleh-oleh Kerajinan Khas Pontianak, Ada Batu Kecubung dan Kain Tenun

Selain itu, motif lainnya adalah cemplong, yang dicirikan dengan sebuah bunga besar di antara bunga-bunga kecil di sekitarnya, dan motif-motif lainnya.

Sementara dari warna, tiga warna paling umum yang digunakan untuk kain tenun gringsing dalah tridatu, yaitu merah, kuning, dan hitam.

Dalam acara-acara adat, kain tenun gringsing umumnya diginakan sebagai selendang atau senteng oleh perempuan, sementara pada pria digunakan sebagai ikat pinggang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com