Sendratari sendiri berlangsung sekitar satu jam. Pertunjukan dilakoni gabungan beberapa penari dan anak-anak sekolah Minggu Buddha.
Alhasil, properti dan kostum agaknya berhasil menunjukkan suasana desa.
Baca juga: Pari Klegung di Kulon Progo Jogja, Wisata Kuliner Alam Terbuka Pas Buat Healing
Sendratari kemudian ditutup dengan prosesi yang selalu menjadi puncak Tribuana Manggala Bakti, yakni melepas burung ke udara, melepas ikan ke air, dan menanam pohon.
Pimpinan Majelis Agama Buddha Kulon Progo, Sumardi menyambut baik karya tersebut.
Tribuana Manggala Bakti biasanya berlangsung di bulan Mei, sepekan menjelang Waisak. Namun, pandemi Covid-19 menghambat banyak hal, termasuk pelaksanaan ritualnya.
Baca juga: Ketika Dua Bule Belanda Ngontel di Pedesaan Sentolo, Kulon Progo...
Pemerintah pusat kini melonggarkan aktivitas masyarakat. Pertunjukkan yang rencananya digelar pada bulan Mei, mundur hingga hari Minggu ini yang bertepatan dengan hari Asadha atau peringatan hari pembakaran ajaran Buddha yang pertama.
Tribuana Manggala Bakti digelar dalam bentuk sendratari, diakhiri ritual melepas puluhan satwa dan menanam pohon.
Baca juga: Liburan 2 Hari 1 Malam ke Kulon Progo, Butuh Bujet Berapa?
“Melepas satwa burung, melepas ikan dan menanam pohon tapi dipersonifikasikan lewat seni baik juga,” kata Sumar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.