KOMPAS.com - Hyperion, pohon tertinggi di dunia (world's tallest living tree) yang sudah diakui Guinness World Records kini tidak bisa lagi didekati oleh pengunjung.
Dikutip dari CNN, Taman Nasional Redwood California, tempat pohon tersebut tumbuh, mengeluarkan pernyataan resmi bahwa siapa pun yang kedapatan mendekati Hyperion akan menghadapi hukuman enam bulan penjara dan denda 5.000 dollar AS atau sekitar Rp 74,2 juta.
Baca juga: 5 Tempat Paling Misterius di Dunia yang Mirip Segitiga Bermuda
Adapun pohon redwood pantai (Sequoia sempervirens) setinggi 115,92 meter itu banyak sekali dikunjungi sejak 2006, terlepas dari medannya yang relatif berat dan tidak ada jalan khusus menuju ke sana. Hal itu mengakibatkan pohon ini menghadapi degradasi lingkungan serius.
Sekadar gambaran, Hyperion lebih tinggi daripada ikon Amerika Serikat Patung Liberty yang tingginya hanya 93 meter, seperti dikutip dari situs resminya. Nama "Hyperion" berasal dari mitologi Yunani. Hyperion adalah salah satu Titan, serta merupakan ayah dari dewa matahari Helios dan dewi bulan Selene.
"Meskipun harus menempuh perjalanan yang sulit (menuju pohon), popularitas yang terus meningkat karena para blogger, penulis perjalanan, dan situs web mengakibatkan kehancuran habitat di sekitar Hyperion," demikian ungkap pernyataan dalam situs resmi taman nasional tersebut.
Baca juga: 10 Negara dengan Penduduk Terbanyak di Dunia 2022, Ada Indonesia?
Sementara itu, Kepala Sumber Daya Alam Taman Nasional Redwood, Leonel Arguello mengatakan kepada San Francisco Gate bahwa kunjungan yang tinggi tersebut berdampak pada vegetasi dan sistem akar pohon.
Selain itu, banyak pengunjung yang juga meninggalkan sampah di area pohon.
"Ada banyak sampah, banyak orang membuat lebih banyak jalan setapak untuk pergi ke kamar mandi. Ada pula yang meninggalkan kertas toilet bekas dan kotoran manusia. Itu bukan pemandangan yang bagus," ujarnya kepada San Fracisco Gate.
Baca juga: Daftar Paspor Terkuat di Dunia 2022, Indonesia Nomor Berapa?
Selain itu, layanan telepon seluler dan akses GPS di tempat itu terbatas. Artinya, sangat sulit untuk menyelamatkan jika ada pengunjung yang hilang atau terluka di sana.
"Jika ada seseorang di sana yang terluka, kami akan butuh waktu lama untuk menemukan dan membantu mereka. Itulah mengapa kami memilih opsi aman dan melindungi sumber daya kami," ujar Arguello.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.