Dari dua tangga awal, Kompas.com naik menuju tangga sebelah kanan, kemudian memasuki lantai pertama. Pada lantai pertama, terdapat meja dan kursi yang sepertinya digunakan untuk tempat duduk pengelola.
Terlihat tangga berwarna abu-abu yang tidak terlalu luas dan cukup curam, sehingga nampaknya memang ditujukan untuk satu orang saja setiap ada yang naik atau turun.
Masing-masing lantai di tiap tingkatan juga hanya diisi oleh tangga. Adapun waktu untuk menaiki tangga di beberapa tingkatan menara untuk mencapai puncak, diperkirakan kurang lebih lima menit.
Baca juga: Rindu Bukittinggi? Yuk Liburan ke 6 Tempat Wisatanya
Pada lantai keempat, persis di bawah puncak menara jam Gadang, terdapat mesin yang konon hanya ada dua di dunia. Mesin satu ada di Big Ben yang menjadi ikon Kota London, dan satu lagi di Jam Gadang.
Naik satu tangga menuju bagian lonceng, terdapat keterangan pabrik pembuat jam pada lonceng tersebut, yaitu Vortmann Relinghausen.
Vortmann adalah nama belakang pembuat jam, yaitu Benhard Vortmann, sedangkan Relinghausen adalah nama kota di Jerman.
Setelah menemukan lonceng, Kompas.com keluar menuju area balkon puncak Jam Gadang. Angin sejuk yang semilir terasa menyegarkan, ditambah pemandangan kota Bukittinggi dari ketinggian sekitar 20 meter.
Baca juga: 6 Rekomendasi Tempat Wisata di Bukittinggi, Cocok untuk Liburan Mudik
Di atas, terlihat pemandangan panorama kota yang indah, mulai dari Plaza Bukittinggi, Pasar Atas Bukittinggi, aneka pertokoan, jalanan yang ramai, sampai gunung Singgalang dan Marapi.
Sejak awal dibangun, Menara Jam Gadang mengalami setidaknya tiga kali perubahan dan penyesuaian, tepatnya pada bagian atap.
Awal didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, atap Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. Lalu, atap Jam Gadang diubah pada masa pendudukan Jepang, menjadi bentuk pagoda.
Baca juga: Berburu Barang Bekas Bermerek di Pasar Lereng Bukittinggi
Perubahan ketiga yaitu setelah kemerdekaan, atap pada Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat Minangkabau, Rumah Gadang.