ENDE, KOMPAS.com - Kawasan wisata Kelimutu di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak hanya dikenal dengan keunikan danau tiga warna, tetapi juga punya warisan budaya yang masih dilestarikan hingga kini.
Salah satunya, ritual adat Pati Ka Du'a Bapu Ata Mata atau pemberian makan kepada leluhur.
Baca juga: 13 Tempat Wisata di Ende NTT, Kota Pancasila
Ritual ini merupakan bentuk ungkapan syukur kepada Tuhan yang mahakuasa dan penghormatan kepada leluhur.
Pemkab Ende bersama Mosalaki (tokoh adat) penyangga kawasan Taman Nasional Kelimutu (TNK) melaksanakan ritual adat Pati Ka Du'a Bapu Ata Mata, Minggu (14/08/2022).
Danau Kelimutu ditetapkan sebagai lokasi pelaksanaan ritual karena masyarakat suku Lio meyakini bahwa arwah semua orang yang meninggal akan menuju danau tersebut.
Baca juga: 4 Alasan Kenapa Ende disebut Kota Pancasila
Orang Lio menyebut arwah orang tua sebagai tiwu ata bupu, tiwu ko'o fai nuwa muri (arwah muda mudi) dan tiwu ata polo (arwah orang-orang yang semasa hidupnya banyak melakukan kejahatan kepada manusia maupun alam).
Ritual adat pati ka du'a bapu ata mata dimulai di pintu masuk, dalam bahasa adat disebut Pere Konde.
View this post on Instagram
Mosalaki melangsungkan ritual meminta izin kepada konde atau ratu, atau leluhur untuk membuka pintu agar selama prosesi adat berlangsung berjalan lancar dan aman.
Baca juga: Jangan Sampai Ketinggalan Sunrise, Ini Waktu Terbaik Memotret Danau Tiga Warna Kelimutu
Kemudian, berlanjut ke Sa'o Ria Tenda Bewa (rumah besar) untuk dilakukan ritual mengenakan lesu atau disebut pake sare nago mosalaki dai pu enga keli kepada Kepala Balai TN Kelimutu.
Selanjutnya Mosalaki dan semua warga yang hadir melingkari batu, yang diyakini sebagai tempat arwah leluhur, sembari melafalkan syair adat berupa permohonan khusus untuk kesejahteraan masyarakat Ende Lio.
Kemudian, sesajen berupa nasi merah, tuak atau moke (minuman tradisional), sirih pinang, hati, dan jantung babi yang sudah dimasak diletakan di atas batu.
Baca juga: Taman Renungan Bung Karno di Ende NTT, Tempat Lahirnya Pancasila
Bupati Ende Djafar Achmad mengatakan, Pati Ka Du'a Bapu Ata Mata merupakan ritual tahunan dalam rangkaian kegiatan sepekan Festival Kelimutu.
Dikatakan, ritual ini merupakan salah satu daya tarik wisata budaya bagi pengunjung TNK. Oleh sebab itu, ritual ini terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi yang akan datang sebagai aset nilai budaya.
"Saya juga menyampaikan apresiasi kepada semua pihak atas terselenggaranya ritual ini sehingga bisa berjalan lancar," kata Djafar.
Baca juga: Makna Baju Adat Ende yang Dipakai Jokowi saat Hari Lahir Pancasila
Sementara itu, musisi dan budayawan Ende, Amatus Peta mengatakan, ritual Pati Ka Du'a Bapu Ata Mata merupakan warisan budaya masyarakat Ende.
Hanya saja, pelaksanaan ritual di Danau Kelimutu baru dilakukan selama beberapa tahun terakhir.
"Kenapa harus di Danau Kelimutu. Berdasarkan mitos orang Lio bahwa semua arwah orang meninggal akan berkumpul di Kelimutu," ujar Amatus saat dihubungi, Senin (15/8/2022).
Baca juga: Menyusuri Pantai Utara Flores NTT dari Maumere ke Labuan Bajo
Amatus mengatakan, setiap orang yang mengikuti ritual harus menjaga kenyamanan dan keamanan.
Ia juga berharap, ritual ini terus dilakukan dan diwariskan kepada generasi yang akan datang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.