Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mohammad Nasir
Wartawan

Wartawan Kompas, 1989- 2018

17 Agustus Menginap di Kampung Baduy Dalam

Kompas.com - 20/08/2022, 14:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ADA sedikit keinginan kami untuk merasakan denyut perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 77 Republik Indonesia dari dalam Desa Kanekes, tempat masyarakat Baduy bermukim.

Tetapi dalam hati saya juga bertanya apa mungkin orang Baduy memasang bendera merah putih dan membuat acara demi merayakan HUT RI, seperti di kampung-kampung lain?

Jangan-jangan pasang bendera merah putih dianggap sebagai budaya luar? Kita tahu masyarakat Baduy selama ini berjuang melindungi adat dari pengaruh budaya luar Baduy.

Itu hanya percakapan kecil dalam hati saya dan mungkin juga kawan-kawan pensiunan Harian Kompas sebelum nekat masuk ke kampung Baduy Dalam di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.

Tujuan paling pokok sebagai pensiunan ya jalan-jalan, menikmati gurame bakar, belut bakar, ayam panggang atau sate kerbau di warung-warung pinggir jalan menuju Kanekes.

Bisa menikmati semua itu kami sudah senang bukan kepalang.

Mungkin kami dianggap orang gila yang tidak tahu bahaya, jalan-jalan menuju kampung Baduy Dalam. Usia kami tidak muda lagi, masuk kelompok usia (65-70 dan 70-75).

Kami harus menapaki jalan berbatu berbagai ukuran dan tidak tidak beraturan. Kaki menapak batu harus dengan rasa, telapak kaki setengah meraba batu itu licin atau aman diinjak.

Jalan naik-turun terjal diselingi melintas di jembatan gantung terbuat dari bambu yang bergoyang-goyang ketika dilintasi.

Orang Baduy setiap hari melintasi jalan seperti itu. Mereka menolak jalan menuju ke kampungnya diperbaiki pemerintah dengan alasan khawatir ada mobil masuk dan terjadi penebangan pohon hutan yang mereka lindungi.

Menuju Kanekes ada beberapa pintu masuk. Jalan terdekat lewat pintu Cijahe dengan berjalan kaki sekitar satu jam. Jika lewat pintu Ciboleger membutuhkan waktu lebih lama lagi, dengan kondisi jalan yang juga berbatu naik turun. Mobil pun tidak akan mungkin bisa melintasinya.

Desa Kanekes seluas 5.101,85 hektar terhampar di jajaran pegunungan Kendeng. Desa Kanekes secara administratif termasuk Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

Masyarakat Baduy sudah berabad-abad tinggal di Kanekes. Mereka tersebar di tiga kampung di Desa Kanekes yaitu Kampung Cikeusik, Cibeo, Cikartawana.

Mereka hidup mengikuti adat yang sudah ditetapkan nenek moyang, dengan Sunda Wiwitan sebagai kepercayaan yang menjadi tuntunan dalam menjalani hidup.

Warga Suku Baduy Dalam berjalan kaki ke Rangkasbitung untuk mengikuti ritual tradisi Seba Baduy di Cimarga, Lebak, Banten, Jumat (6/5/2022). Seba Baduy merupakan tradisi tahunan Suku Baduy untuk bertemu sejumlah kepala daerah di Banten guna menyampaikan aspirasi serta rasa syukur atas hasil panen berlimpah yang akan digelar pada 6-7 Mei 2022.ANTARA FOTO/MUHAMMAD BAGUS KHOIRUNAS Warga Suku Baduy Dalam berjalan kaki ke Rangkasbitung untuk mengikuti ritual tradisi Seba Baduy di Cimarga, Lebak, Banten, Jumat (6/5/2022). Seba Baduy merupakan tradisi tahunan Suku Baduy untuk bertemu sejumlah kepala daerah di Banten guna menyampaikan aspirasi serta rasa syukur atas hasil panen berlimpah yang akan digelar pada 6-7 Mei 2022.
“Kami memegang teguh Sunda Wiwitan secara turun-temurun hingga akhir zaman,” kata Jaro Alim yang mengepalai kampung Baduy Dalam, Cikeusik dalam obrolan dengan kami menjelang tidur, 16 Agustus 2022.

Kampung Cikeusik sendiri kini berpenduduk 130-an kepala keluarga (KK). Mereka hidup dengan bercocok tanam padi di ladang di lereng-lereng pegunungan.

Jaro Alim mengaku banyak orang yang mencoba mempengaruhi warga Baduy untuk hidup modern dan masuk agama lain. “Ada yang mengajak kami shalat, kami tidak mau,” kata Mif, warga Baduy yang mendampingi Jaro Alim.

Baca juga: Pesona Nama Orang Baduy

Alim dan warganya memilih hidup dengan berpedoman pada kebijaksanaan lokal (local wisdom) yang diturunkan nenek moyang, seperti nasihat sebagai berikut:

Lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung (Panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung). Gunung teu meunang dilebur, lebak teu meunang dirusak,(Gunung tak boleh dilebur, lembah tak boleh dirusak)."

Secara alamiah lokasi tiga kampung tersebut mendukung untuk melindungi tradisi lokal Baduy dari pengaruh budaya luar. Tempatnya tersembunyi di balik deretan pegunungan yang ditumbuhi hutan lebat dengan 54 jenis tanaman hutan yang mereka kenali, termasuk petai, durian, dan keluwak yang buahnya untuk masakan rawon.

Meskipun tempatnya tersembunyi, masih saja ada warga Baduy yang tergoda mengikuti budaya dari luar misalnya mengenakan baju lain warna dari yang telah ditetapkan adat, yakni baju putih, memakai sandal saat bepergian, dan bersembuyi-sembunyi naik mobil ketika bepergian.

Akibatnya mereka yang melanggar adat dikeluarkan dari lingkungan Baduy Dalam. Para pelanggar harus tinggal di luar permukiman Baduy Dalam, dan status mereka menjadi Baduy Luar.

Perjalanan sejumlah pensiunan karyawan Kompas pada 16 Agustus 2022 menuju Kampung Cikeusik, tempat warga Baduy Dalam bermukim sejak beberapa abad silam.Dokumen pribadi Perjalanan sejumlah pensiunan karyawan Kompas pada 16 Agustus 2022 menuju Kampung Cikeusik, tempat warga Baduy Dalam bermukim sejak beberapa abad silam.
Tidur bersama Baduy Dalam

Untuk bisa bermalam di Kanekes dan keesokan harinya, Rabu 17 Agustus 2022 sudah bersama warga Baduy Dalam, kami sepakat berangkat dari depan Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (16/8/2022).

Teman-teman pensiunan Kompas, St Sularto (mantan Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas) bersama putranya, Wiratmoko, sudah siap menjemput kami menuju Kanekes. Kemudian pensiunan karyawan Kompas lainnya, Jayeng Wakiman, dan Alex Sudarto sudah berkumpul di BBJ sebelum pukul 08.00.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com