Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Tempat di Jakarta untuk Mengenang Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan

Kompas.com - 23/08/2022, 21:21 WIB
Louis Brighton Putramarvino,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

2. Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Dari Gedung Joang 45, para peserta melakukan perjalanan sejauh 2,1 kilometer (km) menuju Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Lokasinya di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Menteng, Jakarta Pusat.

Di tempat inilah, mantan perwira Jepang Laksamana Maeda tinggal sewaktu zaman penjajahan Jepang.

Konon, Laksamana Maeda merasa simpati terhadap orang Indonesia, sehingga mengizinkan sejumlah tokoh untuk merumuskan naskah proklamasi di kediamannya tersebut.

"Itu sebenarnya dia (Laksamana Maeda) sedang tidur ketika para pemuda dan golongan tua datang jam setengah tiga (pagi). Namun, karena dekat dengan Ahmad Subardjo akhirnya mereka dipersilakan (untuk merumuskan naskah proklamasi)," jelas Arifanti.

Baca juga: Museum Perumusan Naskah Proklamasi: Sejarah, Perkembangan, dan Isinya

Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Subardjo pun segera merumuskan naskah tersebut di ruang makan kediaman Laksamana Maeda.

Museum tersebut juga memiliki mesin ketik yang digunakan oleh Sayuti Melik ketika diminta untuk mengetik naskah proklamasi.

Ketika selesai mengetik, Sayuti Melik tanpa sadar merenyukkan naskah asli yang ditulis oleh Soekarno dan melemparnya.

Museum Perumusan Naskah Proklamasi atau yang dahulu merupakan rumah Laksamana Maeda tempat dijadikannya tiga tokoh proklamator menyusun naskah proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Menteng, Jakarta Pusat.kompas.com/REZA AGUSTIAN Museum Perumusan Naskah Proklamasi atau yang dahulu merupakan rumah Laksamana Maeda tempat dijadikannya tiga tokoh proklamator menyusun naskah proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Menteng, Jakarta Pusat.

Untungnya, B.M. Diah yang saat itu menemani Sayuti Melik melihat hal itu dan memungut naskah asli tersebut.

"Pas (teks proklamasi) sudah jadi, kertas yang tadi ditulis tangan tanpa sadar dibuang oleh Sayuti Melik. Namun, kertas itu kemudian dipungut oleh B.M. Diah," tutur Arifanti.

"Setelah beberapa tahun dia simpan sampai tahun 1992, B.M. Diah mengaku ke pemerintah bahwa dia memiliki naskah asli proklamasi. Sekarang tulisan tangan asli Soekarno itu ada di Arsip Nasional Republik Indonesia," imbuhnya.

Baca juga: Mengintip Tempat Perumusan Naskah Proklamasi Indonesia

Museum Perumusan Naskah Proklamasi tutup setiap hari Senin dan hari libur nasional. Museum ini buka setiap hari Selasa-Minggu dengan jadwal yang berbeda:

  • Hari Selasa hingga Kamis buka pukul 08.00-16.00 WIB
  • Hari Jumat buka pukul 08.00-11.30 WIB dan 13.00-16.30 WIB
  • Hari Sabtu dan Minggu buka pukul 08.00-16.00 WIB

Harga tiket masuknya mulai dari Rp 2.000 untuk pengunjung dewasa dan Rp 1.000 untuk anak-anak.

Untuk diketahui, saat ini di museum tersebut tengah diadakan pameran bertajuk Sakura di Khatulistiwa yang berisi hal-hal seputar masa penjajahan Jepang di Indonesia.

Baca juga: 3 Fakta Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Sempat Jadi Perpustakaan

3. Tugu Proklamasi

Tugu Petir merupakan lokasi berdirinya Bung Karno didampingi Bung Hatta saat memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia.M Chaerul Halim Tugu Petir merupakan lokasi berdirinya Bung Karno didampingi Bung Hatta saat memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia.

Terakhir, para peserta menempuh perjalanan sejauh 1,9 kilometer menuju Tugu Proklamasi, yang tadinya merupakan lokasi berdirinya rumah Soekarno dan tempat pembacaan teks proklamasi.

Tugu yang beralamat di Jalan Proklamasi Nomor 10, Menteng, Jakarta Pusat, ini memiliki tiga monumen.

Baca juga: Lihat Mobil Kepresidenan Sejak Era Soekarno Bisa Mampir ke Sarinah

Pertama, Tugu Petir yang didirikan tepat di tempat Bung Karno berdiri ketika membacakan teks proklamasi. Petir melambangkan kabar kemerdekaan Indonesia yang mengejutkan bagi bangsa Belanda dan Jepang.

"Buat Bangsa Belanda dan Jepang kabar kemerdekaan Indonesia itu bagaikan petir yang menyambar (dan merupakan) berita yang mengagetkan (bagi mereka). Jadi makanya dibuat simbol petir di atasnya (tugu tersebut)," jelas Arifanti.

Monumen Proklamator Soekarno-Hatta, yang diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 16 Agutus 1980. Monumen itu dibangun sebagai kenangan terhadap kedua sosok bapak proklamator, yakni Bung Karno dan Bung Hatta.M Chaerul Halim Monumen Proklamator Soekarno-Hatta, yang diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 16 Agutus 1980. Monumen itu dibangun sebagai kenangan terhadap kedua sosok bapak proklamator, yakni Bung Karno dan Bung Hatta.

Selanjutnya ada Tugu Proklamasi itu sendiri yang dibangun untuk memperingati peristiwa Proklamasi Kemerdekaan. Sirip-sirip yang berada di belakang tugu tersebut melambangkan tanggal kemerdekaan.

Dimulai dari 17 sirip yang melambangkan tanggal 17. Sirip yang berada di paling tengah memiliki tinggi delapan meter yang melambangkan bulan kedelapan atau Agustus.

Bagian terakhir adalah 45 pundak-pundak yang terletak di sirip yang melambangkan tahun 1945.

Tugu Jarum sebagai simbol memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) pertama Republik Indonesia yang diresmikan oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir pada 17 Agustus 1946.M Chaerul Halim Tugu Jarum sebagai simbol memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) pertama Republik Indonesia yang diresmikan oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir pada 17 Agustus 1946.

Monumen ketiga adalah Tugu Peringatan Satoe Tahoen Republik Indonesia yang dibangun untuk memperingati satu tahun Indonesia merdeka.

Tugu ini sempat dibongkar pada tahun 1960 atas perintah Soekarno, sebelum dibangun kembali pada tahun 1972.

"Bung Karno sendiri (yang memerintahkan pembongkaran tugu tersebut). Alasannya karena dia enggak mau rumahnya dia disakralkan atau dikeramatkan jadi tempat pemujaan. Jadi rumahnya dibongkar atas perintah dia bersama tugu itu," pungkas Arifanti.

Baca juga: Tugu Proklamasi, Monumen Peringatan Kemerdekaan Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com