Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Roti hingga Sarden, Menu Sahur Saat Perumusan Naskah Proklamasi

Kompas.com - 24/08/2022, 22:10 WIB
Louis Brighton Putramarvino,
Nabilla Tashandra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Ada banyak fakta menarik yang tersimpan di balik sejarah perumusan proklamasi.

Termasuk salah satunya adalah fakta bahwa 17 Agustus 1945 jatuh pada Bulan Ramadhan.

Baca juga: 3 Tempat di Jakarta untuk Mengenang Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan

Hal itu adalah salah satu yang saya ketahui saat mengikuti Tur Napak Tilas bersama Wisata Kreatif Jakarta, Jumat (19/08/2022). Salah satu lokasi yang dikunjungi adalah Museum Perumusan Naskah Proklamasi, atau biasa disingkat Munasprok.

Dulu, bangunan tersebut adalah kediaman dinas perwira tinggi Angkatan Laut Jepang di Indonesia, Laksamana Tadashi Maeda, yang beralamatkan di Jalan Miyako-Doori Nomor 1, saat ini menjadi Jalan Imam Bonjol Nomor 1.

Di tengah kesibukan mempersiapkan naskah proklamasi, sekretaris sekaligus asisten rumah tangga Laksamana Maeda yang merupakan seorang perempuan Jepang bernama Satsuki Mishima, membantu menyiapkan makanan untuk yang hendak santap sahur.

“Kira-kira (para tokoh proklamasi) lagi pada sibuk, kan? Untungnya asisten rumah tangganya (Laksamana) Maeda bersimpati membuat makanan sahur,” ujar Arifanti, salah satu pemandu tur Wisata Kreatif Jakarta yang membimbing saya bersama peserta lain saat itu.

Baca juga: Saat Sahur 9 Ramadhan 1364 H Jadi Momentum Penyusunan Teks Proklamasi..

Menu yang disiapkan terbilang sederhana untuk dibuat namun cukup mengenyangkan, seperti ikan sarden, telur, dan roti, sebab saat itu tak ada nasi.

Fakta ini juga tercantum dalam buku yang ditulis oleh Mohammad Hatta dalam bukunya yang berjudul Menuju Gerbang Kemerdekaan (2011), seperti dikutip Kompas.com, (21/04/2021).

Baca juga: 6 Baju Adat Jokowi Saat Upacara HUT Kemerdekaan RI Setiap Tahun

Adapun naskah proklamasi akhirnya selesai diketik oleh Sayuti Melik pada waktu sahur tersebut.

"Menunya, yang pasti simple (untuk dibuat), sarden, telur, dan penggantinya nasi, (yaitu) roti,” jelas Arifanti.

Namun, pada hari bersejarah itu, peran Mishima tidak hanya sampai di sana. Dikutip dari Kompas.com (16/08/2022), Mishima juga berperan dalam meminjam mesin ketik yang digunakan oleh Sayuti Melik untuk mengetik teks proklamasi.

Hal tersebut dilakukannya karena saat itu di kediaman Laksamana Maeda hanya tersedia mesin ketik dengan huruf kanji.

Baca juga: Kisah Bendera Pusaka di Istana Merdeka

Maka dari itu, Mishima meminjam mesin ketik buatan Jerman milik Kolonel Kandeler yang merupakan komandan Angkatan Laut Jerman yang berkantor di Gedung KPM di Konigsplein (Medan Merdeka Timur).

Wisata kemerdekaan

Tugu Proklamasi, salah satu tempat bersejarah di Jakarta Pusat yang bisa dikunjungi.WIKIMEDIA COMMONS/GUNAWAN KARTAPRANATA Tugu Proklamasi, salah satu tempat bersejarah di Jakarta Pusat yang bisa dikunjungi.

Penggalan fakta-fakta menarik soal kemerdekaan juga bisa kamu dapatkan dengan mengikuti tur-tur sejenis atau membaca buku sejarah.

Tak hanya pada momen jelang perayaan hari kemerdekaan RI, kamu juga bisa merasakan nuansa detik-detik proklamasi dengan mengunjungi ke tempat wisata kemerdekaan.

Baca juga: 14 Tempat Bersejarah di Jakarta Pusat, Ada Museum dan Taman

Pada tur kali itu, selain mengunjungi Museum Perumusan Naskah Proklamasi, saya juga mengunjungi Gedung Joang 45 dan Tugu Proklamasi.

Ketiga tempat ini ada di lokasi yang cukup berdekatan.

Jarak antar-lokasi hanya sekitar 2,1 kilometer. Jika lelah jalan kaki, kamu bisa naik kendaraan pribadi atau online.

Di Gedung Joang 45, saya sempat berkeliling melihat beberapa benda bersejarah yang dipamerkan, seperti senjata, poster bekas propaganda Jepang, hingga mobil dinas Presiden pertama Indonesia, Soekarno, dan Wakil Presiden pertama Indonesia, Mohammad Hatta.

Di sana, para tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, baik muda maupun senior, saling berbagi ilmu. Tak hanya itu, gagasan untuk menculik Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok, Jawa Barat juga muncul di tempat itu.

"Gedung ini sakti banget untuk para pemuda. Mereka di sini untuk menuntut ilmu dari golongan tua," ucap Arifanti.

Baca juga: Yuk, Napak Tilas ke 2 Lokasi Bersejarah Lahirnya Pancasila

Tatanan gedung yang sempit dan agak acak, ditambah banyaknya benda bersejarah di sana membuat saya sempat merasa ruangan terasa begitu ramai, meski peserta tur tidak begitu banyak.

Rasanya, anggapan saya tak berlebihan. Sebab museum ini menyimpan koleksi benda bersejarah yang jumlahnya mencapai sekitar 2.500 buah.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Menutup hari, saya juga sempat mampir ke Tugu Proklamasi, yang dulu menjadi tempat berdirinya rumah Soekarno dan tempat pembacaan teks proklamasi.

Baca juga: 6 Masjid Bersejarah di Jawa, Ada yang Berdiri sejak Abad Ke-15 Masehi

Ada tiga monumen di sana. Ada Tugu Petir yang didirikan tepat di lokasi Bung Karno berdiri saat membacakan teks proklamasi, Tugu Proklamasi atau tugu berbentuk sirip yang jumlahnya melambangkan tanggal kemerdekaan, serta Tugu Peringatan Satoe Tahoen Republik Indonesia yang dibangun untuk memeringati satu tahun Indonesia merdeka.

Selain karena lingkungan yang terbilang hening, suasana saat berada di Tugu Proklamasi terasa sepi karena tak banyak peserta tur berbincang-bincang. Mungkin, saat itu kami sudah lelah seharian mampir ke sejumlah destinasi wisata kemerdekaan.

Nah, jika ingin mendapatkan pengalaman merasakan kembali detik-detik proklamasi, kamu bisa mampir ke tiga destinasi ini atau destinasi wisata kemerdekaan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com