ALOR, KOMPAS.com - Siang itu, Jumat (26/8/2022), kapal melaju kencang membelah Laut Alor di Nusa Tenggara Timur (NTT), menuju sebuah pantai ikonik yang menjadi primadona setempat, Watu Peti namanya.
Berjarak sekitar satu setengah jam dari Desa Marisa di Pulau Kangge, pantai Watu Peti bisa dicapai dengan sekoci atau kapal sewaan nelayan lokal seharga Rp 60.000 sampai Rp 70.000 per orang.
Baca juga:
Setelah jangkar kapal ditambatkan ke bibir pantai berpasir putih ini, para penumpang kapal pun turun dan menyaksikan pemandangan menakjubkan berupa laut bergradasi biru dan hijau.
Meski cuaca siang itu cukup terik, namun ada sensasi dingin dari air laut yang bersentuhan dengan kaki.
Sejauh mata memandang, kondisi pantai terbilang sepi. Hanya ada dua, tiga kapal nelayan yang lewat sesaat.
Baca juga: Hiu Tikus Diyakini Bisa Jadi Ikon Wisata Bahari di Alor NTT
Kepala Desa Marisa, Suaib Tupong, mengatakan bahwa nama Watu Peti berasal dari dua kata. "watu" artinya batu dan "peti" artinya peti, sehingga watu peti berarti batu yang menyerupai peti.
Watu Peti ini ada di tepi pantai, namun agak menjorok ke lautan. Ukurannya tidak begitu besar dan berwarna gelap seperti bebatuan karang pada umumnya.
Tak jauh dari watu peti, ada pula sebuah batu berwujud menyerupai seekor ayam, yang konon adalah milik seorang putri bernama Siti Sangedah.
"Konon di cerita masyarakat kami, Watu Peti itu dulunya peti harta karun milik seorang putri bernama Siti Sangedah, yang kabur dari kerajaannya di Munaseli. Satu paket dengan batu ayam, yang dulunya juga ayam peliharaan sang putri," kata Suaib kepada Kompas.com dalam Reward Trip ke Alor bersama Epson X Yayasan WWF Indonesia, Jumat.
Baca juga:
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.