Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesona Watu Peti NTT, Konon Dulunya Peti Harta Karun Putri Kerajaan

Kompas.com - 27/08/2022, 11:07 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

ALOR, KOMPAS.com - Siang itu, Jumat (26/8/2022), kapal melaju kencang membelah Laut Alor di Nusa Tenggara Timur (NTT), menuju sebuah pantai ikonik yang menjadi primadona setempat, Watu Peti namanya.

Berjarak sekitar satu setengah jam dari Desa Marisa di Pulau Kangge, pantai Watu Peti bisa dicapai dengan sekoci atau kapal sewaan nelayan lokal seharga Rp 60.000 sampai Rp 70.000 per orang.

Baca juga:

Setelah jangkar kapal ditambatkan ke bibir pantai berpasir putih ini, para penumpang kapal pun turun dan menyaksikan pemandangan menakjubkan berupa laut bergradasi biru dan hijau.

Meski cuaca siang itu cukup terik, namun ada sensasi dingin dari air laut yang bersentuhan dengan kaki.

Sejauh mata memandang, kondisi pantai terbilang sepi. Hanya ada dua, tiga kapal nelayan yang lewat sesaat.

Baca juga: Hiu Tikus Diyakini Bisa Jadi Ikon Wisata Bahari di Alor NTT

Asal usul nama Watu Peti

Mendaki tebing untuk mencapai puncak Watu Peti, NTTKompas.com/Wasti Samaria Simangunsong Mendaki tebing untuk mencapai puncak Watu Peti, NTT

Kepala Desa Marisa, Suaib Tupong, mengatakan bahwa nama Watu Peti berasal dari dua kata. "watu" artinya batu dan "peti" artinya peti, sehingga watu peti berarti batu yang menyerupai peti.

Watu Peti ini ada di tepi pantai, namun agak menjorok ke lautan. Ukurannya tidak begitu besar dan berwarna gelap seperti bebatuan karang pada umumnya.

Tak jauh dari watu peti, ada pula sebuah batu berwujud menyerupai seekor ayam, yang konon adalah milik seorang putri bernama Siti Sangedah.

"Konon di cerita masyarakat kami, Watu Peti itu dulunya peti harta karun milik seorang putri bernama Siti Sangedah, yang kabur dari kerajaannya di Munaseli. Satu paket dengan batu ayam, yang dulunya juga ayam peliharaan sang putri," kata Suaib kepada Kompas.com dalam Reward Trip ke Alor bersama Epson X Yayasan WWF Indonesia, Jumat.

Baca juga:

Lebih lanjut, Siti Sangedah pun dijemput paksa oleh utusan orangtuanya dan meninggalkan ayam serta peti harta karun tersebut di dekat pantai.

Saat akan dijemput kembali, peti sudah menjadi batu. Begitu pula dengan ayam sidikoko milik Siti Sangedah, yang sudah menjadi batu menyerupai ayam.

"Ayam sidikoko milik Siti Sangedah itu katanya setiap berkokok pasti ada kejadian yang seolah ingin diberitahu," tuturnya.

Bila ingin menikmati luasnya panorama Watu Peti, wisatawan bisa trekking ke atas bukit karang yang tidak begitu tinggi.

Namun, harap berhati-hati sebab tekstur pijakannya yang berpasir cenderung licin, terutama saat musim penghujan.

Baca juga: Pantai Sebanjar Alor NTT, Wisata Pasir Putih dan Sunset yang Menawan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com